BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Di dalam tubuh kita berlangsung berbagai proses metabolisme,misalnya
respirasi,sintesis protein,dan perombakan zat-zat. Namun, selain menghasilkan
bahan bahan yang berguna bagi tubuh, metabolisme juga menghasilkan zat-zat sisa
yang jika tidak di keluarkan dari tubuh dapat meracuni tubuh. Untuk itu, tubuh
kita memiliki sistem eksresi guna mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme.
Ekskresi merupakan proses pengeluaran zat sisa metabolisme tubuh, seperti
CO2, H2O, NH3, zat warna empedu dan asam urat, selain itu ekskresi juga dapat
diartikan sebagai proses pembuangan sisa metabolisme dan benda tidak berguna
lainnya. Ekskresi merupakan proses yang ada pada semua bentuk kehidupan. Pada
organisme bersel satu, produk buangan dikeluarkan secara langsung melalui
permukaan sel. Sisa metabolisme yang mengandung nitrogen ialah amonia (NH3),
urea dan asam urat. Bahan tersebut berasal dari hasil perombakan protein,
purin, dan pirimidin.
Amonia
dihasilkan dari proses deaminiasi asam amino. Amonia merupakan bahan yan sangat
racun dan merusak sel
Bagi hewan yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk kelangsungan
hidupnya jika di timbun dalam tubuhnya. Karena itu pada hewan yang hidup di
darat amonia segera di rubah di dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang
berbahaya bagi tubuhnya yaitu dalam bentuk urea dan asam urat.
Kebanyakan mamalia, amphibi dan ikan mengekskresikan urea dan hewan-hewan tersebut dapat disebut ureotelik. Urea mudah larut dalam air dan
diekskresikan dalam cairan yang disebut urine. Pada burung, reptil, keong
darat, dan serangga asam urat yang diekskresikan berbentuk padat bersama
kotoran.
Air dalam urine pada hewan-hewaan tersebut diabsorbsi oleh tubuh untuk
penghematan. Meskipun cara hidup dan habitat mempunyai oeran penting pada
ekskresi sisa metabolisme yang mengandung nitrogen.
Organisme multiselular memiliki proses ekskresi yang lebih kompleks. Alat
ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit,
dan hati, sedangkan alat pengeluaran pada hewan invertebrata berupa nefridium,
sel api, atau buluh Malphigi.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam makalah yang
akan kami bahas, terdapat beberapa rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apakah pengertian sistem ekskresi pada manusia?
2.
Bagaimana sistem ekskresi pada manusia?
3.
Bagaimana sistem ekskresi pada hewan invertebrata?
4.
Bagaimana sistem ekskresi pada hewan vertebrata?
5.
Apa saja gangguan yang terjadi pada sistem eksrkesi manusia?
C.
Tujuan
Penulisan
Dilihat dari rumusan masalah yang ada,
didapatkan tujuan masalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui pengertian sistem ekskresi pada manusia
2.
Untuk mengetahui bagaimana sistem ekskresi pada manusia
3.
Untuk mengetahui bagaimana sistem ekskresi pada hewan invertebrata
4.
Untuk mengetahui bagaimana sistem ekskresi pada hewan vertebrata
5.
Untuk mengetahui apa saja gangguan yang terjadi pada sistem ekskresi
manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Ekskresi
Syamsuri (2007) menyatakan bahwa hasil pembakaran dan sisa metabolisme
perlu dibuang ke luar tubuh agar tidak meracuni tubuh. Untuk itu,diperlukan
sistem pengeluaran atau disebut sistem ekskresi. Ekskresi artinya pengeluaran
limbah hasil metabolisme pada organisme hidup.
Zat sisa metabolisme yang harus dikeluarkan antara lain karbon dioksida
(CO2), urea, air (H2O), amonia (NH3), kelebihan vitamin, dan zat warna empedu.
Alat pengeluaran pada manusia berupa ginjal, kulit, paru-paru, dan hati. Ginjal
adalah alat pengeluaran utama. Ginjal berfungsi mengeluarkan air, amonia, dan
zat warna empedu. Hasil dari penyaringan
di ginjal berupa urin. Kulit berperan untuk mengeluarkan air dangaram-garaman.
Paru-paru berperan mengeluarkan karbon dioksida dan air (dalam bentuk uap air).
Hati berfungsi menghasilkan zat warna empedu yang merupakan hasil perombakan
sel darah.
Aryulina (2004) menyatakan bahwa saat bernapas, kita mengeluarkan karbon
dioksida. Di saat udara panas, tubuh kita mengeluarkan keringat. Sebaliknya
saat udara dingin, kita sering mengeluarkan air seni (urin). Berbagai reaksi
kimia terjadi di dalam sel-sel tubuh kita untuk menjaga kita tetap hidup. Reaksi
kimia tersebut menghasilkan beberapa zat sisa yang bersifat racun dan harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Pengeluaran zat-zat sisa hasil metabolisme dalam
tubuh dengan tujuan agar kesetimbangan tubuh terjaga disebut ekskresi. Ekskresi
melibatkan alat-alat khusus dan membentuk suatu sistem yang disebut sistem
ekskresi.
Maryati (2006) menyatakan bahwa ginjal yang tidak berfungsi dengan baik
menyebabkan proses ekskresi terganggu
karena ginjal merupakan salah satu organ ekskresi. Ekskresi adalah
proses pembebasan sisa-sisa metabolisme dari tubuh. Kelebihan air,gas,
garam-garam dan material organik diekskresikan ke luar. Hewan juga melakukan
metabolisme untuk melakukan aktivitas kehidupan. Pada hewan invertebrata belum
terdapy sistem ekskresi. Akan tetapi, sisa-sisa metabolisme harus dikeluarkan
dari dalam tubuh organisme. Untuk itu hewan invertebrata memiliki alat dan cara
ekskresi tersendiri. Alat ekskresi hewan vertebrata yang utama adalah ginjal
(ren).
Eksresi adalah proses pengeluaran zat sisa metabolisme baik berupa
zat cair dan zat gas. Zat-zat sisa itu berupa urine (ginjal), keringat (kulit),
empedu (hati), dan CO2 (paru-paru). Zat-zat ini harus dikeluarkan
dari tubuh karena jika tidak dikeluarkan akan mengganggu bahkan meracuni tubuh.
Selain ekskresi, ada juga defekasi dan sekresi. Defekasi adalah pengeluaran zat sisa hasil proses pencernaan
berupa feses (tinja) melalui anus. Sedangkan sekresi adalah pengeluaran oleh sel dan kelenjar yang berupa getah
dan masih digunakan oleh tubuh untuk proses lainnya seperti enzim dan hormon.
Secara umum, sistem ekskresi menghasilkan urin
melalui dua proses utama yaitu filtrasi cairan tubuh dan penyulingan larutan
cair yang dihasilkan dari filtrasi itu. Sistem ekskresi pada hewan invertebrata
sangat berbeda dengan sistem ekskresi pada hewan vertebrata. Tetapi walaupun
berbeda secara fungsional tetap mengeluarkan urin dari filtrat zat-zat terlarut
didalam tubuh yang tidak terpakai lagi, melalui anus ataupun kloaka dan rectum.
Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu
melakukan osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi
sebagian besar penyusun cairan tubuh. Zat sisa metabolisme adalah hasil
pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks.
2.2 Sistem Ekskresi Pada Manusia
Alat
ekskresi pada manusia terdiri dari ginjal, kulit, hati, dan paru-paru. Air
dapat dikeluarkan melalui semua alat ekskresi tersebut, tetapi setiap alat
ekskresi mengeluarkan zat sisa metabolisme yang berbeda. Pada bagian ini akan
dibahas alat-alat ekskresi pada manusia.
1. Ginjal
Manusia mempunyai sepasang ginjal
yang terletak di dalam rongga perut bagian belakang.
Ginjal merupakan komponen utama penyusun sistem urine. Ginjal sering disebut
juga dengan buah pinggang karena letaknya yang berada di sebelah kanan dan kiri
tulang pinggang. Apabila sebuah ginjal dipotong secara melintang maka
akan tampak tiga lapisan.
Gambar 1.1 Struktur ekskresi pada ginjal
Manusia
memiliki sepasang ginjal yang terletak di rongga perut sebelah kanan dan kiri
ruas tulang belakang. Letak ginjal
sebelah kiri lebih tinggi dari ginjal sebelah kanan. Itu karena di atas ginjal
sebelah kanan terdapat hati yang berukuran besar. Bentuk ginjal seperti biji kacang berwarna merah keunguan dengan
panjang sekitar 10 cm dan berat sekitar 200 gram. Ginjal dibungkus oleh semacam
selaput tipis yang disebut ‘kapsul’ .
a)
Fungsi ginjal
1)
Untuk
menyaring darah
2)
Osmoregulasi,
yaitu pembuangan kelebihan air agar keseimbangan konsentrasi darah terjaga
3)
Memelihara keseimbangan konsentrasi
garam-garam tertentu
4)
Mengekskresikan
gula darah yang melebihi kadar normal
5)
Mempertahankan
keseimbangan asam dan basa darah
b)
Proses pembentukan urine
Ada tiga tahap pembentukan urine
tersebut adalah:
1) Filtrasi (Penyaringan)
Proses ini terjadi di glomerulus.
Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai Bowman. Cairan tersebut tersusun
oleh urea, glukosa, air, ion-ion anorganik seperti natrium kalium, kalsium, dan
klor. Darah dan protein tetap
tinggal di dalam kapiler darah karena tidak dapat menembus pori–pori
glomerulus. Cairan yang tertampung di simpai Bowman disebut urine primer.
Selama 24 jam darah yang tersaring dapat mencapai 170 liter.
2) Reabsorbsi (Penyerapan Kembali)
Proses ini terjadi di tubulus
kontortus proksimal. Proses yang terjadi adalah penyerapan kembali zat- zat
yang masih dapat diperlukan oleh tubuh. Zat yang diserap kembali adalah
glukosa, air, asam amino dan
ion-ion anorganik. Sedangkan urea hanya sedikit diserap kembali. Cairan yang
dihasilkan dari proses reabsorbsi disebut urine sekunder
3) Augmentasi
(Pengumpulan)
Proses ini terjadi di tubulus
kontortus distal dan juga di saluran pengumpul. Pada bagian ini terjadi
pengumpulan cairan dari proses sebelumnya. Di bagian ini juga masih terjadi
penyerapan ion natrium, klor serta urea. Selain itu di bagian ini juga terjadi
penambahan zat-zat yang bersifat racun bagi tubuh. Cairan yang dihasilkan sudah
berupa urine sesungguhnya, yang kemudian disalurkan ke rongga ginjal (pelvis
renalis). Urine yang sudah terbentuk dan terkumpul di rongga ginjal dibuang
keluar tubuh melalui ureter kemudian ditampung di kandung kemih dan saat dikeluarkan melalui uretra.
4) Zat-zat yang terkandung dalam urin
1)
Air. Kurang
lebih 95%.
2)
Urea, asam
urat, dan amonia dan merupakan sisa pembongkaran protein.
3)
Empedu yang
memberikan warna kuning pada urine.
4)
Garam.
5)
Zat yang
bersifat racun atau berlebihan lainnya.
5) Faktor yang memengaruhi jumlah urine yang keluar
1)
Jumlah air
yang diminum.
2)
Pengaruh
hormon antidiuretik(ADH) atau hormon vasopresin. Yaitu hormon yang mengatur
kadar air dalam darah.
3)
Iklim/musim/cuaca.
Ketika musim hujan(dingin) produksi urin berlebihan, ketika musim
kemarau(panas) produksi urin berkurang.
4)
Stimulus
atau saraf.
2.
Kulit
Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan
melindungi seluruh permukaan tubuh. Selain berfungsi menutupi seluruh permukaan
tubuh, kulit juga berfungsi sebagai alat pengeluaran. Zat sisa yang dikeluarkan
melalui kulit adalah air dangaram-garaman.
Gambar 1.2 Struktur
ekskresi pada kulit
Kulit
terdiri atas tiga lapisan yaitu lapisan kulit ari (epidermis), lapisan kulit
jangat (dermis) dan lapisan jaringan ikat bawah kulit.
1) Epidermis (Kulit Ari)
Epidermis tersusun oleh sejumlah
lapisan sel yang pada dasarnya terdiri atas dua lapisan yaitu :
a)
Lapisan tanduk
Merupakan lapisan epidermis paling luar. Pada lapisan
ini tidak terdapat pembuluh darah dan
serabut saraf, karena merupakan sel-sel mati dan
selalu mengelupas.
b)
Lapisan malpighi
Lapisan ini terdapat di bawah lapisan tanduk.
Sel-selnya terdapat pigmen yang menentukan warna kulit.
2) Dermis (Kulit Jangat)
Merupakan lapisan kulit di bawah
epidermis, di dalam lapisan ini terdapat beberapa jaringan yaitu :
a)
Kelenjar keringat, yang berfungsi untuk menghasilkan keringat. Keringat
tersebut bermuara pada pori-pori kulit.
b)
Kelenjar minyak, yang berfungsi untuk menghasilkan minyak guna
menjaga rambut tidak kering. Kelenjar ini letaknya dekat akar rambut.
c)
Pembuluh darah, yang berfungsi untuk mengedarkan darah ke semua sel
atau jaringan termasuk akar rambut.
d)
Ujung-ujung saraf. Ujung saraf yang terdapat pada lapisan ini adalah
ujung saraf perasa dan peraba.
3) Jaringan Ikat Bawah Kulit
Di bagian ini terdapat jaringan
lemak (adiposa). Fungsinya
antara lain untuk penahan suhu tubuh dan cadangan makanan.
Dengan adanya berbagai jaringan yang
terdapat di dalamnya, maka kulit dapat berfungsi sebagai :
a)
indra peraba
dan perasa
b)
pelindung
tubuh terhadap luka dan kuman
c)
tempat
pembentukan vitamin D dari
provitamin D dengan bantuan sinar ultraviolet
cahaya matahari
d)
penyimpan
kelebihan lemak
e)
pengatur
suhu tubuh.
a) Fungsi kulit
1)
Pengatur
suhu tubuh
2)
Pelindung
tubuh dari gangguan fisik berupa tekanan, gangguan biologis berupa jamur dan
gangguan yang bersifat kimiawi.
3)
Tempat
penyimpanan kelebihan lemak.
4)
Tempat
pembentukan vitamin D dari provitamin D dengan bantuan sinar matahari.
5)
Tempat
indera peraba dan perasa.
b) Faktor-faktor pemicu keringat
1)
Peningkatan
aktifitas tubuh
2)
peningkatan
suhu lingkungan
3)
guncangan
emosi
4)
syaraf
3. Paru-paru
Pembahasan
tentang organ paru- paru sudah banyak dibahas pada pokok bahasan sistem
pernapasan. Selain berfungsi sebagai alat pernapasan, paru-paru juga berfungsisebagai
alat ekskresi. Karena paru-paru mengeluarkan gas CO2 dan uap air.
Gambar 1.3 Struktur
ekskresi pada paru-paru
a)
Fungsi paru-paru
Paru-paru
berfungsi sebagai pertukaran oksigen dan karbondioksida yang tidak dibutuhkan
tubuh. Selain itu masih banyak lagi fungsi paru-paru diantaranya penjaga
keseimbangan asam basa tubuh. Bila terjadi
acidosis, maka tubuh akan mengkompensasi dengan mengeluarkan banyak
karbondioksida yang bersifat asam ke luar tubuh.
4. Hati
Hati
merupakan salah satu alat ekskresi karena hati mengeluarkan urea dan amonia ke
luar tubuh. Hati terletak di rongga perut bagian kanan di bawah diafragma. Hati
berwarna merah tua kecoklatan dengan berat sekitar 2 kg.
Gambar 1.4 Struktur ekskresi pada hati
a) Fungsi hati
1)
Menghasilkan
Getah Empedu
Getah empedu dihasilkan dari hasil
perombakan sel darah merah. Getah ini ditampung di dalam
kantung empedu kemudian disalurkan ke usus 12 jari.
Getah empedu pada dasarnya terdiri atas dua komponen yaitu garam empedu dan zat
warna empedu. Garam empedu berfungsi dalam proses pencernaan makanan yaitu
untuk mengemulsi lemak. Sedangkan zat warna empedu tidak berfungsi sehingga
harus diekskresikan. Zat warna empedu yang diekskresikan keusus 12 jari,
sebagian menjadi sterkobilin, yaitu zat yang mewarnai feses dan beberapa
diserap kembali oleh darah dibuang melalui ginjal sehingga membuat warna pada
urine yang disebut urobilin. Kedua zat ini mengakibatkan warna feses dan
urine kuning kecoklatan.
2) Menghasilkan Urea
Urea adalah salah satu zat hasil pemecahan
protein yang rusak yang selanjutnya dikeluarkan dari tubuh melalui urin. Karena
zat ini beracun bagi tubuh maka harus dibuang keluar tubuh. Dari hati urea
diangkut ke ginjal untuk dikeluarkan bersama urine.
2.3
Ekskresi pada Hewan Invertebrata
Invertebrata belum memiliki ginjal yang berstruktur
sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya invertebrata memiliki sistem
ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara invertebrata satu
dengan invertebrata lain nya. Alat ekskresi pada invertebrata secara umum
berupa saluran malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah tipe
yang umumnya dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Berikut
sistem eksresi pada hewan invertebrata, yaitu :
1.
Sistem
Ekskresi pada Cacing Pipih
Gambar 1.5 Struktur ekskresi pada cacing pipih
Proses pengeluaran zat sisa pada
cacing pipih, dilakukan melalui pembuluh bercabang-cabang yang memanjang pada
bagian samping kiri dan kanan disepanjang tubuhnya. Setiap cabang berakhir pada
sel-sel api (solenosit) yang di lengkapi dengan silia (bulu getar) dan beberapa
flagella yang gerakannya seperti gerakan api lilin. Saluran ini disebut
protonefridium. Silia pada sel api akan selalu bergerak. Akibat gerakan silia
tersebut, air atau cairan tubuh dan zat sisa yang sudah disaring didalam sel
api akan terdorong masuk ke dalam saluran ekskresi.
Cairan tubuh dan zat sisa kemudian dikeluarkan
dari tubuh melalui suatu lubang yang disebut nefridiofor. Sebagian besar sisa
nitrogen tidak masuk ke dalam
saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel ke sistem pencernaan dan
diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara langsung dari sel
ke air.
2. Sistem
Ekskresi pada Annelida
Gambar 1.6 Struktur ekskresi pada annelida
Cacing tanah termasuk kedalam filum
Annelida, oleh karena itu, pada setiap segmen terdapat sepasang ginjal atau
nefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan segmen terakhir. Setiap
nefridium memiliki dua lubang, lubang yang pertama berupa corong yang terbuka
dan bersilia yang disebut nefrostom (dibagian anterior) dan terletak pada
segmen yang lain. Nefrostom terdapat didalam rongga tubuh dan berisi penuh
dengan cairan.
Cairan tubuh ditarik dan diambil oleh
nefrostom, yang kemudian masuk ke dalam nefridia yang berupa pembuluh panjang
dan berliku-liku. Pada waktu cairan tubuh mengalir mengalir melalui nefridia
terjadi penyerapan kembali zat-zat yang masih bermanfaat, seperti glukosa, air,
dan ion-ion.
Kemudian zat-zat tersebut diedarkan
keseluruh kapiler sistem sirkulasi. Sedangkan sisa cairan tubuh, seperti air,
senyawa nitrogen, dan garam-garam yang tidak diperlukan oleh tubuh akan
dikeluarkan melalui ujung nefrostom yang yang berupa lubang atau nefridiofor.
3.
Sistem
Ekskresi pada Serangga
Gambar 1.7 Struktur ekskresi pada serangga
Alat ekskresi pada serangga disebut pembuluh
malphigi. Pembuluh malphigi merupakan tabung kecil dan panjang yang berfungsi
sebagai sebagai alat pengeluaran seperti ginjal pada vertebrata.
Pembuluh malphigi terletak dalam homosal
dan tergenang di dalam darah. Bagian pangkal pembuluh malphigi melekat pada
ujung anterior dinding usus dan bagian ujungnya menuju ke homosal yang
mengandung hemolimfa. Hemolimfa merupakan darah pada invertebrata dengan sistem
peredaran darah terbuka.
Pembuluh malphigi pada bagian dalam tersusun
oleh selapis sel epitel yang berperan dalam pemindahan urea, limbah nitrogen,
garam-garam dan air dari hemolimfa ke dalam rongga pembuluh.
Bahan-bahan yang penting dan air
masuk kedalam pembuluh, lalu diserap kembali secara osmosis di rektum untuk
diedarkan keseluruh tubuh oleh hemolimfa. Sebaliknya, bahan yang mengandung
nitrogen diendapkan sebagai kristal asam urat yang akan dikeluarkan bersama
feses melalui anus.
Disamping pembuluh malphigi,
terdapat trakea yang berfungsi untuk mengeluarkan zat sisa hasil oksidasi yang
berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi sebagai paru-paru pada
invertebrata.
2.4 Sistem Ekskresi
pada Hewan Vertebrata
Sistem hewan vertebrata sudah
memiliki ginjal seperti manusia dengan struktur yang sempurna, walaupun masih
terdapat perbedaan dalam struktur dan fungsinya. Perbedaan-perbedaan ini dapat
dihubungkan dnegan lingkungan hidup hewan tersebut.
Pada vertebrata terdapat beberapa tipe ginjal,
yaitu pronefros, opistonefros, mesonefros, dan metanefros. Berikut sistem
pencernaan pada hewan vertebrata, yaitu :
1) Sistem Ekskresi pada Ikan
Gambar 1.8 Struktur
ekskresi pada ikan
Alat ekskresi pada ikan berupa
sepasang ginjal yang memanjang (opistonefros) dan berwarna kemerah-merahan.
Pada beberapa jenis ikan, seperti ikan mas saluran ginjal (kemih) menyatu
dengan saluran kelenjar kelamin yang disebut saluran urogenital. Saluran
urogenital terletak dibelakang anus, sedangkan pada beberapa jenis ikan yang
lain memiliki kloaka.
Karena ikan hidup di air, ikan harus
selalu menjaga keseimbangan tekanan osmotiknya. Pada ikan yang bernafas dengan
insang, urin dikeluarkan melalui kloaka atau porus urogenitalis, dan karbon
dioksida dikeluarkan melalui insang. Pada ikan yang bernafas dengan paru-paru,
karbon dioksida dikeluarkan melalui paru-paru dan urin dikeluarkan melalui
kloaka.
Mekanisme ekskresi pada ikan yang
hidup di air tawar dan air laut berbeda. Ikan yang hidup di air tawar
mengekskresikan ammonia dan aktif menyerap oksigen melalui insang, serta
mengeluarkan urin dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, ikan yang hidup dilaut
akan mengekskresikan ammonia melalui urin yang jumlahnya sedikit.
2) Sistem Ekskresi pada Katak
Gambar 1.9 Struktur
ekskresi pada katak
Alat ekskresi utama pada katak
adalah sepasang ginjal (opistonefros) yang terletak dikanan dan kiri tulang
belakang. Warnanya merah kecoklatan, bentuknya memanjang dari depan ke
belakang. Zat sisa yang diambil oleh ginjal akan disalurkan melalui ureter
menuju ke kantong kemih yang berupa kantong berdinding tipis yang terbentuk
dari tonjolan dinding kloaka.
Fungsinya untuk menyimpan urine sementara. Pada katak
jantan, saluran ginjal dan saluran kelaminnya menyatu, sedangkan pada katak
betina tidak
3) Sistem Ekskresi pada Reptil
Gambar 1.10 Struktur
ekskresi pada ular
Alat ekskresi pada reptil berupa
ginjal (metanefros) yang sudah berkembang sejak masa fase embrio. Ginjal ini
dihubungkan oleh saluran ke kantung kemih dan langsung bermuara ke kloaka.
Selain ginjal, pada reptil memiliki kelenjar kulit yang menghasilkan asam urat
tertentu yang berguna untuk mengusir musuh.
4) Sistem Ekskresi pada Aves
Gambar 1.11 Struktur
ekskresi pada aves
Alat ekskresi pada burung terdiri
dari ginjal (metanefros), paru-paru dan kulit. Burung memiliki sepasang ginjal
yang berwarna coklat. Saluran ekskresi terdiri dari ginjal yang menyatu dengan
saluran kelamin pada bagian akhir usus (kloaka). Burung mengekskresikan zat
berupa asam urat dan garam. Kelebihan kelarutan garam akan mengalir ke rongga
hidung dan keluar melalui nares (lubang hidung). Burung hampir tidak memiliki
kelenjar kulit, tetapi memiliki kelenjar minyak yang terdapat pada tunggingnya.
Kelenjar minyak berguna untuk meminyaki bulu-bulunya.
2.5
Gangguan pada sistem eksresi manusia
1)
Gangguan dan kelainan pada ginjal
1. Uremia
|
tertimbunnya urea dalam darah sehingga mengakibatkan
keracunan.
|
2. Albuminuria
|
urine mengandung albumin(protein) yang disebabkan
oleh kerusakan pada glomerulus.
|
3. Diabetes insipidus
|
penyakit kekurangan hormon vasopresin atau hormon
antidiuretik(ADH) yang mengakibatkan hilangnya kemampuan mereabsorpsi cairan.
Akibatnya, penderita bisa mengeluarkan urine berlimpah mencapai 20 liter.
|
4. Diabetes melitus
|
terdapat glukosa dalam urine. Terjadi karena
menurunnya hormon insulin yang dihasilkan pankreas.
|
5. Nefritis
|
gangguan pada ginjal karena infeksi bakteri
streptococcus sehingga protein masuk ke dalam urine.
|
6. Batu ginjal
|
adanya endapan garam kalsium di dalam kantong kemih
|
7. Gagal ginjal
|
ginjal tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik
sehingga harus dibantu dengan cuci darah atau cangkok ginjal.
|
8. Hematuria
|
urin mengandung darah karena adanya kerusakan pada
glomerulus.
|
2)
Gangguan
pada kulit:
1)
Jerawat
merupakan gangguan pada kelenjar minyak yang umumnya dialami oleh anak remaja.
2)
Scabies atau
kudis merupakan penyakit kulit karena tungau(Sarcoptes scabies).
3)
Pruvitus
kutanea merupakan penyakit kulit dengan gejala timbul rasa
gatal yang dipicu oleh iritasi saraf sensorik perifer.
4)
Eksim atau
alergi merupakan penyakit kulit karena infeksi atau iritasi bahan luar yang
termakan atau menyentuh kulit.
3) Gangguan pada paru-paru
1)
Asma atau
sesak nafas. Disebabkan alergi terhadap benda-benda asing yang masuk hidung.
2)
Kanker
paru-paru. Disebabkan oleh kebiasaan merokok atau terlalu banyak menghirup debu
asbes, kromium, produk petroleum, dan radiasi ionisasi yang memengaruhi
pertukaran das di paru-paru.
3)
Emfisema
adalah penyakit pembengkakan alveolus yang menyebabkan saluran pernafasan
menyempit
4)
Gangguan
pada hati
1)
Penyakit
wilson merupakan penyakit keturunan dengan kadar zat tembaga dalam tubuh yang
berlebihan sehingga mengakibatkan gangguan fungsi hati.
2) Hepatitis merupakan radang atau pembengkakan hati.
3)
Sirosis merupakan
penyakit hati yang kronis dan mengakibatkan guratan pada hati sehingga hati
menjadi tidak berfungsi
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penulisan makalah kami
tentang Sistem Ekskresi pada Manusia dapat disimpulkan bahwa eksresi adalah proses pengeluaran zat
sisa metabolisme baik berupa zat cair dan zat gas. Zat-zat sisa itu berupa
urine (ginjal), keringat (kulit), empedu (hati), dan CO2 (paru-paru).
Alat ekskresi pada manusia adalah ginjal yang mengekskresi urine, kulit yang
mengekskresi keringat, hati yang mengekskresi empedu, dan paru-paru yang
mengekskresi karbon dioksida. Invertebrata belum memiliki ginjal yang
berstruktur sempurna. Alat ekskresi pada invertebrata secara umum berupa
saluran malphigi, nefridium, dan sel api. Sistem hewan vertebrata sudah
memiliki ginjal seperti manusia dengan struktur yang sempurna, walaupun masih
terdapat perbedaan dalam struktur dan fungsinya. Pada vertebrata terdapat
beberapa tipe ginjal, yaitu pronefros, opistonefros, mesonefros, dan metanefros.
DAFTAR PUSTAKA
Aryulina,
Dian. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Maryati,
Sri.2006. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Syamsuri,
Istamar. 2007. Jakarta. Erlangga.