BAB I
PENDAHULUAN
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan
dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan
sebagian berjalan dengan kedua kaki sedang sebagian (yanglain) berjalan dengan
empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu” ( QS An-Nuur Ayat : 45)
A.
LATAR BELAKANG
Gerak merupakan salah
satu bentuk reaksi terhadap rangsangan. Gerak pada tumbuhan dan hewan berbeda
karena tumbuhan tidak mempunyai alat khusus untuk bergerak, sedangkan hewan
umumnya mempunyai alat. Mikroorganisme bergerak dengan cara tertentu.Dalam kehidupan,
ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan organ lainnya,
contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk bergerak
aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan
mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem
saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur
filamen yang berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks, yaitu
filamen aktin dan miosin (Awik, 2004).Pada saat otot berkontraksi,
filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari
mitokondria di sekitar miofibril. Oleh karena itu, banyak jenis otot yang
saling berhubungan walaupun jenis otot terdiri dari otot lurik, otot jantung,
dan otot rangka. Ketiganya mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda pula.Hewan
bergerak dengan menggunakan alat gerak khusus, contohnya Colenterata bergerak
dengan menggunakan tentakel, Mollusca bergerak dengan menggunakan kaki otot,
masih ada berbagai contoh pada hewan invertebrata. Pada vertebrata terdapat
tulang sebagai alat gerak. Otot sebagai alat gerak aktif sedangkan tulang
sebagai alat gerak pasif. Anggota gerak pada hewan yang hidup di darat biasanya
berupa kaki dan sayap, sedangkan pada hewan yang hidup di air berupa sirip.
Untuk dapat bergerak memerlukan tiga hal yaitu Propulsion (Penyebab
gerak ke arah yang dituju), Suport (Kegiatan tubuh yang melawan
tempat hidup/medium), Stabilias (Kemampuan memulihkan keseimbangan
yang hilang pada waktu melakukan gerak).
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana sistem otot pada berbagai hewan ?
2.
Apa saja sel dan organ – organ pada sistem gerak oleh otot ?
3.
Bagaimana kerja otot dan proses gerak terjadi?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui bagaimana sistem otot pada berbagai hewan
2.
Untutk mengetahui sel dan organ – organ pada sistem gerak oleh otot
3.
Untuk mengetahui kerja otot dan proses gerak itu terjadi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
dan Sistem Otot Pada Berbagai Hewan
Otot
adalah kumpulan sel-sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi
menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Otot merupakan alat gerak aktif sedangkan
rangka tubuh merupakan alat gerak pasif. Secara anatomis, otot terdiri dari dua filamen (benang) dasar, yaitu aktin dan miosin. Miosin berstruktur tebal, sedangkan aktin berstruktur tipis. Otot merupakan suatu organ/alat yang
dapat bergerak ini adalah sutau penting bagi organisme. Gerak sel terjadi
karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan
benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang
mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel oto
akan memendekkan dirinya kearah tertentu. Otot merupakan jaringan pada tubuh
hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh
stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril
yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein
kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filameb -
filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondriadi
sekitar miofibil.
Sistem otot adalah
sistem organ
pada hewan dan manusia
yang mengizinkan makhluk tersebut bergerak. Sistem otot dikontrol oleh sistem
saraf, dan walaupun beberapa otot (seperti otot jantung)
dapat bergerak secara otonom, Otot merupakan suatu organ alat yang dapat
bergerak ini adalah sesuatu yang penting
bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada
sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut
miofibril. Kalau sel otot yang
mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek.. Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu
berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf.
Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang
berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen
aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filameb-filamen tersebut saling
bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil.
Sistem otot pada hewan avertebrata atau
Alat gerak hewan pada umumnya merupakan kontraksi sel-sel khusus (otot)
material kontraksi yang disebut sebagai aktomiosin .pada dasar nya sama baik
otot polos lurik maupun otot jantung vertebrata maupun avertebrata:
1.
sistem
otot pada cacing pipih (platyhelminthes)
Serabut otot terbagi
atas Sirkular, Longitudinal, Serong atau vertical yang mana Sirkular terdapat
di bawah epidermis dan berkontraksi memanjang kan tubuh nya, longitudinal yang
berfungsi memperpendek tubuh nya ,dan otot serong atau vertical yang berfungsi
untuk bergerak seperti membalik,melipat dan merentangkan diri nya keseluruh
arah.
2. Sitem otot pada molusca
Sebagian otot besar
otot berupa otot halus yang berkontraksi lambat namun yang dapat aktif berenag
menggerakkan cangkang nya terdapat otot halus atau lurik. Otot halus yang
berfungsi untuk menutup cangkang pada saat istirahat dan otot lurik yang
berfungsi untuk menimbulkan gerakan berenang.
3. System otot pada arthropoda
Pada mosculer sangat kompleks ukuran
maupun otot-otot tubuh yang banyak jumlah nya dan bersendi dan otot melekat
pada permukaan dalam rangka luar.
Dibalik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik
itu. Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan
kontrakso otot. Hampir semua jenis makhluk hidup memilki kemampuan untuk
melakukan pergerakan. Fenomena pergerakan ini dapat berupa transport aktif melalui membran,
translokasi polimerase DNA sepanjang rantai DNA, dan lain-lain termasuk
kontraksi otot.
Invertebrata telah memiliki otot lurik maupun otot polos dengan banyak variasi.
a) Bivalvia
Bivalvia atau kerang memiliki dua macam tipe otot, yaitu:
(1) otot lurik yang dapat berkontraksi dengan cepat yang memungkinkan kerang
dapat mengatupkan cangkangnya dengan cepat bila ada gangguan, (2) otot polos
yang mampu melakukan kontraksi dengan lambat dan berlangsung lama. Kini
diketahui bahwa otot retraktor (otot penutup cangkang) memanfaatkan hanya
sedikit energi metabolik dan membutuhkan sedikit impul untuk melaksanakan
aktivitasnya.
b) Serangga
Otot terbang pada serangga
berlawanan dengan otot pada bivalvia. Sayap pada beberapa jenis lalalt kecil
dapat bergerak dengan frekuensi lebih dari 1000 kali tiap detik. Otot pada
sayap disebut otot fibrilar, otot itu tidak langsung melekat pada sayap,
melainkan pada dinding toraks. Serabut otot vertikal yang berkontraksi
menyebabkan otot toraks turun berkat adanya titik tumpu yang dibentuk oleh
dinding lateral toraks. Sehingga menyebabkan sayap bergerak keatas. Ketika
berkontraksi akan memperpendek toraks pada arah anteroposterior ini akan
meninggikan toraks dan menurunkan sayap.
Sitem Otot pada Hewan Vertebrata,
Pada ikan dan hewan-hewan vertebrata lain, hewan-hewan ini mempunya otot, seperti otot-otot pada kepala
dan badan.
1.
Otot
badan pada ikan
Sistem otot pada ikan yakni penggerak tubuh, berupa sirip-sirip, Otot-otot
di seluruh tubuh secara teratur bersegemen, bergerak ketika mengadakan gerakan
berenang.
Otot tubuh dan ekor terutama terdiri dari miomer-miomer (otot-otot bersegmen)
yang berselang-seling/berganti-ganti tempat dengan vertebra ketika mengadakan
gerakan berenang dan berbalik arah. Miomer-miomer itu secara kasar berbentuk
seperti hurup W dan dirakit menjadi 4 sabuk miomer, yang di sepanjang punggung
merupakan rakitan yang terberat. Antara miomer-miomer itu terdapat jaringan
ikatan yang jika direbus, sabuk-sabuk miomer itu terpisah-pisah menjadi
lapisan-lapisan daging
2.
Amphibi
Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas berotot besar dan an
otot fleksor. Secara majemuk, sistem otot katak berbeda dari susunan
mioton primitif, terutama dalam apendiks. Otot-otot segmental mencolok pada
tubuh. Segmen kaki teratas berotot besar.
3. Reptilia
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena
gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik,
walaupun kurang jika dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas pada
kolumna vertebralis dan rusuk.
4. Aves
pada burung otot badan
sangat temodifikasi,dengan ada pada sayap yang berperan untuk terbang dengan
adanya persatuan yang kokoh antara vertebrata thoracale dan vertebrata lumbale
otot ini kurang berfungsi kecuali di daerah leher. otot badan sangat
temodifikasi,dengan ada nya modifikasi mussculi apendiculares dan lebih
berkembang di bagian pelvis dan pada burung juga di temukan otot sphinchter
colli yang berfungsi untuk mengusir serangga yang hinggap di tubuh nya. Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai
2 permukaan artikular dorsal. Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil.
Sternum mempunyai 4 buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai
pada lunas tulang sternum, dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik
sayap ke bawah). Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas.
B.
Sel dan Organ Pada Sistem Gerak Oleh Otot
Otot dapat bergerak karena
adanya sel otot.. Otot bekerja dengan cara berkontraksi dan relaksasi. Selain
itu otot juga menyebabkan pergerakan pada organisme maupun pergerakan dari
organ dalam organisme tersebut. selanjutnya otot diklasifikasikan menjadi tiga
jenis, yaitu Otot Lurik, Otot Polos dan Otot Jantung.
Berdasarkan cara kerja dan bentuknya, sel otot
dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Otot Polos
Otot polos adalah salah
satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya
tidak disadari, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini
biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti lambung dan usus. Jaringan otot
polos mempunyai serabut-serabut yang homogen sehingga bila diamati di bawah
mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah
pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos
terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.
Ciri otot polos, yaitu:
a) Selnya berbentuk
gelondong
b) Gerakan ototnya
lambat dan tidak cepat lelah.
c) Bekerja diluar kesadaran
Sel otot polos bila dilihat di bawah mikroskop cahaya tidak
menunjukan adanya garis-garis melintang. Otot polos vertebrata dapat dijumpai
pada dinding organ-organ dalam dan pembuluh darah: saluran pencernaan, uterus,
kendung kencing, ureter, arteri dan arteriole. Juga terdapat pada iris mata dan
otot penggerak rambut. Struktur internal sel-sel otot polos nampak kurang
terorganisasi secara baik dibandingkan dengan otot rangka dan otot jantung.
Susunan filament tebal dan filament tipis dalam otot polos nampak hampir acak,
organisasi sarkomerik dan pita Z nya tidak ada. Proporsi dan organisaasi
filament tebal dan filament tipisnya berbeda, tidak tersusun sejajar tapi
saling menyilang membentuk kisi-kisi. Rasio filament tebal dan tipis pada otot
polos sebesar 1;16 (pada otot rangka 1: 2). Filamen tebal mengandung myosin ,
sedangkan filament tipis hanya mengandung aktin dan tro[omiosin tanpa troponin.
Serabut otot polos mengandung filament antara (intermediate) yang bersifat non
kontraktil, yang melekat pada ‘’dense bodies’’ dan sarkolema. Filament
intermediet ini diduga berfungsi sebagi suatu rangka internal. Dense bodies
juga sebagi tempat melekatnya filament tipis ( sebagai pengganti garis
Z).
Berdasarkan pada perbedaan dalam bagaimana serabut otot
menjadi aktif , otot polos dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu otot
polos unit jamak ( multi unit ) dan otot polos unit tunggal ( single unit).
Otot polos unit jamak menunjukkan sifat-sifat antara otot rangka dan otot polos
unit tunggal. Seperti nampak pada namanya, suatuotot polos unit jamak terdiri
atas benyak unit-unit yang fungsinya secara bebas terpisah satu dengan yang
lain, yang di stimulus secara terpisah oleh saraf untuk berkontraksi ( mirip
dengan unit-unti motor pada otot rangka) jadi otot rangka dan otot polos unit
jamak keduanya neurogenik, yaitu kontraksinya tergantung pada adanya impuls
dari saraf. Namun berbeda dengan otot rangka, depolarisasi yang terjadi pada
otot polos dalam merespon stimulasi saraf otonomik untuk menuju ke respon
kontraktil adalah depolarisasi bertingkat ( pada otot rangka adalah potensial
aksi). Kekuatan kontraktilnya tidak hanya tergantung pada jumlah unit-unit yang
distimulasi dan kecepatan stimulasinya, tetapi juga pada pengaruh
hormone-hormon dan obat-obatan yang sedang bersirkulasi. Otot polos unit jamak terdapat pada
(1) dinding pembuluh darah besar ,(2) saluran udara besar ke paru-paru, (3)
otot-otot mata yang mengatur lensa untuk melihat dekat atau jauh, (4) otot iris
mata, dan (5) otot pada dasar folikel rambut.
Otot polos unit tunggal disebut juga ‘’otot polos viseral’’
sebab di jumpai pada dinding organ-organ berongga atau visera ( misalnya
saluran pancernaan, alat reproduksi, saluran kencing dan pembuluh darah kecil).
Istilah otot polos unit tunggal diambil dari fakta bahwa serabut-serabut otot
polos yang menyusun otot ini menjadi aktif dan berkontraksi secara serempak
sebagai suatu unit tunggal. Sel-sel otot polos unit tunggal secara
kelistrikan dihubungkan bersama oleh persambungan renggang ( gap
junction). Bila suatu potensial aksi terjadi pada suatu daerah pada pembungkus
otot polos unit tunggal, maka potensial aksi ini dengan cepat di sebarkan
melalui titik-titik khusus pada kontak kelistrikan ini ke seluruh
kelompok sel yang bersambunganseperti ini, yang fungsinya secara
kelistrikan dan mekanik sebagi suatu unit, dikenal sebagai suatu
sinsitsium fungsional.
Untuk berkontraksi, otot polos unit
tunggal dapat mengaktifkan diri sendiri ( self-excitable) tanpa
memerlukan stimulus melalui saraf. Ternyata dalam otot polos unit tunggal ini
ada kelompok-kelompok sel otot polos khusus yang mampu menghasilkan potensial
aksi tanpa stimulasi eksternal sama sekali. Berbeda dengan sel-sel otot polos
unit jamak, sel otot polos unit tunggal ini tidak menjaga potensial istirahat
yang konstan, namun potensial membrannya berfluktuasi terus tanpa pengaruh
eksternal sama sekali. Setiap
serabut otot polos adalah sel tunggal berbentuk gelendong dengan satu nukleus, sel-sel itu tersusun dalam
lembaran. Otot polos juga disebut otot tak berlurik karena tidak tampak adanya
lurik melintang di bawah mikroskop cahaya. Otot polos dapat berkontraksi secara
spontan, tetapi terutama dikendalikan oleh neuron motor
dari sistem syaraf simpatik dan parasimpatik. Kerja otot polos jauh lebih
lambat daripada kerja otot kerangka. Otot polos memerlukan waktu antara tiga
detik sampai tiga menit untuk berkontraksi. Otot polos berbeda dengan otot
kerangka dalam kemampuannya untuk tetap berkontraksi pada berbagai panjang.
Keadaan ini disebut dengan tonus. Tonus (otot) adalah kontraksi otot yang
selalu dipertahankan keberadaannya oleh otot itu sendiri. Otot polos bekerja di
luar kesadaran. Kontraksi otot polos dapat melaksanakan bermacam-macam tugas, seperti meneruskan makanan dari mulut ke saluran pencernaan dan mengeluarkan urine. Otot
polos terdapat pada sistem pernapasan, sistem reproduksi, arteri, vena,
pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata. Otot
polos bertanggung jawab atas aktivitas tubuh tidak sadar, seperti gerakan
lambung atau penyempitan arteri.
b.
Otot lurik
Otot rangka merupakan jenis otot
yang melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak),
bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang
terletak di tepi sel. Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena
sebagian besar jenis otot ini melekat pada kerangka. Kontraksinya menurut
kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar. Dinamakan otot luri. karena bila dilihat di
bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan terang berselang-seling melintang
di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain dari otot lurik adalah otot
bergaris melintang. Contoh otot pada lengan. Kontraksi otot lurik berlangsung
cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak dan di
bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan
melindungi kerangka dari benturan keras. Garis-garis pada otot lurik
disebabkan oleh struktur miofibril-miofibril yang saling berkaitan.
Ciri otot lurik, yaitu:
a) Selnya berbentuk
silindris dengan garis gelap terang,
b) Bekerja secara
sadar
c) gerakannya cepat dan mudah lelah serta melekat pada rangka.
Unit struktural jaringan otot ialah serat otot. Serat otot
rangka berdiameter 0,01-0,1 mm dgn panjang 1-40 mm. Besar dan jumlah jaringan,
terutama jaringan elastik, akan meningkat sejalan dengan penambahan usia.
Setiap 1 serat otot dilapisi oleh jaringan elastic tipis yg disebut
sarcolemma. Protoplasma serat otot uang berisi materi semicair disebut sarkoplasma.
Sarkolema yang dibungkus oleh endomesium yaitu jaringan ikat yang
banyak mengandung serabut kolagen, reticulum dan elastin. Beberapa serabut
tunggal akan bergabung menjadi satu berkas yang disebut fasikulus. Fasikulus
dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut perimesium. Seluruh fasikulus
dibungkus secara bersama –sama oleh epimesium menjadi sebuah berkas
yang biasa kita sebut sebagai otot. Endomesium, perimesium dan epimesium
bergabung bersama membentuk tendon atau urat untuk melekatkan otot pada
tulang atau jaringan yang lain. Otot rangka diinervasi oleh system saraf
somatic.Bila kita memisahkan satu sel otot dari fasikulusnya maka dapat dilihat
bahwa di dalam sel otot tersebut terdapat beratus-ratus serabut halus
yang tersusun sejajar dan homogen, yang dikenal dengan nama myofibril. Bila
diamati lebih lanjut akan nampak bahwa di dalam setiap myofibril terdapat
miofilamen tebal dan miofilamen tipis yang tersusun sejajar namun tidak
homogen, sehingga memberikan gambaran pita gelap-terang myofibril.
Pita gelap disebut sebagai pita A ( A=Anisotropik ),
merupakan bagian yang ditempati filament tebal dan tipis. Ditengah-tengah pita
A terdapat daerah yang agak terang, disebut sebagai zona H (H= Heller yang
berarti cahaya). Pita H merupakan bagian dari myofibril yang dibangun oleh
miofilamen tebal. Pita yang terang disebut pita I ( Isotropik ), yang
ditengahnya terdapat garis berbentuk gambaran garis Z (Z= Zwischensheibe,yang
berarti cakram antara). Pita I merupakan bagian pada myofibril yang dibatasi
oleh garis Z disebut sarkomer,yang panjangnya sekitar 2 um. Jadi setiap
sarkomer terdiri atas pita A yang kedua ujungnya diapit oleh pita I. dengan
adanya pita A dan I yang tersusun berselang seling ini maka otot rangka tampaka
bergaris-garis melintang sehingga disebut sebagai otot lurik. Sarkomer disebut
juga sebagi unit fungsional atau unit kontraksi otot, sebab peristiwa kontraksi
otot terjadi pada setiap sarkomer.
c. Otot jantung
Bentuk
yang hampir sama dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik tapi bedanya
dengan otot lurik yaitu bahwa otot lurik memiliki satu atau dua nukleus yang
terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya otot yang
memiliki percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki
kesamaan dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni tidak disadari.
Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung, meskipun
begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi terhadap rangsang
lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.
Ciri otot jantung, yaitu:
a) Selnya berbentuk
silindris dengan percabangan (sinsitium),
b) Nukleus satu dan terletak di tengah,
c) Bekerja secara tidak sadar (involunteer),
d) Tidak mudah
lelah dan
e) Terdapat pada organ jantung
Ø Bagian-bagian otot:
1) Sarkolema
Sarkolema
adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung
otot
2) Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada.
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada.
3)
Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
4)
Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :
Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :
·
Miofilamen
homogen (terdapat pada otot polos).
·
Miofilamen
heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot
lurik). Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut
aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita
berkontraksi (memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot
kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.Otot merupakan sekelompok
serabut-serabut otot yang tersusun rapi. Dan setiap serabut otot terdiri atas
dua jenis miofilamen yaitu: Miofilamen
tebal, yang di bentuk oleh protein miosin dan Miofilamen tipis, yang di bentuk
oleh protein aktin.
Ø
otot memiliki 5 sifat, yaitu :
1) Otot
memiliki kemampuan berkontraksi dan berelaksasi
Kontraksi otot terjadi apabila otot
menerima rangsangan. Kontraksi otot dikenal dengan penegangan otot. Dikenal dua
macam kontraksi otot yaitu Isotonik dan Isometrik.Kontraksi
isotonik adalah penegangan otot yang mengakibatkan otot mengalami pemendekan.
Contohnya adalah orang yang mengangkat beban tidak terlalu berat sehingga beban
terangkat. Kontraksi isometrik adalah timbulnya penegangan otot tanpa mengalami
pemendekan. Contohnya adalah bila orang mengangkat beban terlalu berat sehingga
beban tidak terangkat. Pada umumnya kotraksi isometrik digunakan untuk
mengetahui panas yang timbul di dalam otot.
2) Elastisitas
dan kekenyalan
Setelah mengalami pengembangan atau
perpanjangan, otot mampu kembali pada bentuk dan ukuran semula. Contohnya,
rahim yang berisi janin menjadi mengembang dan jika janin telah keluar, rahim
dapat kembali seperti ukuran semula.
3) Kepekaan
terhadap rangsangan atau iritabilitas
Otot mampu mengadakan tanggapan atau
respon apabila otot dirangsang. Ada 4 macam bentuk rangsangan yaitu : Mekanik
(pijitan, pukulan), Kimia (larutan asam dan larutan garam), panas dan listrik
(arus listrik yang diberikan terhadap otot atau saraf). Diantara keempat itu
yang sering digunakan adalah rangsangan listrik. Bila otot jantung dirangsang,
seluruh ototnya akan berkontraksi secara maksimal. Hal ini menggambarkan azas
“semua atau tidak” atau dengan kata lain setiap kontraksi mencapai maksimal bila
diberi rangsang. Azas ini juga berlaku untuk serabut otot.
4) Sifat
otot dapat mengalami kecapaian atau fatigueYaitu suatu keadaan yang
ditandai oleh menurunnya kepekaan dan kemampuan menegang apabila otot
dirangsang secara terus menerus dengan intensitas rangsang yang sama besar
dengan frekuensi 1 rangsang perdetik maka pada suatu saat otot mengalami
kehilangan kemampuan untuk kontraksi. Faktor lain yang dapat menimbulkan
kecapaian adalah aktivitas yang berlebihan, kurng gizi, gangguan pada sisstem
peredaran darah, pernafasan, endrokrin, dan sikap tubuh yang tidak betul.
5) Otot
dapat membesar (Hipertrofi)
Bila otot melakukan kerjaberat
secara terus menerus, otot akan membesar yang disebut dengan hipertrofi. Otot
yang mengalami hipertrofi diamater serabut ototnya meningkat dan jumlah zat
didalam otot jugs bertambah. Sebaliknya, otot yang tidak digunakan menjadi
kecil ( Atropi).
C.
Kerja Otot dan Proses Gerak
a) KERJA
OTOT LURIK
Otot rangka adalah masa otot yang
bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh.
Mekanisme otot lurik/otot rangka, mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan
suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen - filamen aktin dan
myosin. Selama kontraksi otot, filamen - filamen tipis aktin terikat pada dua
garis yang bergerakke Pita A,meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Gerakan
pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu
penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. Filamen myosin letaknya menjadi
sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A. Lebar sarkomer menjadi
berkurang sehingga terjadi kontraksi. Kontraksi berlangsung pada interaksi
antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.
Jadi berkejanya otot lurik secara
sederhana demikian:
1) Rangsangan
pada sebuah saraf motorik ( yang mensarafi serabut otot) pada ujung saraf
motorik mensekresi neurotransmiter Asetilkolin.
2) Asetilkolin
akan menyebabkan retikulum sarkoplasmik melepaskan sejumlah ion kalsium ( yang
tersimpan dalam RS) kedalam miofibril.
3) Ion kalsium dan pembongkaran ATP yang
menghasilkan energi menimbulkan kekuatan menarik filamen aktin dan miosin,yang
menyebabkan gerakan bersam-sama sehingga menghasilkan proses kontraksi.
4) Kemudian dalan satu detik ion kalsium dipompa
kembali kedalam retikulum sarkoplasmik tempat ion kalsium disimpan.
5) Kembalinya
ion kalsium ini menyebabkan kontrasi otot berhenti.Otot tidak pernah istirahat
benar,meskipun keliatannya demikian.Pada hakekatnya mereka selalu berada dalam
keadaan tonus otot,yang berarti siap untuk bereaksi terhadap rangsangan.
Misalnya ketokan pada tendo patella mengakibatkan kontraksi dari extensor
quadrisep femoralis dan sedikit rangsangan sendi lutut. Sikap tubuh ditentukan
oleh tingkat tonus
b)
KERJA OTOT POLOS
Cara kerja otot polos. Bila otot polos berkontraksi, maka
bagian tengahnya membesar dan otot menjadi pendek. Kerutan itu terjadi
lambat, bila otot itu mendapat suatu rangsang, maka reaksi terhadap berasal
dari susunan saraf tak sadar (otot involunter ), oleh karena itu otot polos
tidak berada di bawah kehendak. Jadi bekerja di luar kesadaran kita.
c)
KERJA OTOT JANTUNG
Salah satu
organ vital hewan adalah jantung. Seperti yang kita ketahui bahwa jantung
memiliki fungsi yang sangat penting yaitu memompakan darah keseluruh tubuh.
Jika organ jantung memiliki gangguan tentu seluruh fungsi dan cara kerja otot
jantungpun akan terganggu, khususnya peredaran darah keseluruh tubuh yang akan
terganggu dan akibatnya, oksigen serta nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak
dapat tersebar keseluruh tubuh hewan. Otot jantung bekerja terus menerus dan
ketika sedang memompa darah ditandai dengan adanya detak jantung. Otot jantung
bekerja dengan kontraksi secara terus menerus yang dikoordinasi mulai dari sel
otot hingga kebagian serambi dan juga bilik ke pembuluh darah baik itu kebagian
kiri maupun bagian kanan paru-paru. Untuk fungsi dan cara kerja otot jantung
dapat berjalan dengan baik ketika suplai darah dalam jumlah cukup agar oksigen
dan juga nutrisi agar dapat tersebar keseluruh tubuh hewan.
Kontraksi
dan Relaksasi Otot
Kontraksi otot adalah proses terjadinya pengikatan
aktin dan miosin sehingga otot memendek. Aktin merupakan bentuk jaring otot
yang berfungsi untuk membentuk permukaan sel, pigmen penyusun otot yang
berdinding tipis, protein yang merupakan unsur kontraksi dalam otot, sedangkan miosin adalah protein dalam otot yang mengatur kontraksi dan
relaksasi filamen penyusun otot yang berdinding tebal. Otot memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a.
Kontraktibilitas, yaitu kemampuan untuk memendek;
b.
Ekstensibilitas, yaitu kemampuan untuk memanjang;
c.
Elastisitas, yaitu kemampuan untuk kembali ke ukuran semula setelah memendek
atau memanjang.
Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme
kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang
dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai
ikatan dengan ATP. ATP yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk
kompleks miosin ADP-Pi dan akan berikatan dengan aktin. Tahap selanjutnya, tahap relaksasi konformasional kompleks aktin, miosin, danADP-Pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP,
proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.
Mekanisme kontraksi otot, dimulai dengan
pembentukan kolin menjadi asetilkolin yang terjadi di dalam otot. Proses itu
akan diikuti dengan penggabungan antara ion kalsium, troponium, dan tropomisin.
Penggabungan ini memacu penggabungan miosin dan aktin menjadi akto-miosin.
Terbentuknyaakto-miosin menyebabkan sel otot memendek (berkontraksi) pada
plasma sel, ion kalsium akan berpisah dari troponium sehingga aktin dan miosin
juga terpisah dan otot akan kembali relaksasi. Saat kontraksi, filamen aktin akan meluncur atau mengerut diantara miosin ke dalam zona H (Zona H adalah bagian terang antara 2 pita), dengan
demikian serabut otot memendek atau yang tetap panjang adalah pita A (pita
Gelap), sedangkan pita I (pita terang) dan zona H bertambah pendek pada saat kontraksi.
Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisis
menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke
miosin yang berubah ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi
ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk
jembatan silang, kemudian simpanan energi miosin dilepaskan dan ujung miosin
lalu beristirahat dengan energi rendah pada saat ini terjadi relaksasi. Mekanisme otot ketika berelaksasi, relaksasi terjadi
jika ion-ion Ca++ dipompa lagi masuk ke dalam retikulum sarkoplasma
secara transport aktif dengan bantuan ATP, sehingga binding site aktin kembali tertutupi oleh
tropomiosin, cross bridge tidak dapat terjadi dan relaksasi terjadi.
Mekanisme Kontraksi Otot
Dasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model
Pergeseran Filamen yang pertama kali dikemukakan tahun 1954 oleh Andrew Huxley
dan Ralph Niederge dan oleh Hugh Huxley dan Jean Hanson. Selama kontraksi otot,
setiap sarkomer memendek, menyebabkan garis Z menutup bersama. Tidak ada
perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir tidak
terlihat. Perubahan ini diterangkan oleh filamen aktin dan myosin yang bergeser
melewati satu sama lain, sehingga filamen aktin berpindah menuju daerah A dan zona
H. Kontraksi otot dengan demikian akibat dari interaksi diantara filamen aktin
dan myosin yang menghasilkan pergerakan yang relatif satu sama lain. Dasar
molekuler untuk interaksi ini adalah ikatan myosin ke filamen aktin menyebabkan
myosin berfungsi sebagai penggerak pergeseran filamen.
Tipe myosin yang terdapat pada otot (myosin II) adalah
jenis protein yang besar (sekitar 500 kd) yang terdiri dari dua rantai berat
yang identik dan dua pasang rantai ringan. Setiap ikatan gelap terdiri atas
gugus kepala globuler dan ujung α-heliks yang panjang. Ujung α-heliks dari dua
rantai berat yang kembar di sekitar satu sama lain di dalam struktur gulungan
untuk membentuk dimer dan dua rantai ringan yang terhubung dengan bagian leher
tiap gugus kepala untuk membentuk molekul myosin yang komplet.
Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu molekul
myosin yang berhubungan dalam pergiliran pararel disusun oleh interaksi
diantara ujung-ujungnya. Kepala globuler myosin mengikat aktin membentuk
jembatan diantara filamen tebal dan tipis. Ini penting dicatat bahwa orientasi
molekul myosin pada filamen tipis berkebalikan pada garis M sarkomer. Polaritas
filamen aktin sama berkebalikan pada garis M sehingga orientasi filamen aktin
dan myosin adalah sama pada kedua bagian sarkomer. Aktivitas penggerak myosin
memindahkan gugus kepalanya sepanjang filamen aktin pada arah ujung positif.
Pergerakan ini mengegeser filamen aktin dari kedua sisi sarkomer terhadap garis
M, memendekkan sarkomer dan menyebabkan kontraksi otot. Penambahan ikatan
aktin, kepala myosin mengikat dan kemudian menghidrolisis ATP yang menyediakan
energi untuk menggerakkan pergeseran filamen. Pengubahan energi kimia untuk
pegerakan ditengahi oleh perubahan bentuk myosin akibat pengikatan ATP. Model
ini secara luas diterima bahwa hidrolisis ATP mengakibatkan siklus yang
berulang pada interaksi diantara kepala myosin dan aktin. Selama tiap siklus,
perubahan bentuk pada myosin mengakibtkan pergerakan kepala myosin sepanjang
filamen aktin.
Walaupun mekanisme molekuler masih belum sepenuhnya
diketahui, model yang diterima secara luas untuk menjelaskan fungsi myosin
diturunkan dari penelitian in vitro tentang pergerakan myosin di sepanjang
filamen aktin (oleh James Spudich dan Michael Sheetz) dan dari determinasi struktur
3 dimensi myosin (oleh Ivan Rayment dan koleganya). Siklus dimulai dari myosin
(tanpa adanya ATP) yang berikatan dengan aktin. Pengikatan ATP memisahkan
kompleks myosin-aktin dan hidrolisis ATP kemudian menyebabkan perubahan bentuk
di myosin. Perubahan ini mempengaruhi daerah leher myosin yang terikat pada
ikatan terang yang bertindak sebagai lengan pengungkit untuk memindahkan kepala
myosin sekitar 5 nm. Produk hidrolisis meninggalkan ikatan pada kepala myosin
yang disebut “posisi teracung”. Kepala myosin kemudian mengikat kembali filamen
aktin pada posisi baru, menyebabakan pelepasan ADP + Pi yang menggerakkannya.
Kejadian biokimiawi yang penting dalam mekanisme
kontraksi dan relaksasi otot dapat digambarkan dalam 5 tahap yakni sebagai
berikut :
a.
Dalam fase relaksasi pada kontraksi otot, kepala S1
myosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi, namun kedua produk ini tetap
terikat. Kompleks ADP-Pi- myosin telah mendapatkan energi dan berada dalam
bentuk yang dikatakan sebagai bentuk energi tinggi.
b. Kalau kontraksi
otot distimulasi maka aktin akan dapat terjangkau dan kepala myosin akan
menemukannya, mengikatnya serta membentuk kompleks aktin-myosin-ADP-Pi.
c. Pembentukan
kompleks ini meningkatkan Pi yang akan memulai cetusan kekuatan. Peristiwa ini
diikuti oleh pelepasan ADP dan disertai dengan perubahan bentuk yang besar pada
kepala myosin dalam sekitar hubungannya dengan bagian ekornya yang akan menarik
aktin sekitar 10 nm ke arah bagian pusat sarkomer. Kejadian ini disebut cetusan
kekuatan (power stroke). Myosin kini berada dalam keadaan berenergi rendah yang
ditunjukkan dengan kompleks aktin-myosin.
d. Molekul ATP yang
lain terikat pada kepala S1 dengan membentuk kompleks aktin-myosin-ATP.
e.
Kompleks aktin-ATP mempunyai afinitas yang rendah
terhadap aktin dan dengan demikian aktin akan dilepaskan. Tahap terakhir ini
merupakan kunci dalam relaksasi dan bergantung pada pengikatan ATP dengan
kompleks aktin-myosin.
Pengaturan
untuk Kontraksi Otot. Gerakan otot lurik tentu dibawah komando atau suatu kontrol
yang disebut impuls saraf motor.
a. Ca2+
mengatur Kontraksi Otot dengan proses yang ditengahi oleh Troponin dan
Tropomiosin
Sejak tahun 1940, ion Kalsium diyakini turut berperan serta dalam pengaturan kontraksi otot. Kemudian, sebelum 1960, Setsuro Ebashi menunjukkan bahwa pengaruh Ca2+ ditengahi oleh Troponin dan Tropomiosin. Ia menunjukkan aktomiosin yang diekstrak langsung dari otot (sehingga mengandung ikatan dengan troponin dan tropomiosin) berkontraksi karena ATP hanya jika Ca2+ ada pula. Kehadiran troponin dan tropomiosin pada sistem aktomiosin tersebut meningkatkan sensitivitas sistem terhadap Ca2+. Di samping itu, subunit dari troponin, TnC, merupakan satu-satunya komponen pengikat Ca2+. Secara molekuler, proses kontraksi (Anonim,2010)
Sejak tahun 1940, ion Kalsium diyakini turut berperan serta dalam pengaturan kontraksi otot. Kemudian, sebelum 1960, Setsuro Ebashi menunjukkan bahwa pengaruh Ca2+ ditengahi oleh Troponin dan Tropomiosin. Ia menunjukkan aktomiosin yang diekstrak langsung dari otot (sehingga mengandung ikatan dengan troponin dan tropomiosin) berkontraksi karena ATP hanya jika Ca2+ ada pula. Kehadiran troponin dan tropomiosin pada sistem aktomiosin tersebut meningkatkan sensitivitas sistem terhadap Ca2+. Di samping itu, subunit dari troponin, TnC, merupakan satu-satunya komponen pengikat Ca2+. Secara molekuler, proses kontraksi (Anonim,2010)
b. Impuls
saraf melepaskan Ca2+ dari Retikulum Sarcoplasma. Sebuah impuls saraf yang tiba
pada sebuah persambungan neuromuskular (= sambungan antara neuron dan otot)
akan dihantar langsung kepada tiap-tiap sarkomer oleh sebuah sistem tubula
transversal / T. Tubula tersebut merupakan pembungkus-pembungkus semacam saraf
pada membran plasma fiber. Tubula tersebut mengelilingi tiap miofibril pada
disk Z masing-masing. Semua sarkomer pada sebuah otot akan menerima sinyal
untuk berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai satu kesatuan utuh.
Sinyal elektrik itu dihantar (dengan proses yang belum begitu dimengerti)
menuju retikulum sarkoplasmik (SR). SR merupakan suatu sistem dari vesicles
(saluran yang mengandung air di dalamnya) yang pipih, bersifat membran, dan
berasaldari retikulum endoplasma. Sistem tersebut membungkus tiap-tiap miofibril
hampir seperti rajutan kain.
Membran SR yang secara normal
non-permeabel terhadap Ca2+ itu mengandung sebuah transmembran Ca2+-ATPase yang
memompa Ca2+ kedalam SR untuk mempertahankan konsentrasi [Ca2+] bagi otot
rileks. Kemampuan SR untuk dapat menyimpan Ca2+ ditingkatkan lagi oleh adanya
protein yang bersifat amat asam yaitu kalsequestrin (memiliki situs lebih dari
40 untuk berikatan dengan Ca2+). Kedatangan impuls saraf membuat SR menjadi permeabel
terhadap Ca2+.Akibatnya, Ca2+ berdifusi melalui saluran-saluran Ca2+ khusus
menuju interior miofibril, dan konsentrasi internal [Ca2+] akan bertambah.
Peningkatan konsentrasi Ca2+ ini cukup untuk memicu perubahan konformasional
dalam troponin dan tropomiosin. Akhirnya, kontraksi otot terjadi dengan
mekanisme “perahu dayung” tadi. Saat rangsangan saraf berakhir, membran SR
kembali menjadi impermeabel terhadap Ca2+ sehingga Ca2+ dalam miofibril akan
terpompa keluar menuju SR. Kemudian otot menjadi rileks seperti sediakala.
Mekanisme
kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif
dari filamen-filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi otot,
filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita
A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Namun, gerakan
pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau
seluruhnya garis H. selain itu filamen myosin letaknya menjadi
sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar
sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung
pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.
Mekanisme
Kontraksi Otot (Sumber : http://www.colorado.edu)
Kontraksi otot dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
- Treppe
atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali
pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa
detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut
otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.
- Summasi,
berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan
berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit
motor berganda dan summasi bergelombang).
- Fatique
adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
- Tetani adalah
peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada
peningkatan tegangan kontraksi.
- Rigor
terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga
kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.
Saat
kontraksi terjadi, filamen aktin akan berjalan di antara miosin ke dalam zona H
(zona H, yaitu bagian terang di antara dua pita gelap). Dengan keadaan yang
demikian itu, terjadi pemendekan serabut otot. Namun demikian, ada serabut yang
tetap panjang, yaitu garis M (anisotrop/pita gelap), sedangkan garis Z
(isotrop/pita terang) dan daerah H bertambah pendek waktu terjadi kontraksi.
Bagian ujung miosin dapat berkaitan dengan ATP dan menghidrolisis ATP tersebut
menjadi ADP. Energi dilepaskan dengan cara mencegah pemindahan ATP ke miosin
yang diubah bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi
tinggi tersebut kemudian berikatan dengan aktin membentuk jembatan silang.
Segera setelah terbentuk, jembatan silang tersebut membebaskan sejumlah energi
dan menyampaikan energi tersebut ke arah aktin. Proses ini menyebabkan aktin
mengerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun
berkerut. Kepala miosin akan lepas dari aktin. Proses ini memerlukan ATP yang
diambil dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka aktin akan lepas dari
miosin. Secara keseluruhan otot akan relaksasi kembali.
Proses
ini berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Kontraksi otot akan
berlangsung selama ada rangsangan, apabila tidak ada rangsangan maka ion
kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak
memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang
berelaksasi.
Gambar 1 Zona terang
dan zona gelap pada otot dan perubahan yang terjadi pada zona tersebut saat
kontraksi
Gambar 2 (a) Struktur yang membangun otot rangka, (b) Posisi aktin dan miosin saat relaksasi dan kontraksi
Mekanisme Relaksasi
Otot.
a.
Konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah 10-7 mol/L
sebagai akibat dari pelepasannya kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh Ca2+ ATPase.
b.
TpC- 4 Ca2+ kehilangan Ca2+
c.
Troponin lewat interaksinya dengan tropomyosin
menghambat interaksi selanjutnya kepala myosin- F aktin.
d.
Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F
aktin.
Dengan demikian ion Ca2+ mengendalikan
kontraksi otot lewat mekanisme alosterik yang diantarai di dalam otot oleh TpC,
TpI, TpT, tropomyosin dan F aktin
Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme
kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin
yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses
tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. Selanjutnya ATP yang terikat dengan
miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan
berikatan dengan aktin. Selanjutnya tahap relaksasi konformasional kompleks
aktin, miosin, ADP-pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP,
proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.
D.
Gangguan
Sistem Gerak Otot
Otot berperan dalam gerakan sebagai
alat gerak aktif. Jika otot mengalami gangguan, maka sistem gerak juga menjadi
terhambat. Beberapa macam gangguan otot di antaranya adalah:
a. Kejang
otot, terjadi apabila otot terus-menerus melakukan aktivitas sampai akhirnya
tidak mampu lagi berkontraksi karena kehabisan energi.
b. Tetanus,
yaitu otot terus menerus mengalami ketegangan karena infeksi bakteri
Clostridium tetani yang menghasilkan toksin.
c. Atrofi
atau miastema grafis, yaitu keadaan otot mengecil sehingga menghilangkan
kemampuan otot untuk berkontraksi. Hal ini menyebabkan otot mengalami kelumpuhan.
d. Supertrofi,
yaitu volume otot membesar karena otot setiap hari dilatih secara berlebihan.
e. Hernia
abdominalis, yaitu otot dinding perut yang lemah tersobek sehingga letak usus
menurun.
f. Stiff
atau kaku leher, yaitu otot leher yang mengalami peradangan akibat gerakan atau
hentakan yang salah sehingga leher terasa kaku.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Otot adalah kumpulan sel-sel otot yang membentuk
jaringan yang berfungsi menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Otot merupakan jaringan pada
tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi
oleh stimulus dari sistem saraf. Berdasarkan cara kerja dan
bentuknya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Otot Lurik, Otot Polos dan Otot Jantung. Otot juga
memiliki beberapa karakteristik, yaitu kontraktibilitas ekstensibilitas,
elastisitas. Mekanisme kontraksi otot, dimulai dengan pembentukan kolin menjadi asetilkolin yang
terjadi di dalam otot. Proses itu akan diikuti dengan penggabungan antara ion
kalsium, troponium, dan tropomisin.
DAFTAR PUSTAKA
Paggara, Halifah dan Adnan. 2006.
Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Faisal. 2012. Buku Ajar Struktur Hewan.
Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata.
Yogyakarta: Biologi FMIPA UNY.
Tortora, Gerard. J. & Derrickson
Bryan. 2009. Principles of Anatomy and Physiology, twelfth edition: United States of
America.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar