Selasa, 19 April 2016

MAKALAH SISITEM OTOT

BAB I
PENDAHULUAN
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan kedua kaki sedang sebagian (yanglain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” ( QS An-Nuur Ayat : 45)

A.    LATAR BELAKANG
Gerak merupakan salah satu bentuk reaksi terhadap rangsangan. Gerak pada tumbuhan dan hewan berbeda karena tumbuhan tidak mempunyai alat khusus untuk bergerak, sedangkan hewan umumnya mempunyai alat. Mikroorganisme bergerak dengan cara tertentu.Dalam kehidupan, ada beberapa bagian yang dapat membantu antara organ satu dengan organ lainnya, contohnya saja otot. Otot dapat melekat di tulang yang berfungsi untuk bergerak aktif. Selain itu otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin (Awik, 2004).Pada saat otot berkontraksi, filamen-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondria di sekitar miofibril. Oleh karena itu, banyak jenis otot yang saling berhubungan walaupun jenis otot terdiri dari otot lurik, otot jantung, dan otot rangka. Ketiganya mempunyai fungsi dan tujuan yang berbeda pula.Hewan bergerak dengan menggunakan alat gerak khusus, contohnya Colenterata bergerak dengan menggunakan tentakel, Mollusca bergerak dengan menggunakan kaki otot, masih ada berbagai contoh pada hewan invertebrata. Pada vertebrata terdapat tulang sebagai alat gerak. Otot sebagai alat gerak aktif sedangkan tulang sebagai alat gerak pasif. Anggota gerak pada hewan yang hidup di darat biasanya berupa kaki dan sayap, sedangkan pada hewan yang hidup di air berupa sirip. Untuk dapat bergerak memerlukan tiga hal yaitu Propulsion (Penyebab gerak ke arah yang dituju), Suport (Kegiatan tubuh yang melawan tempat hidup/medium), Stabilias (Kemampuan memulihkan keseimbangan yang hilang pada waktu melakukan gerak).
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana sistem otot pada berbagai hewan ?
2.      Apa saja sel dan organ – organ pada sistem gerak oleh otot ?
3.      Bagaimana kerja otot dan proses gerak terjadi?

C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui bagaimana sistem otot pada berbagai hewan
2.      Untutk mengetahui sel dan organ – organ pada sistem gerak oleh otot
3.      Untuk mengetahui kerja otot dan proses gerak itu terjadi












BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Sistem Otot Pada Berbagai Hewan
Otot adalah kumpulan sel-sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Otot merupakan alat gerak aktif sedangkan rangka tubuh merupakan alat gerak pasif. Secara anatomis, otot terdiri dari dua filamen (benang) dasar, yaitu aktin dan miosin. Miosin berstruktur tebal, sedangkan aktin berstruktur tipis. Otot merupakan suatu organ/alat yang dapat bergerak ini adalah sutau penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel oto akan memendekkan dirinya kearah tertentu. Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks, yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filameb - filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil.
Sistem otot adalah sistem organ pada hewan dan manusia yang mengizinkan makhluk tersebut bergerak. Sistem otot dikontrol oleh sistem saraf, dan walaupun beberapa otot (seperti otot jantung) dapat bergerak secara otonom, Otot merupakan suatu organ alat yang dapat bergerak ini adalah sesuatu yang  penting bagi organisme. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan rangasangan maka miofibril akan memendek.. Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Unit dasar dari seluruh jenis otot adalah miofibril yaitu struktur filamen yang berukuran sangat kecil yang tersusun dari protein kompleks , yaitu filamen aktin dan miosin. Pada saat berkontraksi, filameb-filamen tersebut saling bertautan yang mendapatkan energi dari mitokondriadi sekitar miofibil.
Sistem otot pada hewan avertebrata atau Alat gerak hewan pada umumnya merupakan kontraksi sel-sel khusus (otot) material kontraksi yang disebut sebagai aktomiosin .pada dasar nya sama baik otot polos lurik maupun otot jantung vertebrata maupun avertebrata:
1.      sistem otot pada cacing pipih (platyhelminthes)
Serabut otot terbagi atas Sirkular, Longitudinal, Serong atau vertical yang mana Sirkular terdapat di bawah epidermis dan berkontraksi memanjang kan tubuh nya, longitudinal yang berfungsi memperpendek tubuh nya ,dan otot serong atau vertical yang berfungsi untuk bergerak seperti membalik,melipat dan merentangkan diri nya keseluruh arah.
2.      Sitem otot pada molusca
Sebagian otot besar otot berupa otot halus yang berkontraksi lambat namun yang dapat aktif berenag menggerakkan cangkang nya terdapat otot halus atau lurik. Otot halus yang berfungsi untuk menutup cangkang pada saat istirahat dan otot lurik yang berfungsi untuk menimbulkan gerakan berenang.
3.      System otot pada arthropoda
Pada mosculer sangat kompleks ukuran maupun otot-otot tubuh yang banyak jumlah nya dan bersendi dan otot melekat pada permukaan dalam rangka luar.
Dibalik mekanisme otot yang secara eksplisit hanya merupakan gerak mekanik itu. Terjadilah beberapa proses kimiawi dasar yang berseri demi kelangsungan kontrakso otot. Hampir semua jenis makhluk hidup memilki kemampuan untuk melakukan pergerakan. Fenomena pergerakan ini dapat berupa transport aktif melalui membran, translokasi polimerase DNA sepanjang rantai DNA, dan lain-lain termasuk kontraksi otot. Invertebrata telah memiliki otot lurik maupun otot polos dengan banyak variasi.
a)      Bivalvia
Bivalvia atau kerang memiliki dua macam tipe otot, yaitu: (1) otot lurik yang dapat berkontraksi dengan cepat yang memungkinkan kerang dapat mengatupkan cangkangnya dengan cepat bila ada gangguan, (2) otot polos yang mampu melakukan kontraksi dengan lambat dan berlangsung lama. Kini diketahui bahwa otot retraktor (otot penutup cangkang) memanfaatkan hanya sedikit energi metabolik dan membutuhkan sedikit impul untuk melaksanakan aktivitasnya.
b)      Serangga
Otot terbang pada serangga berlawanan dengan otot pada bivalvia. Sayap pada beberapa jenis lalalt kecil dapat bergerak dengan frekuensi lebih dari 1000 kali tiap detik. Otot pada sayap disebut otot fibrilar, otot itu tidak langsung melekat pada sayap, melainkan pada dinding toraks. Serabut otot vertikal yang berkontraksi menyebabkan otot toraks turun berkat adanya titik tumpu yang dibentuk oleh dinding lateral toraks. Sehingga menyebabkan sayap  bergerak keatas. Ketika berkontraksi akan memperpendek toraks pada arah anteroposterior ini akan meninggikan toraks dan menurunkan sayap.
Sitem Otot pada Hewan Vertebrata, Pada ikan dan hewan-hewan vertebrata lain, hewan-hewan ini  mempunya otot, seperti otot-otot pada kepala dan badan.
1.      Otot badan pada ikan
Sistem otot pada ikan yakni penggerak tubuh, berupa sirip-sirip, Otot-otot di seluruh tubuh secara teratur bersegemen, bergerak ketika mengadakan gerakan berenang. Otot tubuh dan ekor terutama terdiri dari miomer-miomer (otot-otot bersegmen) yang berselang-seling/berganti-ganti tempat dengan vertebra ketika mengadakan gerakan berenang dan berbalik arah. Miomer-miomer itu secara kasar berbentuk seperti hurup W dan dirakit menjadi 4 sabuk miomer, yang di sepanjang punggung merupakan rakitan yang terberat. Antara miomer-miomer itu terdapat jaringan ikatan yang jika direbus, sabuk-sabuk miomer itu terpisah-pisah menjadi lapisan-lapisan daging
2.      Amphibi
Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas berotot besar dan an otot fleksor. Secara majemuk, sistem otot katak berbeda dari susunan mioton primitif, terutama dalam apendiks. Otot-otot segmental mencolok pada tubuh. Segmen kaki teratas berotot besar.
3.       Reptilia
Dibandingkan dengan katak, sistem otot buaya itu lebih rumit, karena gerakannya lebih kompleks. Otot-otot kepala, leher, dan kaki tumbuh baik, walaupun kurang jika dibandingkan pada mammalia. Segmentasi otot jelas pada kolumna vertebralis dan rusuk.
4.        Aves
pada burung otot badan sangat temodifikasi,dengan ada pada sayap yang berperan untuk terbang dengan adanya persatuan yang kokoh antara vertebrata thoracale dan vertebrata lumbale otot ini kurang berfungsi kecuali di daerah leher. otot badan sangat temodifikasi,dengan ada nya modifikasi mussculi apendiculares dan lebih berkembang di bagian pelvis dan pada burung juga di temukan otot sphinchter colli yang berfungsi untuk mengusir serangga yang hinggap di tubuh nya. Tulang kuadrat dari tengkorak mempunyai 2 permukaan artikular dorsal. Semua tulang pelvis bersatu. Ada sebuah pigostil. Sternum mempunyai 4 buah tekik (celah) posterior. Otot pektoralis mayor dimulai pada lunas tulang sternum, dan menarik tulang humerus kebawah (berarti menarik sayap ke bawah). Sebaliknya, otot pektoralis minor menarik sayap ke atas.

B.     Sel dan Organ Pada Sistem Gerak Oleh Otot
Otot dapat bergerak karena adanya sel otot.. Otot bekerja dengan cara berkontraksi dan relaksasi. Selain itu otot juga menyebabkan pergerakan pada organisme maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut. selanjutnya otot diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu Otot Lurik, Otot Polos dan Otot Jantung. 

Berdasarkan cara kerja dan bentuknya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a.       Otot Polos
Otot polos adalah salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Otot ini biasanya terdapat pada saluran pencernaan seperti lambung dan usus. Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut yang homogen sehingga bila diamati di bawah mikroskop tampak polos atau tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat. Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah, saluran pernafasan.
Ciri otot polos, yaitu:
a)      Selnya berbentuk gelondong
b)      Gerakan ototnya lambat dan tidak cepat lelah.
c)        Bekerja diluar kesadaran
Sel otot polos bila dilihat di bawah mikroskop cahaya tidak menunjukan adanya garis-garis melintang. Otot polos vertebrata dapat dijumpai pada dinding organ-organ dalam dan pembuluh darah: saluran pencernaan, uterus, kendung kencing, ureter, arteri dan arteriole. Juga terdapat pada iris mata dan otot penggerak rambut. Struktur internal sel-sel otot polos nampak kurang terorganisasi secara baik dibandingkan dengan otot rangka dan otot jantung. Susunan filament tebal dan filament tipis dalam otot polos nampak hampir acak, organisasi sarkomerik dan pita Z nya tidak ada. Proporsi dan organisaasi filament tebal dan filament tipisnya berbeda, tidak tersusun sejajar tapi saling menyilang membentuk kisi-kisi. Rasio filament tebal dan tipis pada otot polos sebesar 1;16 (pada otot rangka 1: 2). Filamen tebal mengandung myosin , sedangkan filament tipis hanya mengandung aktin dan tro[omiosin tanpa troponin. Serabut otot polos mengandung filament antara (intermediate) yang bersifat non kontraktil, yang melekat pada ‘’dense bodies’’ dan sarkolema. Filament intermediet ini diduga berfungsi sebagi suatu rangka internal. Dense bodies juga sebagi tempat  melekatnya filament tipis ( sebagai pengganti garis Z).
Berdasarkan pada perbedaan dalam bagaimana serabut otot menjadi aktif , otot polos dikelompokkan menjadi  2 macam, yaitu otot polos unit jamak ( multi unit ) dan otot polos unit tunggal ( single unit). Otot polos unit jamak menunjukkan sifat-sifat antara otot rangka dan otot polos unit tunggal. Seperti nampak pada namanya, suatuotot polos unit jamak terdiri atas benyak unit-unit yang fungsinya secara bebas terpisah satu dengan yang lain, yang di stimulus secara terpisah oleh saraf untuk berkontraksi ( mirip dengan unit-unti motor pada otot rangka) jadi otot rangka dan otot polos unit jamak keduanya neurogenik, yaitu kontraksinya tergantung pada adanya impuls dari saraf. Namun berbeda dengan otot rangka, depolarisasi yang terjadi pada otot polos dalam merespon stimulasi saraf otonomik untuk menuju ke respon kontraktil adalah depolarisasi bertingkat ( pada otot rangka adalah potensial aksi). Kekuatan kontraktilnya tidak hanya tergantung pada jumlah unit-unit yang distimulasi dan kecepatan stimulasinya, tetapi juga pada pengaruh hormone-hormon dan obat-obatan yang sedang bersirkulasi. Otot polos unit jamak terdapat pada (1) dinding pembuluh darah besar ,(2) saluran udara besar ke paru-paru, (3) otot-otot mata yang mengatur lensa untuk melihat dekat atau jauh, (4) otot iris mata, dan  (5) otot pada dasar folikel rambut.
Otot polos unit tunggal disebut juga ‘’otot polos viseral’’ sebab di jumpai pada dinding organ-organ berongga atau visera ( misalnya saluran pancernaan, alat reproduksi, saluran kencing dan pembuluh darah kecil). Istilah otot polos unit tunggal diambil dari fakta bahwa serabut-serabut otot polos yang menyusun otot ini menjadi aktif dan berkontraksi secara serempak sebagai suatu unit tunggal. Sel-sel otot polos unit tunggal secara kelistrikan  dihubungkan bersama oleh persambungan renggang ( gap junction). Bila suatu potensial aksi terjadi pada suatu daerah pada pembungkus otot polos unit tunggal, maka potensial aksi ini dengan cepat di sebarkan melalui titik-titik khusus  pada kontak kelistrikan ini ke seluruh kelompok sel yang bersambunganseperti ini, yang fungsinya secara kelistrikan  dan mekanik sebagi suatu unit, dikenal sebagai suatu sinsitsium fungsional.
Untuk berkontraksi, otot polos unit tunggal dapat mengaktifkan diri sendiri  ( self-excitable) tanpa memerlukan stimulus melalui saraf. Ternyata dalam otot polos unit tunggal ini ada kelompok-kelompok sel otot polos khusus yang mampu menghasilkan potensial aksi tanpa stimulasi eksternal sama sekali. Berbeda dengan sel-sel otot polos unit jamak, sel otot polos unit tunggal ini tidak menjaga potensial istirahat yang konstan, namun potensial membrannya berfluktuasi terus tanpa pengaruh eksternal sama sekali. Setiap serabut otot polos adalah sel tunggal berbentuk gelendong dengan satu nukleus, sel-sel itu tersusun dalam lembaran. Otot polos juga disebut otot tak berlurik karena tidak tampak adanya lurik melintang di bawah mikroskop cahaya. Otot polos dapat berkontraksi secara spontan, tetapi terutama dikendalikan oleh neuron motor dari sistem syaraf simpatik dan parasimpatik. Kerja otot polos jauh lebih lambat daripada kerja otot kerangka. Otot polos memerlukan waktu antara tiga detik sampai tiga menit untuk berkontraksi. Otot polos berbeda dengan otot kerangka dalam kemampuannya untuk tetap berkontraksi pada berbagai panjang. Keadaan ini disebut dengan tonus. Tonus (otot) adalah kontraksi otot yang selalu dipertahankan keberadaannya oleh otot itu sendiri. Otot polos bekerja di luar kesadaran. Kontraksi otot polos dapat melaksanakan bermacam-macam tugas, seperti meneruskan makanan dari mulut ke saluran pencernaan dan mengeluarkan urine. Otot polos  terdapat pada sistem pernapasan, sistem reproduksi, arteri, vena, pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata. Otot polos bertanggung jawab atas aktivitas tubuh tidak sadar, seperti gerakan lambung atau penyempitan arteri.
b.      Otot lurik
Otot rangka merupakan jenis otot yang melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari (sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar jenis otot ini melekat pada kerangka. Kontraksinya menurut kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar. Dinamakan otot luri. karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab itu nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang. Contoh otot pada lengan. Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan, berkontraksi sesuai dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf sadar. Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi kerangka dari benturan keras. Garis-garis pada otot lurik disebabkan oleh struktur miofibril-miofibril yang saling berkaitan.
Ciri otot lurik, yaitu:
a)      Selnya berbentuk silindris dengan garis gelap terang,
b)      Bekerja secara sadar
