BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hormon merupakan salah satu zat pengatur tumbuh pada
tanaman. Pada tanaman dikenal dengan beberapa hormon yang berperan dalam siklus
hidupnya. Salah satu contohnya yaitu hormon etilen atau gas etilen yang berperan dalam proses
pematangan buah. Menunggu buah matang di pohon sangat memerlukan waktu lama,
oleh sebab itu beberapa petani mencari alternatif khusus agar pematangan buah
dapat berjalan dengan cepat dan serempak. Seiring berkembangnya zaman, banyak
petani yang memanfaatkan gas etilen yang berasal dari “karbit” untuk memeram
buah agar matang secara serempak. Hal ini jelas terbukti dan telah umum
dimanfaatkan oleh petani buah, namun ada salah satu cara yang mudah untuk
mempercepat pematangan buah. Menyimpan buah tomat yang matang bersama buah
tomat yang masih mentah atau belum masak akan mempercepat proses pematangannya.
Dengan melihat hal ini peneliti merasa tertarik untuk melakukan percobaan
dengan menggunakan buah klimaterik dan buah non klimaterik untuk melihat
perbedaan proses pematangan buah. Sehingga dalam percobaan ini akan digunakan
contoh buah klimaterik yaitu apel yang telah masak atau ranum dan buah non
klimaterik contohnya yaitu jeruk. Dari kedua buah ini akan dilihat perbedaan
kecepatan pematangan buahnya, buah uji yang akan digunakan yaitu pisang.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Topik
Aplikasi
buah klimaterik dan nonklimaterik dalam proses pematangan buah.
B. Tujuan
Tujuan
dari pengamatan ini yaitu untuk mengetahui mekanisme kerja etilen pada buah klimaterik
dan nonklimaterik.
C. Waktu Eksperimen
Waktu
pelaksanaan : Sabtu, 21 mei 2016 –
Selasa, 24 Mei 2016-05-24
Tempat
Pelaksanaan : Liman Benawi, Trimurjo.
D. Landasan Teori
Setyadjit (2012:28)
menyatakan bahwa
Etilen merupakan
hormon tanaman yang mempunyai efek merangsang proses kematangan buah, tetapi
juga berpengaruh mempercepat terjadinya senesen pada sayur, bunga polong dan
tanaman hias lain. Penggunaan gas etilen pada tanaman mempunyai pengaruh yang
sama dengan etilen di tanaman. Pengaruh etilen merangsang pematangan pada buah
klimaterik, dan membuat terjadinya puncak produksi etilen seperti pada buah
non-klimakterik. Daya simpan buah akan menurun dengan adanya pengaruh etien.
Pengaruh buruk etilen pada sayur umumnya adalah mempercepat timbulnya gejala
kerusakan seperti bercak-bercak coklat pada daun letus.
Made
(2001:4) menyatakan bahwa etilen adalah senyawa organik hidrokarbon paling
sederhana (C2H4) berupa gas berpengaruh terhadap proses fisiologis tanaman.
Etilen dikategorikan sebagai hormon alami untuk penuaan dan pemasakan dan
secara fisiologis sangat aktif dalam konsentrasi sangat rendah .
Abihasbi (2013)
menyatakan bahwa
Buah-buahan
klimaterik yang sudah mature, selepas dipanen, secara normal memperlihatkan
suatu laju penurunan pernafasan sampai tingkat minimal, yang diikuti oleh
hentakan laju pernafasan yang cepat sampai ke tingkat maksimal, yang disebut
puncak pernafasan klimaterik. Pada buah-buahan non klimaterik terjadi hal yang
berbeda artinya tidak memperlihatkan terjadinya hentakan pernafasan klimaterik.
Wilyanvan (2015)
menyatakan bahwa
Klimaterik
merupakan fase peralihan dari proses pertumbuhan menjadi layu, meningkatkan
respirasi tergantung pada jumlah etilen yang dihasilkan serta meningkatnya
sintesis protein dan RNA. Dengan kata lain klimaterikditandai dengan
peningkatan CO2 secara mendadak.klimaterik juga diartikan sebagai keadaan auto
stimulation dalam buah sehingga buah menjadi matang yang disertai dengan adanya
peningkatan respirasi.
Kamusq
(2014) menyatakan bahwa
buah klimaterik yaitu buah yang
setelah dipanen dapat menjadi matang hingga terjadi pembusukan. Contohnya
pisang, pepaya, mangga, jambu biji dan apel. Buah non-klimaterik yaitu buah
yang setelah dipanen tidak akan mengalami proses pematangan tetapi langsung ke
arah pembusukan. Contohnya semangka, nanas, anggur, dan jambu air.
E. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Kantung plastik
b.
kamera
2. Bahan
a.
Apel
b.
Pisang yang belum terlalu masak
c.
Jeruk
d.
Tomat
F. Cara Kerja
1.
Menyiapkan seluruh alat dan bahan
2.
Memasukkan pisang yang belum terlalu matang dan buah
apel kedalam plastik.
3.
Mengikat kentung plastik sedemikian rupa dengan
menyisakan sedikit celah udara.
4.
Menyimpan kantung plastik berisi buah apel dan
pisang selama beberapa hari.
5.
Melakukan pengamatan pada hari ke-1, ke-2 dan ke-3,
mengecek keranuman buahnya dan kemudian
mendokumentasikannya.
6.
Melakukan hal yang sama dengan mengganti buah apel
dengan buah jeruk.
G. Data Hasil Pengamatan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan didapat data dalam bentuk tabel seperti berikut
ini :
No
|
Waktu
|
Gambar
|
Keterangan
|
|
Apel
|
Jeruk
|
|||
1
|
Sabtu
21
mei 2016
|
|
|
Buah
pisang masih dalam keadaan setengah matang
|
2
|
Minggu
22 Mei 2016
|
|
|
Buah
pisang + apel mulai ada perubahan
Buah
apel + pisang tidak menunjukkan adanya perubahan
|
3
|
Senin
23 Mei 2016
|
|
|
Buah
pisang + apel matang dan adanya warna coklat kehitaman
Buah
pisang + jeruk keadaanya masih sama seperti sebelumnya
|
4
|
Selasa
24 mei 2016
|
|
|
Buah
pisang + apel hampir seluruhnya berubah menjadi hitam, buah pisang + jeruk
bercak coklat yang timbul hanya sedikit
|
H. Pembahasan
Hormon etilen merupakan senyawa hidrokarbon tidak
jenuh yang pada suhu kamar berbentuk gas. Etilen dapat dihasilkan oleh jaringan
tanaman hidup, pada waktu-waktu tertentu tanaman ini dapat menyebabkan
terjadinya perubahan penting dalam proses pertumbuhan dan proses pematangan
hasil-hasil pertanian. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat
diketahui bahwa buah pisang yang lebih cepat masak adalah buah pisang yang disimpan
dengan buah apel, sedangkan buah pisang yang disimpan bersamaan dengan buah
jeruk tidak menunjukkan adanya perubahan. Pematangan pada buah pisang ini
dipicu karena adanya gas etilen yang dilepaskan oleh buah apel.
Buah akan cepat masak apabila disimpan dalam kantung
plastik, hal ini karenakan gas etilen yang berasal dari buah apel terkumpul
didalam plastik dan memicu pematangan buah pisang. Mekanisme pematangan buah
ini terjadi karena gas etilen berdifusi kedalam ruang-ruang antar sel didalam
buah yang kemudian akan menyebabkan terjadinya perombakan atau pemecahan
klorofil, sehingga buah hanya memiliki xantofil dan karoten. Hal inilah yang
menyebabkan buah yang awalnya berwarna hijau berubah menjadi jingga kemerahan
atau bahkan merah.
Buah pisang yang disimpan bersama buah jeruk proses
pematangannya tidak secepat buah pisang yang disimpan bersama buah apel. Hal
ini dikarenakan buah jeruk termasuk buah non klimaterik, sedangkan apel adalah
buah klimaterik. Buah
klimaterik, yaitu buah yang setelah di panen dapat menjadi matang hingga
terjadi pembusukan, sedangkan buah non klimaterik, yaitu buah yang setelah di
panen tidak akan mengalami proses pematangan tetapi langsung kearah pembusukan.
Pemasakan buah pada pisang yang
disimpan bersama buah apel (klimateri) terjadi lebih cepat, hal ini karena
kandungan etilen pada buah apel sangat tinggi sedangkan kandungan etilen pada
buah jeruk sangat rendah sehingga proses pematangan buahnya terjadi lebih lama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan mengenai aplikasi buah klimateri dan non klimateri terhadap
pematangan buah dapat disimpulkan bahwa buah yang diperam bersama dengan buah
klimateri (apel) proses pematangannya lebih cepat dibanding buah yang disimpan
bersama buah non klimateri (jeruk).
DAFTAR PUSTAKA
Abihasbi.
2013 (online). Buah Klimaterik dan Non
Klimaterik. http://abihasbi.
blogspot.co.id/2013/11/buah-klimaterik-dan-non-klimaterik.html.
diakses pada Selasa 24 Mei 2016 pukul 13:00 WIB
Kamusq. 2014 (online). Buah Klimaterik dan Non Klimaterik. http://www.kamusq.com/2014/01/buah-adalah-pengertian-dan-definisi.html.
diakses pada Selasa 24 Mei 2016 pukul 13:00WIB
Made, S. Utama. 2004. Penanganan Pascapanen Buah dan Sayuran. Dinas Pertanian dan Pangan
provinsi Bali : Universitas Udayana
Setyadjit, dkk.
2012. Aplikasi 1-MCP dapat Memperpanjang Umur Segar Tanaman Holtikultura. Buletin bioteknologi Pascapanen Pertanian
vol 8 (1). Balai Besar Penelitian Pascapanen Pertanian.
Willyanvan. 2015 (online). Pemasakan Klimaterik dan Non Klimaterik. http://willyanvan.blogspot.co.id/2015/10/pemasakan-klimaterik-dan-non-klimaterik.html.
diakses pada Selasa 24 mei 2016 pukul 13:00 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar