Senin, 28 Mei 2018

MAKALAH POPULASI


BAB I
PENDAHULUAN
 





Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya, lalu menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. (QS. Az-Zumar : 21)
A.   Latar belakang
           Ekologi tumbuhan berusaha menerangkan rahasia kehidupan pada tahapan individu, populasi dan komunitas, ketiga tingkatan utama itu membentuk sistem ekologi yang dikaji dalam ekologi tumbuhan. Setiap tingkatan bersifat nyata dan tidak bersifat hipotetik seperti spesis, jadi dapat diukur serta diobservasi struktur dan operasionalnya. Individu dan populasi tidak terpisah-pisah keduanya membentuk asosiasi dan organisasi dalam pemanfaatan energi dan materi membentuk suatu masyarakat atau komunitas dan berintegrasi dengan faktor lingkungan disekitarnya membentuk ekosistem.
Berdasarkan tingkatan integrasinya, secara ilmu kajian ekologi tumbuhan dibagi dalam dua pendekatan, yaitu sinekologi dan autekologi. Sinekologi, falsafah dasarnya adalah tumbuhan secara keseluruhan merupakan kesatuan yang dinamis. Masyarakat tumbuhan dipengaruhi oleh dua hal, yaitu keluar masuknya unsur-unsur tumbuhan dan turun naiknya berbagai variabel lingkungan hidup. Komunitas tumbuhan (vegetasi) dianggap suatu organisme utuh yang bisa lahir, tumbuh, matang dan akhirnya mati.
Bidang kajian utamanya adalah klasifikasi komunitas tumbuhan dan analisis ekosistem. Autekologi, falsafah dasar dasarnya adalah tumbuhan sebagai ukuran yang menggambarkan kondisi lingkungan sekitarnya. Menurut Clements setiap tumbuhan merupakan alat pengukur keadaan lingkungan hidup sekitarnya, khususnya iklim dan tanah. Bidang tersebut melahirkan kajian tentang tumbuhan sebagai indikator alam atau lingkungan hidup dan dikenal dengan ekologi fisiologi (ekofisiologi).
Berdasarkan penjelasan diatas, telah diketahui bahwa pada umumnya ekologi juga dapat dibagi  menurut garis-garis taksonomi, misalnya ekologi fisiologi, ekologi tumbuhan, ekologi hewan, dan ekologi jasad renik.

B.   Rumusan Masalah
Bedasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Apakah pengertian dari populasi?
2.    Apa saja cirri cirri dari populasi?
3.    Bagaimana dinamika populasi?
4.    Apakah pengertian dari komunitas tumbuhan?
5.    Bagaimana konsep komunitas tumbuhan?
6.    Bagaimana pola dan gradiasi dalam komunitas tumbuhan?
7.    Apasaja tipe tipe dari komunitas tumbuhan?

C.   Tujuan  
1.    Untuk mengetahui pengertian dari populasi.
2.    Untuk mengetahui cirri cirri dari populasi.
3.    Untuk mengetahui dinamika populasi.
4.    Untuk mengetahui pengertian dari komunitas tumbuhan.
5.    Untuk mengetahui konsep komunitas tumbuhan.
6.    Untuk mengetahui pola dan gradiasi dalam komunitas tumbuhan.
7.    Untuk mengetahui tipe tipe dari komunitas tumbuhan.



 


   BAB II
PEMBAHASAN

A.   Populasi
Populasi adalah sekelompok makhluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup pada suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya saja tanaman padi di persawahan begitu juga dengan perumputan atau serangga yang ada.
Ahli ekologi memastikan dan menganalisis jumlah dan pertumbuhan dari populasi serta hubungan antara masing-masing spesies dan kondisi lingkungan.
1.    Ciri-Ciri  Dasar Populasi
Ada dua ciri dasar populasi, yaitu :ciri biologis, yang merupakan ciri-ciri yang dipunyai oleh individu-individu pembangun populasi itu, serta ciri-ciri statistik, yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok individu-individu yang berinteraksi satu dengan lainnya.
a.    Ciri- ciri biologi
Seperti halnya suatu individu, suatu populasi pun mempunyai ciri- ciri biologi, antara lain :
1)    Mempunyai struktur dan organisasi tertentu, yang si fatnya ada yang konstan dan ada pula yang berfluktuasi dengan berjalannya waktu (umur)
2)    Ontogenetik, mempunyai sejarah kehidupan (lahir, tumbuh, berdiferensiasi, menjadi tua = senessens, dan mati)
3)    Dapat dikenai dampak lingkungan dan memberikan respons terhadap perubahan lingkungan
4)    Mempunyai hereditas
5)    Terintegrasi oleh faktor- faktor hereditas oleh faktor- fektor herediter (genetik) dan ekologi (termasuk dalam hal ini adalah kemampuan beradaptasi, ketegaran reproduktif dan persistensi. Persistensi dalam hal ini adalah adanya kemungkinan untuk meninggalkan keturunanuntuk waktu yang lama.
b.    Ciri- ciri statistik
Ciri- ciri statistik merupakan ciri- ciri kelompok yang tidak dapat di terapkan pada individu, melainkan merupakan hasil perjumpaan dari ciri- ciri individu itu sendiri, antara lain:
1)    Kerapatan (kepadatan) atau ukuran besar populasi berikut parameter- parameter utama yang mempengaruhi seperti natalitas, mortalitas, migrasi, imigrasi, emigrasi.
2)    Sebaran (agihan, struktur) umur
3)    Komposisi genetik (“gene pool” = ganangan gen)
4)    Dispersi(sebaran individu intra populasi)

2.    Faktor-faktor dalam populasi
a.    Faktor yang mempengaruhi penyebaran populasi:
1)    Distribusi sumberdaya
2)    Perilaku sosial (pada hewan)
3)     Faktor lain (interaksiorganisme, tempat berlindung,oksigen terlarut, dll)
b.    Faktor pembatas pertumbuhan populasi :
1)    Tergantung kepadatan : makanan dan ruangan
2)    Tidak tergantung kepadatan :iklim dan bencana alam

3.    Dinamika Populasi
Merupakan ilmu yang mempelajari pertumbuhan serta pengaturan populasi. Hal ini tentu  berkaitan dengan parameter populasi. Khusus di dalam pengaturan kerapatan populasi dikenal adanya mekanisme “density dependent” (mekanisme yang bergantung kepada kerapatan) dan mekanisme “density independent” (mekanisme yang tak bergantung pada kerapatan).
Secara umum, aspek-aspek yang dipelajari dalam dinamika populasi adalah:
a.    Populasi sebagai komponen dari sistem lingkungan.
b.    Perubahan jumlah individu dalam populasi.
c.    Tingkat penurunan, peningkatan, penggantian individu dan proses yang menjaga kestabilan  jumlah individu dalam populasi.
d.    Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan jumlah individu dalam populasi.





Hasil gambar untuk hutan bakau Hasil gambar untuk hutan pepaya
 





Gambar 1. Contoh Populasi Bakau dan Pepaya
(sumber: https://www.plengdut.com/potensi-dan-persebaran-sumber-daya-laut/173)

B.   KOMUNITAS TUMBUHAN
Konsep komunitas dan sifatnya Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan  populasi (Wolf, 1990).
Berdasarkan pandangan individualistik, komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok tumbuhan yang masing-masing mempertahankan individualitasnya. Namun adanya individualitas tumbuhan bukan berarti menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan dalam komunitas (Rahardjanto.2001). Konsep komunitas tumbuhan penting dalam penelitian ekologi, karena apa yang terjadi dalam suatu komunitas akan mempengaruhi makhluk hidup lainnya dalam komunitas tersebut. Misalnya dalam pemberantasan gulma di perkebunan yang menjadi saingannya bagi tanaman budidaya.
 Komunitas biotik adalah kumpulan populasi-populasi apa saja yang hidup dalam daerah atau habitat fisik yan telah ditentukan hal tersebut ditentukan hal tersebut merupakan satuan yang diorganisir sedemikian bahwa dia mempunyai sifat-sifat tambahan terhadap komponen-komponen individu dan fungsi-fungsi sebagai suatu unit melalui transformasi metabolic yang bergandengan (Syamsurizal,2000).
1.    Pengertian Komunitas Tumbuhan
Komunitas ialah kumpulan dari berbagai populasi yang hidup pada suatu waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain. Komunitas memiliki derajat keterpaduan yang lebih kompleks bila dibandingkan dengan individu dan populasi. (Wolf, 1990.) Komunitas tumbuhan adalah seluruh populasi tumbuhan yang hidup bersama pada suatu daerah. Populasi tumbuhan ini secara genetik terdiri dari individu-individu spesies tumbuhan dan secara ekologi mereka adalah anggota dari ekosistem. Ekosistem tumbuhan terdiri dari kumpulan spesies tumbuhan yang bersama-sama membentuk suatu masyarakat tumbuhan yang disebut komunitas.Suatu komunitas dapat dicirikan dengan adanya suatu unit lingkungan yang memiliki kondisi habitat utama yang seraga. Unit lingkungan seperti ini disebut Biotop. Contoh antara lain : hamparan lumpur, pantai pasir, dan unit lautan. Biologi ini ditntukan oleh sifat-sifat fisik , sedangkan yang dicirikan oleh unsur organisme, contohnya adalah padang alang-alang, hutan pinus, hutan mangrove, dll.
Berdasarkan pandangan individualistik, komunitas tumbuhan terdiri dari kelompok tumbuhan yang masing-masing mempertahankan individualitasnya. Namun adanya individualitas tumbuhan bukan berarti menghambat adanya hubungan tertentu diantara tumbuhan dalam komunitas. Hubungan ini menurut  Walter digolongkan dalam tiga kelas yaitu :
1.      Pesaing Langsung (Direct Competitors), terjadi persaingan terhadap sumber daya lingkungan yang sama karena menempati strata atas maupun bawah dalam suatu lahan yang sama.
2.      Spesies Dependen (Dependent Species), spesies yang hanya dapat hidup pada niche tertentu hanya dengan hadirnya tumbuhan lain. Sebagai contoh tumbuhan lumut yang hanya dapat tumbuh pada kondisi mikroklimat tertentu yang dihasilkan oleh tegakan pohon.
3.      Spesies Komplementer (Compementary Species), spesies yang tidak saling bersaing dengan spesies lain karena persyaratan hidup cukup berhasil/ puas dengan menempati strata yang berbeda atau dengan ritme musiman yang berbeda.
Pemberian nama dalam komunitas dapat berdasarkan pada, yaitu :
1.      Bentuk atau struktur utama jenis dominan, bentuk-bentuk hidup atau individu lainnya seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.
2.      Berdasarkan habitat fisik dari komunitas tumbuhan, seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas pantai pasir, komunitas larutan, dll.
3.      Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-tanda fungsional misalnya tipe metabolisme komunitas.
4.      Berdasarkan sifat lingkungan alam seperti iklim, misalnya terdapat di daerah tropik dengan curah hujan yang terbagi rata sepanjang tahun, maka disebut hutan hujan tropik.

2.    Konsep Dasar dalam Komunitas Tumbuhan
Konsep dasar dalam komunitas tumbuhan, dimana istilah tumbuhan dapat didefinisikan sebagai suatu organisme hidup yang mempunyai kemampuan menangkap energi sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa-senyawa organik.
Istilah tumbuhan itu ditujukan terhadap semua makhluk hidup, baik mereka itu bersel satu ataupun bersel banyak, asalkan mereka itu memiliki butiran-butiran hijau daun (kloroplas) yang didalamnya terdapat zat hijau daun (klorofil). Jadi, suatu tumbuhan dapat berkisar mulai dari bentuk bakteri hingga organisme-organisme yang nampak sebagai pohon-pohon raksasa misalnya Rasamala (Syamsurizal,2000).
Dalam analisa komunitas, dikenal istilah keanekaragaman spesies. Dalam menentukan indeks keragaman tersebut, ada beberapa metode analisa yang dapat digunakan, antara lain Indeks Margalelef, Indeks Simpson, Indeks Menhenick, Indeks Brillouin, dan Indeks Shanon. Sedangkan indeks similiaritas biasanya dianalisa dengan indeks equitabilitas (e) dengan nilai kisaran antara 0-1. 
Berdasarkan perilaku fisiologi dan keturunan, sesuatu jenis tumbuhan dapat memiliki sifat-sifat sebagai berikut :
1.    Evapotranspirator, adalah kemampuan tumbuhan menguapkan air ke udara lingkungannya
2.    Pengumpul unsur-unsur hara tertentu yang potensial bersifat racun bagi pertumbuhan jenis suatu tumbuhan lain.
3.    Pengahasil senyawa allelokimia
4.    Penyelenggara berbagai relung ekologi (Ecological niches).
Contoh komunitas tumbuhan:

 Hasil gambar untuk KOMUNITAS TUMBUHAN BAKAU
Gambar 2. Komunitas Mangrove
(sumber:http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/deskripsi-dan-analisis-vegetasi-floristika-dan-non-floristika/ )

Mangrove merupakan komunitas tumbuhan berkayu yang khas terdapat di sepanjang pantai terlindung atau muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan mangrove sering pula disebut sebagai hutan pantai, hutan pasang surut, hutan payau atau hutan bakau. Mangrove berfungsi menjebak dan menahan sedimen, merendam badai pantai dan energy gelombang, memberi perlindungan bagi juvenile ikan dan biota avertebrata dan mengasimilasi nutrient untuk dikonversi menjadi jaringan tumbuhan, control terhadap erosi, menetralisasi limbah cair dan sebagai sanctuary kehidupan liar ( Clark, 1982).
Di Kabupaten Supiori, hutan mangrove ditemukan di sepanjang pesisir Distrik Supiori Timur sampai Distrik Supiori Selatan dan beberapa pulau kecil di Distrik Supiori Selatan. Pemandangan hutan mangrove yang indah sepanjang pesisir sungai. Tercipta nuansa petualangan selama perjalanan menyusuri hutan mangrove. Rangkaian perjalanan dari Desa Doubwo melewati kawasan hutan mangrove. Terdapat begitu banyak burung kakaktua, Nuri, ikan bawal yang bermain hingga ke permukaan muara sungai.

3.    Pola dan Gradasi Komunitas Tumbuhan
Whittaker (1970) mengemukakan bahwa ada tiga konsep yang dapat diterapkan dalam mengamati pola komunitas, yaitu:
a.    Gradasi komunitas (community gradient, coenocline)  yaitu konsep yang dinyatakan dalam bentuk populasi.
b.     Gradasi lingkungan (enviromental gradient) yang menyangkut jumlah faktor-faktor lingkungan yang berubah secara bersama-sama. Umpamanya saja, dalam dalam gradasi elevasi (elevation gradient) termasuk faktor-faktor penurunan suhu rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin dan sebagainya,kearah ketinggian yang meningkat. Faktor-faktor ini secara menyeluruh mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan, dan sangat sulit menentukan tanpa eksperimen faktor mana sebenarnya yang paling penting dalam sebuah populasi. Kelompok faktor-faktor lingkungan yang berubah secara bersama-sama dan sepanjang perubahan tersebut terjadi pula perubahan komunitas,dan tentunya populasi dalam komunitas ini dipengaruhinya pula, dinamakan kompleks gradasi (cole gradient).
c.    Gradasi ekosistem (ecocline) yang dalam hal ini kompleks gradasi dan gradasi komunitas membentuk suatu kesatuan dan membentuk gradasi komunitas dan lingkungan. Penelitian komunitas dengan menghubungkan ketiga gradasi, yaitu gradasi faktor lingkungan, populasi jenis dan karakteristik komunitas, disebut analisis gradasi (gradient analysis) (Whittaker 1970). Dengan analisis gradasi ini faktor-faktor lingkungan dijadikan sebagai dasar dalam mencari hubungan yang erat antara variasi lingkungan dengan variasi populasi jenis dan komunitas. Sebaliknya juga, variasi populasi jenis dan komunitas dapat dipakai sebagai dasar dalam penelitian komunitas ini dan kemudian gradasi komunitas ini dapat dikorelasikan dengan faktor-faktor lingkungan yang mungkin juga membentuk suatu gradasi.
Cara yang terakhir ini disebut ordinasi (ordination) yang tidak lain adalah pengaturan komunits-komunitas dalam suatu deretan menurut variasi komposisinya. Sering pula cara ini disebut analisis gradasi tidak langsung (indirect gradient analysis). Kedua cara ini mrupakan alternatif pendekatan terhadap komunitas dengan cara kualifikasi. Dengan pendekatan klasifikasi ini, dibuat suatu pengenalan tipe komunitas dan kemudian komunitas ini dikarakteristikan dengan faktor lingkungan, komposisi jenis atau dengan karakteristik komunitas lainnya.

4.    Tipe Tipe  Komunitas Tumbuhan
a.    Padang Rumput
           Daerah padang rumput mempunyai kisaran curah hujan sebesar 250 mm sampai dengan 500 mm/tahun, dan pada beberapa padang rumput, curah hujan dapat mencapai 1.000 mm. Daerah ini terbentang dari daerah tropika sampai ke daerah subtropika. Karena hujan yang turun tidak teratur dan kondisi porositas rumput yang relatif rendah, tumbuhan kesulitan dalam mendapatkan air, sehingga hanya tumbuhan rumput yang mampu bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi tersebut.
b.    Gurun Daerah
           Gurun mempunyai kisaran curah hujan sekitar 250 mm/tahun atau kurang sehingga termasuk curah hujan rendah dan tidak teratur. Gurun banyak terdapat di daerah tropis yang berbatasan dengan padang rumput. Keadaan alam dari padang rumput ke arah gurun, biasanya makin jauh dari padang rumput kondisinya makin gersang. Panas yang tinggi karena teriknya matahari mencapai >40°C sehingga menimbulkan suhu yang panas di siang hari dan penguapan yang tinggi  pula. Amplitudo harian yaitu perbedaan pada siang dan malam hari sangat besar. Tumbuhan yang hidup menahun di gurun adalah tumbuhan yang dapat beradaptasi terhadap kekurangan air dan penguapan yang cepat, sehingga tumbuhan yang hidup di gurun biasanya berdaun kecil seperti duri atau tidak berdaun, tetapi berakar panjang untuk mengambil air. Jaringan spons pada tumbuhan di sini berfungsi menyimpan ai
c.     Tundra
           Daerah tundra memiliki dua musim yaitu musim dingin yang panjang dan gelap serta musim panas yang panjang serta terang terus-menerus. Daerah tersebut hanya terdapat di belahan bumi utara dan terletak di sebagian besar lingkungan kutub utara. Daerah tundra di kutub ini dapat mengalami gelap berbulan-bulan karena matahari hanya mencapai 23½° LU/LS. Di daerah tundra banyak terdapat lumut dan pohon yang tertinggi hanya berupa semak yang relatif pendek. Jenis lumut yang hidup, antara lain, lumut kerak dan sphagnum. Tumbuhan semusim di daerah tundra biasanya berbunga dengan warna yang mencolok dengan masa pertumbuhan yang sangat pendek. Tumbuhan di daerah ini mampu beradaptasi terhadap keadaan dingin meskipun dalam keadaan beku masih tetap bertahan hidup.
d.     Hutan Basah
           Hutan-hutan basah tropika di seluruh dunia mempunyai persamaan, di antaranya, terdapatnya beratus-ratus spesies tumbuhan di dalamnya. Sepanjang tahun hutan basah mendapatkan cukup air sehingga memungkinkan tumbuhnya tanaman dalam jangka waktu yang lama sehingga komunitas hutan tersebut akan sangat kompleks. Hutan basah tropika terdapat di daerah tropika dan subtropika, misalnya, di Indonesia, daerah Australia bagian Irian Timur, Amerika Tengah, dan Afrika Tengah.
           Ketinggian pohon-pohon utama berkisar antara 20 sampai dengan 40 meter dengan cabang-cabangnya yang lebat sehingga membentuk tudung (canopy) yang mengakibatkan hutan menjadi gelap. Tidak ada sumber air lainnya selain air hujan, dan air hujan sulit mencapai dasar hutan tersebut secara langsung. Di dalam hutan ini juga terdapat perubahan-perubahan iklim, tetapi hanya bersifat mikro (dari todung hutan sampai dasar hutan saja). Kelembapan di hutan basah tinggi dan suhu sepanjang hari hampir sama sekitar 25°C. Di samping pepohonan yang tinggi, terdapat liana dan epifit yang berupa rotan dan anggrek yang merupakan tumbuhan khas di daerah itu.
e.    Hutan Gugur
           Hutan gugur tumbuh di daerah beriklim sedang. Di sana umumnya juga terdapat padang rumput dan gurun. Curah hujan merata sepanjang tahun sebesar 750 sampai 1.000 mm per tahun. Terdapat pula musim dingin dan musim panas yang dengan adanya musim tersebut tumbuhan di sana beradaptasi dengan menggugurkan daunnya menjelang musim dingin. Musim gugur adalah musim yang ada sebelum musim dingin tiba. Tumbuhan yang bersifat menahun dari musim gugur sampai dengan musim semi berhenti pertumbuhannya, sedangkan tumbuhan yang sifatnya semusim akan mati pada musim dingin. Tumbuhan semusim hanya meninggalkan bijinya saja dan hanya mampu bertahan pada suhu dingin, dan akan berkecambah  pada saat menjelang musim panas tiba.
f.     Taiga
           Taiga adalah hutan pohon pinus yang daunnya seperti jarum dan merupakan bioma yang hanya terdiri atas satu spesies pohon. Daerah persebarannya terdapat di belahan bumi utara seperti Rusia, Siberia, dan Kanada. Beberapa contoh pohon yang hidup di hutan taiga, antara lain: konifer, terutama pohon spruce (picea), alder (alnus), birch (betula), dan juniper (juniperus). Masa pertumbuhan spesies ini pada musim panas,  berlangsung antara 3 sampai dengan 6 bulan.

BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Populasi adalah sekelompok makhluk hidup dengan spesies yang sama, yang hidup pada suatu wilayah yang sama dalam kurun waktu yang sama pula. Misalnya saja tanaman padi di persawahan begitu juga dengan perumputan atau serangga yang ada. Komunitas tumbuhan adalah seluruh populasi tumbuhan yang hidup bersama pada suatu daerah. Konsep dasar dalam komunitas tumbuhan, dimana istilah tumbuhan dapat didefinisikan sebagai suatu organisme hidup yang mempunyai kemampuan menangkap energi sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi kimia dalam bentuk senyawa-senyawa organik. Pola dan gradasi komunitas tumbuhan yakni Gradasi komunitas (community gradient, coenocline),gradasi lingkungan (enviromental gradient),Gradasi ekosistem (ecocline). Tipe tipe komunitas tumbuhan yaitu padang rumput, gurun daerah, hutan basah, hutan gugur, tundra.



















DAFTAR PUSTAKA

Ardhana, I Putu Gede. 2012. Ekologi Tumbuhan. Bali: Udayana Universiti Press.
Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Erlangga; Jakarta.
https://www.scribd.com/doc/190641630/Makalah-Ekologi-Tumbuhan-Kelompok-11.
https://www.scribd.com/doc/231098954/MAKALAH-EKOLOGI-TUMBUHAN
Syamsurizal. 1999. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Padang: UNP press.
Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. Yogyakarta : UGM press.




Tidak ada komentar:

PENGENALAN ALAT MIKROBIOLOGI DAN STERILISASI

BAB I PENGENALAN ALAT MIKROBIOLOGI DAN STERILISASI A.       KOMPETENSI Mahasiswa dapat mengenal berbagai macam alat-alat di labor...