BAB I
PENDAHULUAN
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya
Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di
bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam
warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian
dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS.
Az-Zumar : 21)
A. Latar belakang
Ekologi tumbuhan berusaha
menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu, populasi dan komunitas,
ketiga tingkatan utama itu membentuk sistem ekologi yang dikaji dalam ekologi
tumbuhan. Setiap tingkatan bersifat nyata dan tidak bersifat hipotetik seperti
spesis, jadi dapat diukur serta diobservasi struktur dan operasionalnya.
Individu dan populasi tidak terpisah-pisah keduanya membentuk asosiasi dan
organisasi dalam pemanfaatan energi dan materi membentuk suatu masyarakat atau
komunitas dan berintegrasi dengan faktor lingkungan disekitarnya membentuk
ekosistem.
Berdasarkan
tingkatan integrasinya, secara ilmu kajian ekologi tumbuhan dibagi dalam dua
pendekatan, yaitu sinekologi dan autekologi. Sinekologi, falsafah dasarnya
adalah tumbuhan secara keseluruhan merupakan kesatuan yang dinamis. Masyarakat
tumbuhan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu keluar masuknya unsur-unsur tumbuhan
dan turun naiknya berbagai variabel lingkungan hidup. Komunitas tumbuhan
(vegetasi) dianggap suatu organisme utuh yang bisa lahir, tumbuh, matang dan
akhirnya mati.
Bidang kajian utamanya adalah klasifikasi komunitas
tumbuhan dan analisis ekosistem. Autekologi, falsafah dasar dasarnya adalah
tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya.
Menurut Clements setiap tumbuhan merupakan alat pengukur keadaan lingkungan
hidup sekitarnya, khususnya iklim dan tanah. Bidang tersebut melahirkan kajian
tentang tumbuhan sebagai indikator alam atau lingkungan hidup dan dikenal
dengan ekologi fisiologi (ekofisiologi).
Berdasarkan penjelasan diatas, telah diketahui
bahwa pada umumnya ekologi juga dapat dibagi menurut garis-garis
taksonomi, misalnya ekologi fisiologi, ekologi tumbuhan, ekologi hewan, dan
ekologi jasad renik.
B. Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah pengertian dari populasi?
2. Apa saja cirri cirri dari populasi?
3. Bagaimana dinamika populasi?
4. Apakah pengertian dari komunitas
tumbuhan?
5. Bagaimana konsep komunitas tumbuhan?
6. Bagaimana pola dan gradiasi dalam
komunitas tumbuhan?
7. Apasaja tipe tipe dari komunitas
tumbuhan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari populasi.
2. Untuk mengetahui cirri cirri dari populasi.
3. Untuk mengetahui dinamika populasi.
4. Untuk mengetahui pengertian dari komunitas tumbuhan.
5. Untuk mengetahui konsep komunitas tumbuhan.
6. Untuk mengetahui pola dan gradiasi dalam komunitas tumbuhan.
7. Untuk mengetahui tipe tipe dari komunitas tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Populasi
Populasi
adalah sekelompok makhluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup pada suatu
wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya saja tanaman padi
di persawahan begitu juga dengan perumputan atau serangga yang ada.
Ahli ekologi memastikan dan menganalisis jumlah dan
pertumbuhan dari populasi serta hubungan antara masing-masing spesies dan
kondisi lingkungan.
1. Ciri-Ciri Dasar Populasi
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu
:ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai oleh individu-individu
pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang merupakan ciri uniknya
sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan
lainnya.
a.
Ciri- ciri
biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu
populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi, antara lain :
1)
Mempunyai
struktur dan organisasi tertentu, yang si fatnya ada yang konstan dan ada pula
yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
2)
Ontogenetik,
mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua =
senessens, dan mati)
3)
Dapat dikenai
dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan lingkungan
4)
Mempunyai hereditas
5)
Terintegrasi oleh
faktor- faktor hereditas oleh faktor- fektor herediter (genetik) dan ekologi
(termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan
persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk
meninggalkan keturunanuntuk waktu yang lama.
b.
Ciri- ciri
statistik
Ciri- ciri
statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada
individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu
sendiri, antara lain:
1)
Kerapatan
(kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter utama yang
mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.
2)
Sebaran
(agihan, struktur) umur
3)
Komposisi
genetik (“gene pool” = ganangan gen)
4)
Dispersi(sebaran
individu intra populasi)
2. Faktor-faktor
dalam populasi
a.
Faktor yang
mempengaruhi penyebaran populasi:
1)
Distribusi
sumberdaya
2)
Perilaku sosial
(pada hewan)
3)
Faktor lain (interaksiorganisme, tempat berlindung,oksigen
terlarut, dll)
b.
Faktor pembatas
pertumbuhan populasi :
1)
Tergantung kepadatan
: makanan dan ruangan
2)
Tidak
tergantung kepadatan :iklim dan bencana alam
3. Dinamika
Populasi
Merupakan ilmu
yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Hal ini tentu
berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan kerapatan
populasi dikenal adanya mekanisme “density dependent” (mekanisme yang
bergantung kepada kerapatan) dan mekanisme “density independent” (mekanisme
yang tak bergantung pada kerapatan).
Secara umum,
aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:
a.
Populasi
sebagai komponen dari sistem lingkungan.
b.
Perubahan
jumlah individu dalam populasi.
c.
Tingkat
penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang menjaga kestabilan
jumlah individu dalam populasi.
d.
Faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam populasi.
Gambar 1. Contoh Populasi Bakau dan Pepaya
(sumber:
https://www.plengdut.com/potensi-dan-persebaran-sumber-daya-laut/173)
B. KOMUNITAS TUMBUHAN
Konsep komunitas dan sifatnya
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan
daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain.
Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan
dengan individu dan populasi (Wolf, 1990).
Berdasarkan pandangan individualistik, komunitas tumbuhan
terdiri dari kelompok tumbuhan yang masing-masing mempertahankan
individualitasnya. Namun adanya individualitas tumbuhan bukan berarti
menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan dalam komunitas
(Rahardjanto.2001). Konsep komunitas tumbuhan penting dalam penelitian ekologi,
karena apa yang terjadi dalam suatu komunitas akan mempengaruhi makhluk hidup
lainnya dalam komunitas tersebut. Misalnya dalam pemberantasan gulma di
perkebunan yang menjadi saingannya bagi tanaman budidaya.
Komunitas biotik
adalah kumpulan populasi-populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau habitat
fisik yan telah ditentukan hal tersebut ditentukan hal tersebut merupakan
satuan yang diorganisir sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan
terhadap komponen-komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit
melalui transformasi metabolic yang bergandengan (Syamsurizal,2000).
1. Pengertian Komunitas Tumbuhan
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai
populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling
berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat
keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi.
(Wolf, 1990.) Komunitas tumbuhan adalah seluruh populasi tumbuhan yang
hidup bersama pada suatu daerah. Populasi tumbuhan ini secara genetik terdiri
dari individu-individu spesies tumbuhan dan secara ekologi mereka adalah
anggota dari ekosistem. Ekosistem tumbuhan terdiri dari kumpulan spesies
tumbuhan yang bersama-sama membentuk suatu masyarakat tumbuhan yang disebut
komunitas.Suatu komunitas dapat dicirikan dengan adanya suatu unit lingkungan
yang memiliki kondisi habitat utama yang seraga. Unit lingkungan seperti ini disebut
Biotop. Contoh antara lain : hamparan
lumpur, pantai pasir, dan unit lautan. Biologi ini ditntukan oleh sifat-sifat
fisik , sedangkan yang dicirikan oleh unsur organisme, contohnya adalah padang
alang-alang, hutan pinus, hutan mangrove, dll.
Berdasarkan pandangan
individualistik, komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok tumbuhan yang
masing-masing mempertahankan individualitasnya. Namun adanya individualitas
tumbuhan bukan berarti menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan
dalam komunitas. Hubungan ini menurut Walter digolongkan dalam
tiga kelas yaitu :
1.
Pesaing Langsung (Direct Competitors),
terjadi persaingan terhadap sumber daya lingkungan yang sama karena menempati
strata atas maupun bawah dalam suatu lahan yang sama.
2.
Spesies Dependen (Dependent Species),
spesies yang hanya dapat hidup pada niche tertentu hanya dengan hadirnya
tumbuhan lain. Sebagai contoh tumbuhan lumut yang hanya dapat tumbuh pada
kondisi mikroklimat tertentu yang dihasilkan oleh tegakan pohon.