c)       gerakannya cepat dan mudah lelah serta melekat pada rangka.
Unit struktural jaringan otot ialah serat otot. Serat otot rangka berdiameter 0,01-0,1 mm dgn panjang 1-40 mm. Besar dan jumlah jaringan, terutama jaringan elastik, akan meningkat sejalan dengan penambahan usia. Setiap 1 serat otot dilapisi oleh jaringan elastic tipis yg disebut sarcolemma. Protoplasma serat otot uang berisi materi semicair disebut sarkoplasma. Sarkolema yang dibungkus oleh endomesium yaitu jaringan ikat yang banyak mengandung serabut kolagen, reticulum dan elastin. Beberapa serabut tunggal akan bergabung menjadi satu berkas yang disebut fasikulus. Fasikulus dibungkus oleh jaringan ikat yang disebut perimesium. Seluruh fasikulus dibungkus secara bersama –sama oleh epimesium menjadi sebuah berkas yang biasa kita sebut sebagai otot. Endomesium, perimesium dan epimesium bergabung bersama membentuk tendon atau urat untuk melekatkan otot pada tulang atau jaringan yang lain. Otot rangka diinervasi oleh system saraf somatic.Bila kita memisahkan satu sel otot dari fasikulusnya maka dapat dilihat bahwa di dalam sel otot tersebut terdapat beratus-ratus  serabut halus yang tersusun sejajar dan homogen, yang dikenal dengan nama myofibril. Bila  diamati lebih lanjut akan nampak bahwa di dalam setiap myofibril terdapat miofilamen tebal dan miofilamen tipis yang tersusun  sejajar namun tidak homogen, sehingga memberikan gambaran pita gelap-terang myofibril.
Pita gelap disebut sebagai pita A ( A=Anisotropik ), merupakan bagian yang ditempati filament tebal dan tipis. Ditengah-tengah pita A terdapat daerah yang agak terang, disebut sebagai zona H (H= Heller yang berarti cahaya). Pita H merupakan bagian dari myofibril yang dibangun oleh miofilamen tebal. Pita yang terang disebut pita I ( Isotropik ), yang ditengahnya terdapat garis berbentuk gambaran garis Z (Z= Zwischensheibe,yang berarti cakram antara). Pita I merupakan bagian pada myofibril yang dibatasi oleh garis Z disebut sarkomer,yang panjangnya sekitar 2 um. Jadi setiap sarkomer terdiri atas pita A yang kedua ujungnya diapit oleh pita I. dengan adanya pita A dan I yang tersusun berselang seling ini maka otot rangka tampaka bergaris-garis melintang sehingga disebut sebagai otot lurik. Sarkomer disebut  juga sebagi unit fungsional atau unit kontraksi otot, sebab peristiwa kontraksi otot terjadi pada setiap sarkomer.
c.       Otot jantung
Bentuk yang hampir sama dengan otot lurik, yakni mempunyai lurik-lurik tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lurik memiliki satu atau dua nukleus yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung adalah satu-satunya otot yang memiliki percabangan yang disebut duskus interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan dengan otot polos dalam hal cara kerjanya yakni tidak disadari. Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding jantung, meskipun begitu kontraksi otot jantung secara refleks serta reaksi terhadap rangsang lambat. Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.
Ciri otot jantung, yaitu:
a)      Selnya berbentuk silindris dengan percabangan (sinsitium),
b)        Nukleus satu dan terletak di tengah,
c)       Bekerja secara tidak sadar (involunteer),
d)     Tidak mudah lelah dan
e)       Terdapat pada organ jantung
Ø  Bagian-bagian otot:
1)      Sarkolema
Sarkolema adalah membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai pelindung otot
2)      Sarkoplasma
Sarkoplasma adalah cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan miofilamen berada.
3)      Miofibril
Miofibril merupakan serat-serat pada otot.
4)      Miofilamen
Miofilamen adalah benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril.Miofibril terbagi atas 2 macam, yakni :
·         Miofilamen homogen (terdapat pada otot polos).
·         Miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot rangka/otot lurik).  Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek) maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi (memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.Otot merupakan sekelompok serabut-serabut otot yang tersusun rapi. Dan setiap serabut otot terdiri atas dua jenis miofilamen yaitu:  Miofilamen tebal, yang di bentuk oleh protein miosin dan Miofilamen tipis, yang di bentuk oleh protein aktin.
Ø  otot memiliki 5 sifat, yaitu :
1)      Otot memiliki kemampuan berkontraksi dan berelaksasi
Kontraksi otot terjadi apabila otot menerima rangsangan. Kontraksi otot dikenal dengan penegangan otot. Dikenal dua macam kontraksi otot yaitu Isotonik dan Isometrik.Kontraksi isotonik adalah penegangan otot yang mengakibatkan otot mengalami pemendekan. Contohnya adalah orang yang mengangkat beban tidak terlalu berat sehingga beban terangkat. Kontraksi isometrik adalah timbulnya penegangan otot tanpa mengalami pemendekan. Contohnya adalah bila orang mengangkat beban terlalu berat sehingga beban tidak terangkat. Pada umumnya kotraksi isometrik digunakan untuk mengetahui panas yang timbul di dalam otot.
2)      Elastisitas dan kekenyalan
Setelah mengalami pengembangan atau perpanjangan, otot mampu kembali pada bentuk dan ukuran semula. Contohnya, rahim yang berisi janin menjadi mengembang dan jika janin telah keluar, rahim dapat kembali seperti ukuran semula.
3)      Kepekaan terhadap rangsangan atau iritabilitas
Otot mampu mengadakan tanggapan atau respon apabila otot dirangsang. Ada 4 macam bentuk rangsangan yaitu : Mekanik (pijitan, pukulan), Kimia (larutan asam dan larutan garam), panas dan listrik (arus listrik yang diberikan terhadap otot atau saraf). Diantara keempat itu yang sering digunakan adalah rangsangan listrik. Bila otot jantung dirangsang, seluruh ototnya akan berkontraksi secara maksimal. Hal ini menggambarkan azas “semua atau tidak” atau dengan kata lain setiap kontraksi mencapai maksimal bila diberi rangsang. Azas ini juga berlaku untuk serabut otot. 
4)      Sifat otot dapat mengalami kecapaian atau fatigueYaitu suatu keadaan yang ditandai oleh menurunnya kepekaan dan kemampuan menegang apabila otot dirangsang secara terus menerus dengan intensitas rangsang yang sama besar dengan frekuensi 1 rangsang perdetik maka pada suatu saat otot mengalami kehilangan kemampuan untuk kontraksi. Faktor lain yang dapat menimbulkan kecapaian adalah aktivitas yang berlebihan, kurng gizi, gangguan pada sisstem peredaran darah, pernafasan, endrokrin, dan sikap tubuh yang tidak betul.
5)      Otot dapat membesar (Hipertrofi)
Bila otot melakukan kerjaberat secara terus menerus, otot akan membesar yang disebut dengan hipertrofi. Otot yang mengalami hipertrofi diamater serabut ototnya meningkat dan jumlah zat didalam otot jugs bertambah. Sebaliknya, otot yang tidak digunakan menjadi kecil ( Atropi).



C.    Kerja Otot dan Proses Gerak
a)      KERJA OTOT LURIK
Otot rangka adalah masa otot yang bertaut pada tulang yang berperan dalam menggerakkan tulang-tulang tubuh. Mekanisme otot lurik/otot rangka, mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen - filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi otot, filamen - filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerakke Pita A,meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. Filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A. Lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga terjadi kontraksi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.
Jadi berkejanya otot lurik secara sederhana demikian:
1)      Rangsangan pada sebuah saraf motorik ( yang mensarafi serabut otot) pada ujung saraf motorik mensekresi neurotransmiter Asetilkolin.
2)      Asetilkolin akan menyebabkan retikulum sarkoplasmik melepaskan sejumlah ion kalsium ( yang tersimpan dalam RS) kedalam miofibril.
3)       Ion kalsium dan pembongkaran ATP yang menghasilkan energi menimbulkan kekuatan menarik filamen aktin dan miosin,yang menyebabkan gerakan bersam-sama sehingga menghasilkan proses kontraksi.
4)       Kemudian dalan satu detik ion kalsium dipompa kembali kedalam retikulum sarkoplasmik tempat ion kalsium disimpan.
5)      Kembalinya ion kalsium ini menyebabkan kontrasi otot berhenti.Otot tidak pernah istirahat benar,meskipun keliatannya demikian.Pada hakekatnya mereka selalu berada dalam keadaan tonus otot,yang berarti siap untuk bereaksi terhadap rangsangan. Misalnya ketokan pada tendo patella mengakibatkan kontraksi dari extensor quadrisep femoralis dan sedikit rangsangan sendi lutut. Sikap tubuh ditentukan oleh tingkat tonus

b)      KERJA OTOT POLOS
Cara kerja otot polos. Bila otot polos berkontraksi, maka bagian tengahnya membesar dan otot menjadi pendek. Kerutan itu terjadi lambat, bila otot itu mendapat suatu rangsang, maka reaksi terhadap berasal dari susunan saraf tak sadar (otot involunter ), oleh karena itu otot polos tidak berada di bawah kehendak. Jadi bekerja di luar kesadaran kita.
c)      KERJA OTOT JANTUNG
Salah satu organ vital hewan adalah jantung. Seperti yang kita ketahui bahwa jantung memiliki fungsi yang sangat penting yaitu memompakan darah keseluruh tubuh. Jika organ jantung memiliki gangguan tentu seluruh fungsi dan cara kerja otot jantungpun akan terganggu, khususnya peredaran darah keseluruh tubuh yang akan terganggu dan akibatnya, oksigen serta nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh tidak dapat tersebar keseluruh tubuh hewan. Otot jantung bekerja terus menerus dan ketika sedang memompa darah ditandai dengan adanya detak jantung. Otot jantung bekerja dengan kontraksi secara terus menerus yang dikoordinasi mulai dari sel otot hingga kebagian serambi dan juga bilik ke pembuluh darah baik itu kebagian kiri maupun bagian kanan paru-paru. Untuk fungsi dan cara kerja otot jantung dapat berjalan dengan baik ketika suplai darah dalam jumlah cukup agar oksigen dan juga nutrisi agar dapat tersebar keseluruh tubuh hewan.
Kontraksi dan Relaksasi Otot
Kontraksi otot adalah proses terjadinya pengikatan aktin dan miosin sehingga otot memendek. Aktin merupakan bentuk jaring otot yang berfungsi untuk membentuk permukaan sel, pigmen penyusun otot yang berdinding tipis, protein yang merupakan unsur kontraksi dalam otot, sedangkan miosin adalah protein dalam otot yang mengatur kontraksi dan relaksasi filamen penyusun otot yang berdinding tebal. Otot memiliki beberapa karakteristik, yaitu:
a.       Kontraktibilitas, yaitu kemampuan untuk memendek;
b.      Ekstensibilitas, yaitu kemampuan untuk memanjang;
c.       Elastisitas, yaitu kemampuan untuk kembali ke ukuran semula setelah memendek atau memanjang.
Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. ATP yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan berikatan dengan aktin. Tahap selanjutnya, tahap relaksasi konformasional kompleks aktin, miosin, danADP-Pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP, proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.
Mekanisme kontraksi otot, dimulai dengan pembentukan kolin menjadi asetilkolin yang terjadi di dalam otot. Proses itu akan diikuti dengan penggabungan antara ion kalsium, troponium, dan tropomisin. Penggabungan ini memacu penggabungan miosin dan aktin menjadi akto-miosin. Terbentuknyaakto-miosin menyebabkan sel otot memendek (berkontraksi) pada plasma sel, ion kalsium akan berpisah dari troponium sehingga aktin dan miosin juga terpisah dan otot akan kembali relaksasi. Saat kontraksi, filamen aktin akan meluncur atau mengerut diantara miosin ke dalam zona H (Zona H adalah bagian terang antara 2 pita), dengan demikian serabut otot memendek atau yang tetap panjang adalah pita A (pita Gelap), sedangkan pita I (pita terang) dan zona H bertambah pendek pada saat kontraksi.
Ujung miosin dapat mengikat ATP dan menghidrolisis menjadi ADP. Beberapa energi dilepaskan dengan cara memotong pemindahan ATP ke miosin yang berubah ke konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi ini kemudian mengikatkan diri dengan kedudukan khusus pada aktin membentuk jembatan silang, kemudian simpanan energi miosin dilepaskan dan ujung miosin lalu beristirahat dengan energi rendah pada saat ini terjadi relaksasi. Mekanisme otot ketika berelaksasi, relaksasi terjadi jika ion-ion Ca++ dipompa lagi masuk ke dalam retikulum sarkoplasma secara transport aktif dengan bantuan ATP, sehingga binding site aktin kembali tertutupi oleh tropomiosin, cross bridge tidak dapat terjadi dan relaksasi terjadi.
Mekanisme Kontraksi Otot
Dasar untuk mengetahui kontraksi otot adalah Model Pergeseran Filamen yang pertama kali dikemukakan tahun 1954 oleh Andrew Huxley dan Ralph Niederge dan oleh Hugh Huxley dan Jean Hanson. Selama kontraksi otot, setiap sarkomer memendek, menyebabkan garis Z menutup bersama. Tidak ada perubahan pada ukuran daerah A tetapi daerah I dan zona H hampir tidak terlihat. Perubahan ini diterangkan oleh filamen aktin dan myosin yang bergeser melewati satu sama lain, sehingga filamen aktin berpindah menuju daerah A dan zona H. Kontraksi otot dengan demikian akibat dari interaksi diantara filamen aktin dan myosin yang menghasilkan pergerakan yang relatif satu sama lain. Dasar molekuler untuk interaksi ini adalah ikatan myosin ke filamen aktin menyebabkan myosin berfungsi sebagai penggerak pergeseran filamen.
Tipe myosin yang terdapat pada otot (myosin II) adalah jenis protein yang besar (sekitar 500 kd) yang terdiri dari dua rantai berat yang identik dan dua pasang rantai ringan. Setiap ikatan gelap terdiri atas gugus kepala globuler dan ujung α-heliks yang panjang. Ujung α-heliks dari dua rantai berat yang kembar di sekitar satu sama lain di dalam struktur gulungan untuk membentuk dimer dan dua rantai ringan yang terhubung dengan bagian leher tiap gugus kepala untuk membentuk molekul myosin yang komplet.
Filamen tebal otot terdiri dari beberapa ribu molekul myosin yang berhubungan dalam pergiliran pararel disusun oleh interaksi diantara ujung-ujungnya. Kepala globuler myosin mengikat aktin membentuk jembatan diantara filamen tebal dan tipis. Ini penting dicatat bahwa orientasi molekul myosin pada filamen tipis berkebalikan pada garis M sarkomer. Polaritas filamen aktin sama berkebalikan pada garis M sehingga orientasi filamen aktin dan myosin adalah sama pada kedua bagian sarkomer. Aktivitas penggerak myosin memindahkan gugus kepalanya sepanjang filamen aktin pada arah ujung positif. Pergerakan ini mengegeser filamen aktin dari kedua sisi sarkomer terhadap garis M, memendekkan sarkomer dan menyebabkan kontraksi otot. Penambahan ikatan aktin, kepala myosin mengikat dan kemudian menghidrolisis ATP yang menyediakan energi untuk menggerakkan pergeseran filamen. Pengubahan energi kimia untuk pegerakan ditengahi oleh perubahan bentuk myosin akibat pengikatan ATP. Model ini secara luas diterima bahwa hidrolisis ATP mengakibatkan siklus yang berulang pada interaksi diantara kepala myosin dan aktin. Selama tiap siklus, perubahan bentuk pada myosin mengakibtkan pergerakan kepala myosin sepanjang filamen aktin.
Walaupun mekanisme molekuler masih belum sepenuhnya diketahui, model yang diterima secara luas untuk menjelaskan fungsi myosin diturunkan dari penelitian in vitro tentang pergerakan myosin di sepanjang filamen aktin (oleh James Spudich dan Michael Sheetz) dan dari determinasi struktur 3 dimensi myosin (oleh Ivan Rayment dan koleganya). Siklus dimulai dari myosin (tanpa adanya ATP) yang berikatan dengan aktin. Pengikatan ATP memisahkan kompleks myosin-aktin dan hidrolisis ATP kemudian menyebabkan perubahan bentuk di myosin. Perubahan ini mempengaruhi daerah leher myosin yang terikat pada ikatan terang yang bertindak sebagai lengan pengungkit untuk memindahkan kepala myosin sekitar 5 nm. Produk hidrolisis meninggalkan ikatan pada kepala myosin yang disebut “posisi teracung”. Kepala myosin kemudian mengikat kembali filamen aktin pada posisi baru, menyebabakan pelepasan ADP + Pi yang menggerakkannya.
Kejadian biokimiawi yang penting dalam mekanisme kontraksi dan relaksasi otot dapat digambarkan dalam 5 tahap yakni sebagai berikut :
a.       Dalam fase relaksasi pada kontraksi otot, kepala S1 myosin menghidrolisis ATP menjadi ADP dan Pi, namun kedua produk ini tetap terikat. Kompleks ADP-Pi- myosin telah mendapatkan energi dan berada dalam bentuk yang dikatakan sebagai bentuk energi tinggi.
b.      Kalau kontraksi otot distimulasi maka aktin akan dapat terjangkau dan kepala myosin akan menemukannya, mengikatnya serta membentuk kompleks aktin-myosin-ADP-Pi.
c.       Pembentukan kompleks ini meningkatkan Pi yang akan memulai cetusan kekuatan. Peristiwa ini diikuti oleh pelepasan ADP dan disertai dengan perubahan bentuk yang besar pada kepala myosin dalam sekitar hubungannya dengan bagian ekornya yang akan menarik aktin sekitar 10 nm ke arah bagian pusat sarkomer. Kejadian ini disebut cetusan kekuatan (power stroke). Myosin kini berada dalam keadaan berenergi rendah yang ditunjukkan dengan kompleks aktin-myosin.
d.      Molekul ATP yang lain terikat pada kepala S1 dengan membentuk kompleks aktin-myosin-ATP.
e.       Kompleks aktin-ATP mempunyai afinitas yang rendah terhadap aktin dan dengan demikian aktin akan dilepaskan. Tahap terakhir ini merupakan kunci dalam relaksasi dan bergantung pada pengikatan ATP dengan kompleks aktin-myosin.
Pengaturan untuk Kontraksi Otot. Gerakan otot lurik tentu dibawah komando atau suatu kontrol yang disebut impuls saraf motor.
a.       Ca2+ mengatur Kontraksi Otot dengan proses yang ditengahi oleh Troponin dan Tropomiosin
Sejak tahun 1940, ion Kalsium diyakini turut berperan serta dalam pengaturan kontraksi otot. Kemudian, sebelum 1960, Setsuro Ebashi menunjukkan bahwa pengaruh Ca2+ ditengahi oleh Troponin dan Tropomiosin. Ia menunjukkan aktomiosin yang diekstrak langsung dari otot (sehingga mengandung ikatan dengan troponin dan tropomiosin) berkontraksi karena ATP hanya jika Ca2+ ada pula. Kehadiran troponin dan tropomiosin pada sistem aktomiosin tersebut meningkatkan sensitivitas sistem terhadap Ca2+. Di samping itu, subunit dari troponin, TnC, merupakan satu-satunya komponen pengikat Ca2+. Secara molekuler, proses kontraksi (Anonim,2010)
b.      Impuls saraf melepaskan Ca2+ dari Retikulum Sarcoplasma. Sebuah impuls saraf yang tiba pada sebuah persambungan neuromuskular (= sambungan antara neuron dan otot) akan dihantar langsung kepada tiap-tiap sarkomer oleh sebuah sistem tubula transversal / T. Tubula tersebut merupakan pembungkus-pembungkus semacam saraf pada membran plasma fiber. Tubula tersebut mengelilingi tiap miofibril pada disk Z masing-masing. Semua sarkomer pada sebuah otot akan menerima sinyal untuk berkontraksi sehingga otot dapat berkontraksi sebagai satu kesatuan utuh. Sinyal elektrik itu dihantar (dengan proses yang belum begitu dimengerti) menuju retikulum sarkoplasmik (SR). SR merupakan suatu sistem dari vesicles (saluran yang mengandung air di dalamnya) yang pipih, bersifat membran, dan berasaldari retikulum endoplasma. Sistem tersebut membungkus tiap-tiap miofibril hampir seperti rajutan kain.
Membran SR yang secara normal non-permeabel terhadap Ca2+ itu mengandung sebuah transmembran Ca2+-ATPase yang memompa Ca2+ kedalam SR untuk mempertahankan konsentrasi [Ca2+] bagi otot rileks. Kemampuan SR untuk dapat menyimpan Ca2+ ditingkatkan lagi oleh adanya protein yang bersifat amat asam yaitu kalsequestrin (memiliki situs lebih dari 40 untuk berikatan dengan Ca2+). Kedatangan impuls saraf membuat SR menjadi permeabel terhadap Ca2+.Akibatnya, Ca2+ berdifusi melalui saluran-saluran Ca2+ khusus menuju interior miofibril, dan konsentrasi internal [Ca2+] akan bertambah. Peningkatan konsentrasi Ca2+ ini cukup untuk memicu perubahan konformasional dalam troponin dan tropomiosin. Akhirnya, kontraksi otot terjadi dengan mekanisme “perahu dayung” tadi. Saat rangsangan saraf berakhir, membran SR kembali menjadi impermeabel terhadap Ca2+ sehingga Ca2+ dalam miofibril akan terpompa keluar menuju SR. Kemudian otot menjadi rileks seperti sediakala.
Mekanisme kerja otot pada dasarnya melibatkan suatu perubahan dalam keadaan yang relatif dari filamen-filamen aktin dan myosin. Selama kontraksi otot, filamen-filamen tipis aktin terikat pada dua garis yang bergerak ke Pita A, meskipun filamen tersebut tidak bertambah banyak.Namun, gerakan pergeseran itu mengakibatkan perubahan dalam penampilan sarkomer, yaitu penghapusan sebagian atau seluruhnya garis H. selain itu filamen myosin letaknya menjadi sangat dekat dengan garis-garis Z dan pita-pita A serta lebar sarkomer menjadi berkurang sehingga kontraksi terjadi. Kontraksi berlangsung pada interaksi antara aktin miosin untuk membentuk komplek aktin-miosin.
Mekanisme Kontraksi Otot (Sumber : http://www.colorado.edu)




Kontraksi otot dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
  1. Treppe atau staircase effect, yaitu meningkatnya kekuatan kontraksi berulang kali pada suatu serabut otot karena stimulasi berurutan berseling beberapa detik. Pengaruh ini disebabkan karena konsentrasi ion Ca2+ di dalam serabut otot yang meningkatkan aktivitas miofibril.
  2. Summasi, berbeda dengan treppe, pada summasi tiap otot berkontraksi dengan kekuatan berbeda yang merupakan hasil penjumlahan kontraksi dua jalan (summasi unit motor berganda dan summasi bergelombang).
  3. Fatique adalah menurunnya kapasitas bekerja karena pekerjaan itu sendiri.
  4. Tetani adalah peningkatan frekuensi stimulasi dengan cepat sehingga tidak ada peningkatan tegangan kontraksi.
  5. Rigor terjadi bila sebagian terbesar ATP dalam otot telah dihabiskan, sehingga kalsium tidak lagi dapat dikembalikan ke RS melalui mekanisme pemompaan.
Saat kontraksi terjadi, filamen aktin akan berjalan di antara miosin ke dalam zona H (zona H, yaitu bagian terang di antara dua pita gelap). Dengan keadaan yang demikian itu, terjadi pemendekan serabut otot. Namun demikian, ada serabut yang tetap panjang, yaitu garis M (anisotrop/pita gelap), sedangkan garis Z (isotrop/pita terang) dan daerah H bertambah pendek waktu terjadi kontraksi. Bagian ujung miosin dapat berkaitan dengan ATP dan menghidrolisis ATP tersebut menjadi ADP. Energi dilepaskan dengan cara mencegah pemindahan ATP ke miosin yang diubah bentuk menjadi konfigurasi energi tinggi. Miosin yang berenergi tinggi tersebut kemudian berikatan dengan aktin membentuk jembatan silang. Segera setelah terbentuk, jembatan silang tersebut membebaskan sejumlah energi dan menyampaikan energi tersebut ke arah aktin. Proses ini menyebabkan aktin mengerut. Secara keseluruhan sarkomer ikut mengerut yang mengakibatkan otot pun berkerut. Kepala miosin akan lepas dari aktin. Proses ini memerlukan ATP yang diambil dari sekitarnya. Dengan peristiwa ini, maka aktin akan lepas dari miosin. Secara keseluruhan otot akan relaksasi kembali.
Proses ini berulang sampai 5 kali dalam jangka waktu satu detik. Kontraksi otot akan berlangsung selama ada rangsangan, apabila tidak ada rangsangan maka ion kalsium akan direabsorpsi. Pada saat itu pun troponin dan tropomiosin tidak memiliki sisi aktif lagi dan sarkomer dalam keadaan istirahat memanjang berelaksasi.

Gambar 1 Zona terang dan zona gelap pada otot dan perubahan yang terjadi pada zona tersebut saat kontraksi

Gambar 2 (a) Struktur yang membangun otot rangka, (b) Posisi aktin dan miosin saat relaksasi dan kontraksi
Mekanisme Relaksasi Otot.
a.       Konsentrasi Ca2+ menurun hingga di bawah 10-7 mol/L sebagai akibat dari pelepasannya kembali ke dalam retikulum sarkoplasma oleh Ca2+ ATPase.
b.      TpC- 4 Ca2+ kehilangan Ca2+
c.       Troponin lewat interaksinya dengan tropomyosin menghambat interaksi selanjutnya kepala myosin- F aktin.
d.       Dengan adanya ATP kepala myosin terlepas dari F aktin.
Dengan demikian ion Ca2+ mengendalikan kontraksi otot lewat mekanisme alosterik yang diantarai di dalam otot oleh TpC, TpI, TpT, tropomyosin dan F aktin
Metode pergeseran filamen dijelaskan melalui mekanisme kontraksi pencampuran aktin dan miosin membentuk kompleks akto-miosin yang dipengaruhi oleh ATP. Miosin merupakan produk, dan proses tersebut mempunyai ikatan dengan ATP. Selanjutnya ATP yang terikat dengan miosin terhidrolisis membentuk kompleks miosin ADP-Pi dan akan berikatan dengan aktin. Selanjutnya tahap relaksasi konformasional kompleks aktin, miosin, ADP-pi secara bertahap melepaskan ikatan dengan Pi dan ADP, proses terkait dan terlepasnya aktin menghasilkan gaya fektorial.

D.    Gangguan Sistem Gerak Otot

Otot berperan dalam gerakan sebagai alat gerak aktif. Jika otot mengalami gangguan, maka sistem gerak juga menjadi terhambat. Beberapa macam gangguan otot di antaranya adalah:
a.       Kejang otot, terjadi apabila otot terus-menerus melakukan aktivitas sampai akhirnya tidak mampu lagi berkontraksi karena kehabisan energi.
b.      Tetanus, yaitu otot terus menerus mengalami ketegangan karena infeksi bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan toksin.
c.       Atrofi atau miastema grafis, yaitu keadaan otot mengecil sehingga menghilangkan kemampuan otot untuk berkontraksi. Hal ini menyebabkan otot mengalami kelumpuhan.
d.      Supertrofi, yaitu volume otot membesar karena otot setiap hari dilatih secara berlebihan.
e.       Hernia abdominalis, yaitu otot dinding perut yang lemah tersobek sehingga letak usus menurun.
f.       Stiff atau kaku leher, yaitu otot leher yang mengalami peradangan akibat gerakan atau hentakan yang salah sehingga leher terasa kaku.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Otot adalah kumpulan sel-sel otot yang membentuk jaringan yang berfungsi menyelenggarakan gerakan organ tubuh. Otot merupakan jaringan pada tubuh hewan yang bercirikan mampu berkontraksi, aktivitas biasanya dipengaruhi oleh stimulus dari sistem saraf. Berdasarkan cara kerja dan bentuknya, sel otot dibedakan menjadi tiga macam, yaitu Otot Lurik, Otot Polos dan Otot Jantung. Otot juga memiliki beberapa karakteristik, yaitu kontraktibilitas ekstensibilitas, elastisitas. Mekanisme kontraksi otot, dimulai dengan pembentukan kolin menjadi asetilkolin yang terjadi di dalam otot. Proses itu akan diikuti dengan penggabungan antara ion kalsium, troponium, dan tropomisin.












DAFTAR PUSTAKA

Paggara, Halifah dan Adnan. 2006. Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Faisal. 2012. Buku Ajar Struktur Hewan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Sukiya. 2003. Biologi Vertebrata. Yogyakarta: Biologi FMIPA UNY.

Tortora, Gerard. J. & Derrickson Bryan. 2009. Principles of Anatomy and Physiology, twelfth edition: United States of America.

Tidak ada komentar:

PENGENALAN ALAT MIKROBIOLOGI DAN STERILISASI

BAB I PENGENALAN ALAT MIKROBIOLOGI DAN STERILISASI A.       KOMPETENSI Mahasiswa dapat mengenal berbagai macam alat-alat di labor...