3.
Spesies Komplementer (Compementary Species),
spesies yang tidak saling bersaing dengan spesies lain karena persyaratan hidup
cukup berhasil/ puas dengan menempati strata yang berbeda atau dengan ritme
musiman yang berbeda.
Pemberian nama
dalam komunitas dapat berdasarkan pada, yaitu :
1.
Bentuk atau struktur utama
jenis dominan, bentuk-bentuk
hidup atau individu
lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga
berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2. Berdasarkan habitat fisik dari komunitas tumbuhan,
seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas larutan,
dll.
3.
Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme
komunitas.
4.
Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah
tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan
hujan tropik.
2. Konsep Dasar dalam Komunitas Tumbuhan
Konsep dasar
dalam komunitas tumbuhan, dimana istilah tumbuhan dapat didefinisikan sebagai
suatu organisme hidup yang mempunyai kemampuan menangkap energi sinar matahari
dan mengubahnya menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa-senyawa organik.
Istilah tumbuhan itu ditujukan terhadap semua makhluk
hidup, baik mereka itu bersel satu ataupun bersel banyak, asalkan mereka itu
memiliki butiran-butiran hijau daun (kloroplas) yang didalamnya terdapat zat
hijau daun (klorofil). Jadi, suatu tumbuhan dapat berkisar mulai dari bentuk
bakteri hingga organisme-organisme yang nampak sebagai pohon-pohon raksasa
misalnya Rasamala (Syamsurizal,2000).
Dalam analisa komunitas, dikenal istilah
keanekaragaman spesies. Dalam menentukan indeks keragaman tersebut, ada
beberapa metode analisa yang dapat digunakan, antara lain Indeks Margalelef,
Indeks Simpson, Indeks Menhenick, Indeks Brillouin, dan Indeks Shanon.
Sedangkan indeks similiaritas biasanya dianalisa dengan indeks equitabilitas
(e) dengan nilai kisaran antara 0-1.
Berdasarkan perilaku fisiologi
dan keturunan, sesuatu jenis tumbuhan dapat memiliki sifat-sifat sebagai
berikut :
1.
Evapotranspirator, adalah
kemampuan tumbuhan menguapkan air ke udara lingkungannya
2.
Pengumpul unsur-unsur hara
tertentu yang potensial bersifat racun bagi pertumbuhan jenis suatu tumbuhan
lain.
3. Pengahasil senyawa allelokimia
4.
Penyelenggara berbagai relung
ekologi (Ecological niches).
Contoh komunitas tumbuhan:
Gambar 2. Komunitas Mangrove
(sumber:http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-dan-non-floristika/ )
Mangrove
merupakan komunitas tumbuhan berkayu yang khas terdapat di sepanjang pantai
terlindung atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan
mangrove sering pula disebut sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan
payau atau hutan bakau. Mangrove berfungsi menjebak dan menahan sedimen,
merendam badai pantai dan energy gelombang, memberi perlindungan bagi juvenile
ikan dan biota avertebrata dan mengasimilasi nutrient untuk dikonversi menjadi
jaringan tumbuhan, control terhadap erosi, menetralisasi limbah cair dan
sebagai sanctuary kehidupan liar ( Clark, 1982).
Di Kabupaten
Supiori, hutan mangrove ditemukan di sepanjang pesisir Distrik Supiori Timur
sampai Distrik Supiori Selatan dan beberapa pulau kecil di Distrik Supiori
Selatan. Pemandangan hutan mangrove yang
indah sepanjang pesisir sungai. Tercipta nuansa petualangan selama perjalanan
menyusuri hutan mangrove. Rangkaian perjalanan dari Desa Doubwo melewati
kawasan hutan mangrove. Terdapat begitu banyak burung kakaktua, Nuri, ikan
bawal yang bermain hingga ke permukaan muara sungai.
3. Pola dan Gradasi Komunitas Tumbuhan
Whittaker
(1970) mengemukakan bahwa ada tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati
pola komunitas, yaitu:
a.
Gradasi komunitas (community gradient, coenocline) yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk
populasi.
b.
Gradasi lingkungan
(enviromental gradient) yang menyangkut jumlah faktor-faktor lingkungan yang
berubah secara bersama-sama. Umpamanya saja, dalam dalam gradasi elevasi
(elevation gradient) termasuk faktor-faktor penurunan suhu rata-rata,
pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan sebagainya,kearah
ketinggian yang meningkat. Faktor-faktor ini secara menyeluruh mempengaruhi
kehidupan tumbuhan dan hewan, dan sangat sulit menentukan tanpa eksperimen
faktor mana sebenarnya yang paling penting dalam sebuah populasi. Kelompok
faktor-faktor lingkungan yang berubah secara bersama-sama dan sepanjang
perubahan tersebut terjadi pula perubahan komunitas,dan tentunya populasi dalam
komunitas ini dipengaruhinya pula, dinamakan kompleks gradasi (cole gradient).
c.
Gradasi ekosistem (ecocline) yang dalam hal ini kompleks
gradasi dan gradasi komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi
komunitas dan lingkungan. Penelitian komunitas dengan menghubungkan ketiga
gradasi, yaitu gradasi faktor lingkungan, populasi jenis dan karakteristik
komunitas, disebut analisis gradasi (gradient analysis) (Whittaker 1970).
Dengan analisis gradasi ini faktor-faktor lingkungan dijadikan sebagai dasar
dalam mencari hubungan yang erat antara variasi lingkungan dengan variasi
populasi jenis dan komunitas. Sebaliknya juga, variasi populasi jenis dan
komunitas dapat dipakai sebagai dasar dalam penelitian komunitas ini dan
kemudian gradasi komunitas ini dapat dikorelasikan dengan faktor-faktor
lingkungan yang mungkin juga membentuk suatu gradasi.
Cara yang terakhir ini disebut ordinasi (ordination) yang
tidak lain adalah pengaturan komunits-komunitas dalam suatu deretan menurut
variasi komposisinya. Sering pula cara ini disebut analisis gradasi tidak
langsung (indirect gradient analysis). Kedua cara ini mrupakan alternatif
pendekatan terhadap komunitas dengan cara kualifikasi. Dengan pendekatan
klasifikasi ini, dibuat suatu pengenalan tipe komunitas dan kemudian komunitas
ini dikarakteristikan dengan faktor lingkungan, komposisi jenis atau dengan
karakteristik komunitas lainnya.
4. Tipe Tipe Komunitas Tumbuhan
a. Padang Rumput
Daerah padang rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500 mm/tahun, dan pada beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm. Daerah ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika. Karena hujan yang turun tidak teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif rendah, tumbuhan kesulitan dalam mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan rumput yang mampu bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi tersebut.
Daerah padang rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500 mm/tahun, dan pada beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm. Daerah ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika. Karena hujan yang turun tidak teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif rendah, tumbuhan kesulitan dalam mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan rumput yang mampu bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi tersebut.
b. Gurun Daerah
Gurun mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun, biasanya makin jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang. Panas yang tinggi karena teriknya matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas di siang hari dan penguapan yang tinggi pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan pada siang dan malam hari sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan yang cepat, sehingga tumbuhan yang hidup di gurun biasanya berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun, tetapi berakar panjang untuk mengambil air. Jaringan spons pada tumbuhan di sini berfungsi menyimpan ai
Gurun mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun, biasanya makin jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang. Panas yang tinggi karena teriknya matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas di siang hari dan penguapan yang tinggi pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan pada siang dan malam hari sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan yang cepat, sehingga tumbuhan yang hidup di gurun biasanya berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun, tetapi berakar panjang untuk mengambil air. Jaringan spons pada tumbuhan di sini berfungsi menyimpan ai
c. Tundra
Daerah tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat di belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara. Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari hanya mencapai 23½° LU/LS. Di daerah tundra banyak terdapat lumut dan pohon yang tertinggi hanya berupa semak yang relatif pendek. Jenis lumut yang hidup, antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan semusim di daerah tundra biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan masa pertumbuhan yang sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi terhadap keadaan dingin meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
Daerah tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat di belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara. Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari hanya mencapai 23½° LU/LS. Di daerah tundra banyak terdapat lumut dan pohon yang tertinggi hanya berupa semak yang relatif pendek. Jenis lumut yang hidup, antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan semusim di daerah tundra biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan masa pertumbuhan yang sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi terhadap keadaan dingin meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
d. Hutan
Basah
Hutan-hutan basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah mendapatkan cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka waktu yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan basah tropika terdapat di daerah tropika dan subtropika, misalnya, di Indonesia, daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika Tengah.
Ketinggian pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai dengan 40 meter dengan cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy) yang mengakibatkan hutan menjadi gelap. Tidak ada sumber air lainnya selain air hujan, dan air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut secara langsung. Di dalam hutan ini juga terdapat perubahan-perubahan iklim, tetapi hanya bersifat mikro (dari todung hutan sampai dasar hutan saja). Kelembapan di hutan basah tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar 25°C. Di samping pepohonan yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan anggrek yang merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
Hutan-hutan basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah mendapatkan cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka waktu yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan basah tropika terdapat di daerah tropika dan subtropika, misalnya, di Indonesia, daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika Tengah.
Ketinggian pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai dengan 40 meter dengan cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy) yang mengakibatkan hutan menjadi gelap. Tidak ada sumber air lainnya selain air hujan, dan air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut secara langsung. Di dalam hutan ini juga terdapat perubahan-perubahan iklim, tetapi hanya bersifat mikro (dari todung hutan sampai dasar hutan saja). Kelembapan di hutan basah tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar 25°C. Di samping pepohonan yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan anggrek yang merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
e. Hutan Gugur
Hutan gugur tumbuh di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang rumput dan gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000 mm per tahun. Terdapat pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya musim tersebut tumbuhan di sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin. Musim gugur adalah musim yang ada sebelum musim dingin tiba. Tumbuhan yang bersifat menahun dari musim gugur sampai dengan musim semi berhenti pertumbuhannya, sedangkan tumbuhan yang sifatnya semusim akan mati pada musim dingin. Tumbuhan semusim hanya meninggalkan bijinya saja dan hanya mampu bertahan pada suhu dingin, dan akan berkecambah pada saat menjelang musim panas tiba.
Hutan gugur tumbuh di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang rumput dan gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000 mm per tahun. Terdapat pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya musim tersebut tumbuhan di sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin. Musim gugur adalah musim yang ada sebelum musim dingin tiba. Tumbuhan yang bersifat menahun dari musim gugur sampai dengan musim semi berhenti pertumbuhannya, sedangkan tumbuhan yang sifatnya semusim akan mati pada musim dingin. Tumbuhan semusim hanya meninggalkan bijinya saja dan hanya mampu bertahan pada suhu dingin, dan akan berkecambah pada saat menjelang musim panas tiba.
f. Taiga
Taiga adalah hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang hanya terdiri atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan bumi utara seperti Rusia, Siberia, dan Kanada. Beberapa contoh pohon yang hidup di hutan taiga, antara lain: konifer, terutama pohon spruce (picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini pada musim panas, berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan.
Taiga adalah hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang hanya terdiri atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan bumi utara seperti Rusia, Siberia, dan Kanada. Beberapa contoh pohon yang hidup di hutan taiga, antara lain: konifer, terutama pohon spruce (picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini pada musim panas, berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Populasi adalah sekelompok makhluk hidup
dengan spesies yang sama, yang hidup pada suatu wilayah yang sama dalam kurun
waktu yang sama pula. Misalnya saja tanaman padi di persawahan begitu juga
dengan perumputan atau serangga yang ada. Komunitas tumbuhan adalah seluruh populasi tumbuhan yang
hidup bersama pada suatu daerah. Konsep dasar dalam komunitas tumbuhan, dimana
istilah tumbuhan dapat didefinisikan sebagai suatu organisme hidup yang
mempunyai kemampuan menangkap energi sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi
kimia dalam bentuk senyawa-senyawa organik. Pola dan gradasi komunitas tumbuhan yakni Gradasi komunitas (community gradient, coenocline),gradasi lingkungan (enviromental gradient),Gradasi ekosistem (ecocline).
Tipe tipe komunitas tumbuhan yaitu padang rumput, gurun daerah, hutan basah,
hutan gugur, tundra.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, I
Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan.
Bali: Udayana Universiti Press.
Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Erlangga; Jakarta.
https://www.scribd.com/doc/190641630/Makalah-Ekologi-Tumbuhan-Kelompok-11.
https://www.scribd.com/doc/231098954/MAKALAH-EKOLOGI-TUMBUHAN
Syamsurizal. 1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: UNP
press.
Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta : UGM press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar