BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Berbagai cara dapat dilakukan
untuk memaksimalkan daya hasil tanaman, seperti dengan menciptakan tanaman
melalui pemuliaan tanaman yang mempunyai daya hasil tinggi dan cara lain adalah
menciptakan lingkungan yang mendukung bagi tanaman tersebut. Lingkungan yang
sesuai bagi tanaman dapat dilihat dari berbagai faktor seperti faktor cahaya,
kelembaban, suhu, dan tentu unsur hara yang diperlukan oleh tanaman sebagai
makanan.Unsur hara adalah salah satu faktor tumbuh bagi tanaman yang sangat
penting, untuk itu perlu untuk sangat diperhatikan mengenai asupan unsur hara
pada tanaman.
Udara yang menyelubungi bumi mengandung gas nitrogen sebanyak 80 %, sebahagian
besar dalam bentuk N2 yang tidak dapat
dimanfaatkan.
Tanaman dan kebanyakan mikroba tidak mempunyai cara
untuk mengikat nitrogen menjadi senyawa dalam selnya. Tanaman dan mikroba umumnya mendapatkan nitrogen dari senyawa seperti ammonium (NH4) dan Nitrat (NO3).
Untuk memenfaatkan Nitrogen dalam bentuk
gas, pakar bioteknologi memusatkan
perhatiannya
pada hubungan antara tanaman dengan jenis mikroba tertentu yang dapat menambat nitrogen dari udara dan menyusun atom nitrogen kedalam molekul ammonium, nitrat, atau senyawa lain yang dapat digunakan oleh tumbuhan (Prentis, 1984).
Di alam mikroorganisme akan berinteraksi dengan mikroorganisme lain
maupun tanaman. Salah satu jenis interaksi yang terjadi antara mikroorgaisme
dengan tanaman adalah interaksi mutualisme. Dua jenis mikroorganisme yang
menguntungkan dan telah dimanfaatkan oleh para petani yaitu Rhizobium dan
mikoroza. Rhizobium adalah bakteri yang dapat membentuk bintil akar pada tanaman
leguminose dan memiliki kemampuan untuk memfiksasi N2 dari atmosfer.
Mikoriza adalah fungi akar yang memiliki fungsi yaitu dapat memperpanjang
jangkauan akar dan dapat memasuki tanah dengan ukuran pori yang sangat kecil.
Interaksi yang memberikan keuntungan bagi tanaman perlu untuk
diperhatikan dan perlu untuk ditingkatkan dalam pertanian.Salah satu bentuk
keuntungan bisa dilihat pada interaksi antara rhizobium dan akar tanaman
legume.Rhizobium termasuk dalam divisi Protophyta,
kelas Schizomycetes, ordo Eubacteriales, famili Rhizobiaceae dan Rhizobium.Bakteri
Rhizobium bermanfaat bagi tanaman Leguminoceae setelah bersimbiosis dengan akar
tanaman kacang-kacangan dengan membentuk bintil pada akarnya.Fiksasi Nitrogen
terjadi di dekat pusat bintil akar tanaman. Dalam interaksi ini, sel Rhizobium
akan berubah menjadi bentuk bakteroid, sedangkan di bagian tengah bintil akar
yang mengandung bakteroid tersebut akan membentuk pigmen merah yang disebut
leghemoglobin. Semakin merah pigmen leghemoglobi, semakin efektif bakteri dalam
menambat N. Unsur N merupakan unsur essensial bagi tanaman, oleh karena itu ini
merupakan salah satu bentuk interaksi yang menguntungkan.
B. Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah identifikasi rhizobium pada tanaman?
2. Bagaimanakah identifikasi mikoriza pada tanaman?
C. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasikan adanya rhizobium pada
tanaman.
2. Untuk mengidentifikasikan adanya mikoriza pada
tanaman.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN
Artinya : “Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang
berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah
mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.
(Al-baqarah:164)
Kandungan yang terdapat diatas
menjelaskan bahwa bahwa semua jenis bakteri yang berasal dari mikrobiologi
pertanian itu semua adalah ciptaan Allah Maha Kuasa. Dan juga dari penggalan
bukti ayat-ayat Al-quran tersebut telah jelas bahwa kita sebagai orang yang
beriman, yang yakin akan adanya sang Khalik harus percaya bahwa seluruh makhluk
baik di langit dan di bumi, baik berukuran besar maupun kecil, bahkan sampai
mikroorganisme (jasad renik) yang tidak dapat terlihat dengan mata telanjang
adalah makhluk ciptaan Allah SWT, sehingga dengan mengetahui dengan adanya mikrobiologi
lingkungan, pertanian maupun peternakan. Secara tidak langsung pengetahuan
tentang aqidah kitapun semakin bertambah. Sesungguhnya manusia hanyalah sedikit
pengetahuannya, jika dibandingkan dengan ilmu Allah SWT yang maha luas dan tak
terbatas.
A. Rhizobium
Rhizobium
adalah kelompok organisme yang sangat kecil (mikroorganisme)
yang hidup di dalam tanah. Rhizobium adalah bakteria yang bersel satu/tunggal,
panjangnya
sekitar 1.000 mm . Rhizobia merupakan
bakteri
pemfiksasi
nitrogen
yang
membentuk
nodula
akar dalam tanaman
legum.
Genus
Rhizobium awal
mulanya
berasal dari bahasa latin
yang artinya
hidup di akar dan untuk beberapa
tahun
ini merupakan
genus untuk semua Rhizobium.
Rhizobium yang berasosiasi
dengan tanaman legum mampu memfiksasi 100-300 kg N/ha dalam satu musim tanam
dan meninggalkan sejumlah N untuk tanaman berikutnya. Permasalahan yang perlu
diperhatikan adalah efisiensi inokulan Rhizobium untuk jenis tanaman
tertentu.Rhizobium mampu mencukupi 80% kebutuhan nitrogen tanaman legum dan
meningkatkan produksi antara 10-25%.Tanggapan tanaman sangat bervariasi
tergantung pada kondisi tanah (Sutanto 2002).
Mikroorganisme dapat digunakan untuk peningkatan kesuburan tanah
melalui fiksasi N2, siklus nutrien, dan peternakan hewan. Dalam hal
penyediaan dan penyerapan unsur hara bagi tanaman (biofertilizer),
aktivitas mikroba diperlukan untuk menjaga ketersediaan tiga unsur hara yang
penting bagi tanaman antara lain, nitrogen (N), fosfat (P), dan kalium (K).
Kurang lebih 74% kandungan udara adalah N. Namun, N udara tersebut harus
ditambat oleh mikroba dan diubah bentuknya terlebih dahulu agar bisa langsung
dimanfaatkan oleh tanaman. Mikroba penambat N ada yang hidup bebas dan ada pula
yang bersimbiosis. Mikroba penambat N simbiotik antara lain: Rhizobium
sp yang hidup di dalam bintil akar tanaman kacang-kacangan (leguminose).
Mikroba penambat N non-simbiotik misalnya: Azospirillum sp dan Azotobacter
sp. Mikroba penambat N simbiotik hanya bisa digunakan untuk tanaman leguminose
saja, sedangkan mikroba penambat N non-simbiotik dapat digunakan untuk semua
jenis tanaman (Dwijoseputro,
2005).
Tanaman kacang-kacangan atau legum adalah tanaman yang unik, contoh
tanaman ini adalah kacang tanah. Pada tanaman ini biasanya terdapat bintil-bintil
kecil pada akarnya. Di bintil akar inilah terdapat Rhizobium sp. Rhizoma memiliki
kemampuan luar biasa yang tidak banyak dimiliki oleh mikroba lain, yaitu
kemampuan untuk menambat N langsung dari udara. Seperti kita tahu bahwa
kandungan utama udara adalah gas nitrogen yang lebih dari 70% kandungan udara.
Meskipun melimpah tanaman tidak bisa langsung menyerap kandungan N dari udara.
Bakteri ini bila bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri
ini menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar. Bintil akar berfungsi
mengambil nitrogen di atmosfer dan menyalurkannya sebagai unsur hara yang
diperlukan tanaman. Pigmen merah leghemoglobin yang berperan dalam mengambil N
di atmosfer. Pigmen ini dijumpai dalam bintil akar antara bakteroid dan selubung
membran yang mengelilinginya. Jumlah leghemoglobin di dalam bintil akar
memiliki hubungan langsung dengan jumlah nitrogen yang difiksasi. Korelasinya
positif, semakin banyak jumlah pigmen, semakin besar nitrogen yang
diikat.Rhizobium mampu menghasilkan hormon pertumbuhan berupa IAA dan
giberellin yang dapat memacu pertumbuhan rambut akar, percabangan akar yang
memperluas jangkauan akar.Akhirnya, tanaman berpeluang besar menyerap hara
lebih banyak yang dapat meningkatkan produktivitas tanaman (Handayanto
dan Hairiah, 2007).
Sebagian besar dari N2 dihasilkan oleh simbiosis Rhizoma. Ada hubungan antara
bintil-bintil Leguminose dengan senyawa N2. Tanaman kacang-kacangan
akan tetap tumbuh walaupun tidak ada Nitrogen kalau paksa akarnya terdapat
bintil-bintil ini, bintil-bintil ini timbul karena infeksi rambut akarnya
dengan bakteri dari dalam tanah. Infeksi tumbuh-tumbuhan terjadi hanya pada rambut
akar muda. Bakteri menerobos masuk pada ujung rambut akar dan tumbuh sebagai
benang infeksi sampai ke dasarnya. Benang infeksi ini yang diliputi oleh
membran selulosa kemudian menerobos dinding sel muda dari epidermis dan kulit
akar.
Gambar 1. Sampel
akar yang memiliki rhizobium
Gambar
2. Bakteri Rhizobium dalam akar buncis
1.
Proses Masuknya Rhizobium kedalam Akar
Tanaman legume
Rhizobium masuk ke dalam akar legum salah satunya melalui rambut akar
atau secara langsung ke titik munculnya akar lateral. Akar yang atau pengontrol tumbuh dan cabang
rambut
akar adalah
respons
tanaman pertama
yang dapat
terlihat
karena terinfeksi rhizobium. Meskipun demikian, nodula tanaman legum
umumnya nampaknya mengandung hanya satu strain dari Rhizobium menjadikan akar
tanaman dapat membentuk nodula dengan lebih dari satu strain.
Gambar 3. Akar yang Terinfeksi Rhizobium
Dilaporkan bahwa strains Rhizobium mampu menginfeksi legum dengan melepaskan polisakarida
spesifik yang menyebabkan
lebih
banyak aktivitas pektolitik oleh akar. Beberapa berpendapat bahwa robekan mekanik dengan rhizobium masuk ke dinding rambut
akar yang pecah.
Rhizobium juga
bisa terperangkap sampai membungkus rambut akar yang telah berubah bentuk.
Bagaimana sebenarnya nodula dibentuk ? Infeksi benang
masuk dan berpenetrasi ke dalam akar dari sel ke sel. Sel ini terbagi membentuk jaringan nodula dimana bakteria ini terbagi dan menggandakan diri. Batas pemisah berkembang, lokasi pusat
dimana bakteria berada,
jaringannya dinamakan zona
bakteria yang ditandai dengan
nodula dari bakteria
yang
nenyerangnya- jaringan bebas
dinamakan
korteks nodula. Jaringan nodula tumbuh dalam berbagai ukuran, mendorong dirinya melalui akar dan
kemudian muncul sebagai tambahan
dalam
sistem perakaran. Ukuran
dan bentuknya bergantung pada spesies dan tanaman legumnya.
Gambar 4. (Kanan) Akar dari Pisum sativum dengan nodula yang dibentuk oleh bakteri fiksisi nitrogen (Rhizobium). (Kiri) Nodula Akar
berkembang sebagai hasil dari simbiosis antara bakteri Rhizobium dengan rambut akar pada tanaman. (A) Bakteria
mengenal rambut akar dan mulai membelah, (B) Masuknya rhizobia ke akar melalui infeksi sehingga bakteria msuk ke dalam sel akar (C) membelah/membagi menjadi bentuk nodula,
Ada dua tipe
nodula, yaitu efektif dan inefektif.
Nodula
efektif
dibentuk oeh strains efektif dari Rhizobium.
Nodula ini berkembang
dengan baik, berwarna
merah muda akibat adanya pigmen leghaemoglobin. Jaringan bakteroid berkembang baik dan terorganisasi dengan
baik dengan
banyak bakteroid.
Berbeda dengan
strain inefekti dari
Rhizobium bentuk
nodula
inefektif
umumnya kecil
dan
berisi
sedikit jaringan bakteroid yang berkembang, menunjukkan akumulasi tepung dalam sel tanaman inang yang tidak berisi Rhizobium. Bakteroid dalam nodula inefektif berisi glikogen.
2. Proses pembentukan Nodula pada Tanaman Legum oleh Rhizobium
Tanaman legum
dalam
kondisi ternodulasi oleh bakteri pemfiksasi N
bersimbiosis
dengan bakteria
tanah dari genus Rhizobium,Bradyrhizobium, Azorhizobium, Mesorhizobium.
Interaksi antara
bakteri rhizobium dengan tanaman legum dikendalikan oleh tanaman inang tertentu. Misalnya S. meliloti membentuk nodule pada alfafa dan B.
japonicum membentuk nodula pada kedelai. Tanaman inang nya tertentu, ditentukan
dengan paling sedikit dua tahap perubahan
sinyal yang saling bergantian antara tanaman adan mikrosimbiotik (Gambar 8). Pertama, gen bakteri nodulasi (nod) aktif dalam merespons sinyal molekul yang dikeluarkan tanaman seperti flavonoids, dihasilkan dari biosintesis dan sekresi
lipo- chitooligosaccharides (LCOs)
oleh
bakteri
rhizobium. Tahap kedua, LCOs mendatangkan
bentuk nodul pada akar tanaman
inang dan memicu proses
infeksi. LCOs yang menyebabkan bentuk akar bernodula pada tanaman inang dinamakan faktor Nod.
Gambar 5, Interaksi antara Rhizobium dan tanaman inang
3. Peran Nitrogenase dalam Proses Fiksasi Nitrogen
Fiksasi
Nitrogen dilakukan
oleh bakteri.
Bakteri
ini menyelenggarakan
fiksasi nitrogen yang terjadi baik oleh bakteri yang hidup bebas
atau hidup bersimbiosis dalam akar tanaman legum seperti kedelai, clover, dan buncis. Fiksasi Nitrogen ini
melibatkan
penggunaan ATP dan proses reduksi ekivalen berasal dari metabolisme primer. Semua reaksi yang terjadi dikatalisis oleh nitrogenase.
8H+ + N2 + 8 e + 16 ATP + 16 H2O 2 NH3 + H2
+ 16 ADP + 16 Pi + 16 H+
Nitrogenase adalahdua
protein kompleks. Satu
komponen, dinamakan nitrogenase reduktase (NR) adalah besi
(Fe) berisi protein yang menerima elektron dari ferredoxin, reduktat kuat, dan kemudian mengirimkannya
kekomponen lainnya dinamakan nitrogenase atau M0Fe protein (Iron-Molybdenum Protein).
Nitrogenase
pertama
kali menerima elektron dari NR dan proton dari larutan. Nitrogenase mengikat molekul dari molekul nitrogen (melepaskan H2 pada waktu yang sama) , dan kemudian
menerima
elektron
dan proton dari NR, menambahkannya ke dalam molekul N2, akhirnya melepaskan dua
molekul amoniak NH3. Melepaskan molekul hidrogen, H2, rupanya adalah bagian yang hakiki dari fiksasi nitrogen. Cukup banyak sistem fiksasi nitrogen berisi enzim, hydrogenase, yang memanen elektron dari molekul hidrogen dan mentransfernya kembali ke
dalam ferredoxin, kemudian menyimpan beberapa energi metabolik yang hilang selama reduksi nitrogen,
Bagian utama dari energi fotosintesis dalam tanaman yang bernodula digunakan untuk fiksasi N2. Paling tidak enam belas molekul ATP dihidrolisis selama reduksi oleh molekul nitrogen tunggal. Pengeluaran energi dari fotosintesis sama sekali membatasi pertumbuhan tanaman yang memfiksasi nitrogen. Contohnya, hasil penggunaan energy (protein, karbohidrat, dan minyak) dari lahan jagung lebh banyak daripada dari lahan kedelai.
Nitrogen
sangat sensitif terhadap oksigen. Akar bernodula dari tanaman pemfiksasi nitrogen berisi oksigen- mengikat protein, leghemoglobin, yang melindungi nitrogenase melalui pengikatan molekul oksigen.
Mekanisme serupa dilakukan dalam nitrat reduktase dan nitrit reduktase. Kedua substansi
ini dihasilkan dari ammonia
melalui proses
oksidasi. Bakteri tanaman dan tanah dapat mereduksi senyawa ini untuk menyediakan
ammonia untuk metabolisme.
Pupuk yang umum digunakan seperti ammonium nitrat, NH4NO3, menyediakan reduksi nitrogen untuk
pertumbuhan
tanaman
secara langsung,
dan menyediakan
substrat untuk reduksi nitrat. NADH atau NADPH adalah donor
elektron untuk nitrat reduktase, bergantug pada organismenya,
Langkah pertama adalah reduksi nitrat menjadi nitrit
Langkah kedua melibatkan nitrat reduktase yang mereduksi nitrit menjadi ammonia
NO2- + 7 H+ + 6 e NH3 + 2H2O
NO- (nitrit) dan NH2OH (hydroxylamine)
lanjutan dalam reaksi tetapi tidak berdisosiasi dengan nitrit reduktase
B. Mikoriza
Istilah mikoriza yang berarti : “Jamur Akar”
pertama kali dikenalkan oleh Frank, botaniwan jerman pada tahun 1855, untuk
menyebutkan sebagai suatu struktur yang terbentuk sebagai hasil assosiasi jamur
tanah tertentu dengan akar tumbuhan tinggi. Jamur akar ini diketemukan Frank
pada pepohonan hutan seperti pinus.
Mikoriza adalah suatu bentuk hubungan simbiosis
mutualisme antara cendawan/jamur (mykes) dan perakaran (rhiza)
tanaman. Mikoriza mempunyai kemampuan untuk berasosiasi dengan hampir 90% jenis
tanaman pertanian, perkebunan, kehutanan dan pakan ternak. Mikoriza merupakan
suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jenis jamur tertentu dengan perakaran
tanaman
Mikoriza
memerlukan akar tumbuhan untuk melengkapi daur hidupnya. Sebaliknya, beberapa
tumbuhan bahkan ada yang tergantung pertumbuhannya dengan mikoriza. Beberapa
jenis tumbuhan tidak tumbuh atau terhambat pertumbuhannya tanpa kehadiran
mikoriza di akarnya. Sebagai misalnya, semaian pinus biasanya gagal tumbuh setelah pemindahan
apabila tidak terbentuk jaringan mikoriza di sekitar akarnya.
Istilah cendawan Mikoriza
Vesikula-Arbuskula (MVA) pertama kali dilaporkan oleh Peyronel, (1923) dalam Trappe dan Schenk, (1982). Hal ini
disebabkan karena dicirikan oleh adanya vesikel dan arbuskel pada akar tanaman
yang terinfeksi dan terkolonisasi. Cendawan ini menginfeksi tanaman melalui
spora, tumbuh dan berkembang dalam jaringan korteks, dimana morfologi cendawan
ini terdiri dari arbuskel, vesikel, miselium internal dan eksternal.
Cendawan mikoriza meprupakan cendawan obligat, dimana kelangsungan hidupnya
berasosiasi akar tanaman dengan sporanya. Spora berkecambah dengan membentuk
apressoria sebagai alat infeksi, dimana infeksinya biasa terjadi pada zone
elongation. Proses ini dipengaruhi oleh anatomi akar dan umur tanaman yang terinfeksi. Hifa yang terbentuk pada
akar yaitu interseluler dan intraseluler dan terbatas pada lapisan korteks, dan
tidak sampai pada stele. Hifa yang berkembang diluar jaringan akar, maka
berperan terhadap penyerapan unsur hara tertentu dan air.
Mosse, (1981) melaporkan bahwa cendawan mikoriza mempunyai sifat dapat
berkolonisasi dan berkembang secara simbiosis mutualisme dengan akar tanaman,
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, serta membantu menekan
perkembangan beberapa patogen tanah.
Berdasarkan struktur
tubuh dan cara infeksi terhadap tanaman inang mikoriza dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yaitu ektomikoriza dan endomikoriza Endomikoriza tergolong ke dalam fungi
mikoriza arbuskula (FMA) karena mempunyai arbuskula dan pada beberapa genus
mempunyai vesikula.Arbuskula yaitu menyerupai struktur pohon kecil dari
percabangan hifa berfungsi sebagai tempat pertukaran metabolit antara jamur dan
tanaman. Vesikula berbentuk globose berasal dari menggelembungnya hifa jamur
mikoriza fungsinya sebagai organ penyimpan makanan . Untuk lebih jelasnya
bentuk dari arbuskula dan vesikula berikut ditampilkan dalam Gambar 6
.
Gambar 6. Penampang membujur akar
terinfeksi FMA
1. Prinsip Kerja Mikoriza
Jamur yang menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, akan memproduksi
jalinan hifa secara intensif di luar sel akar, di dalam sel akar atau di luar
dan di dalam sel akar sekaligus. Hifa jamur memperpanjang daya jelajah akar
dalam mencari unsur hara tanah dan air. Luas rizosfir tanaman bermikoriza 100
kali lebih besar dari tanaman tanpa mikoriza. Akar tanaman yang bermikoriza
akan mampu meningkatkan kapasitas dalam penyerapan unsur hara (fosfor,
nitrogen) dan air.
Terjadinya infeksi mikoriza pada akar tanaman
melalui beberapa tahap, yakni :
a. Pra
infeksi. Spora dari mikoriza benrkecambah membentuk appressoria
b. Infeksi. Dengan alat apressoria melakukan
penetrasi pada akar tanaman.
c. Pasca infeksi. Setelah penetrasi pada akar,
maka hifa tumbuh secara interselluler, arbuskula terbentuk didalam sel saat
setelah penetrasi. Arbuskula percabangannya lebih kuat dari hifa setelah
penetrasi pada dinding sel. Arbuskula hidup hanya 4-15 hari, kemudian mengalami
degenerasi dan pemendekan pada sel inang. Pada saat pembentukan arbuskula,
beberapa cendawan mikoriza membentuk vesikel pada bagian interselluler, dimana
vesikel merupakan pembengkakan pada bagian apikal atau interkalar dan hifa.
d. Perluasan infeksi cendawan mikoriza dalam akar
terdapat tiga fase:
1) .Fase awal
dimana saat infeksi primer.
2) Fase
exponential, dimana penyebaran, dan pertumbuhannya dalam akar lebih cepat .
3) Fase
setelah dimana pertumbuhan akar dan mikoriza sama.
e. Setelah
terjadi infeksi primer dan fase awal, pertumbuhan hifa keluar dari akar dan di
dalam rhizosfer tanah. Pada bagian ini struktur cendawan disebut hifa eksternal
yang berfungsi dalam penyerapan larutan nutrisi dalam tanah, dan sebagai alat
transportasi nutrisi ke akar, hifa eksternal tidak bersepta dan membentuk
percabangan dikotom.
Cendawan mikoriza menghasilkan
senyawa glycoprotein glomalin yang sangat berkorelasi dengan
peningkatankemantapan agregat. Faktor-faktor yang terlibatdalam pembentukan
struktur adalah organisme, seperti benang-benang jamur yangdapat mengikat satu
partikel tanah dan partikel lainnya. Selain akibat dariperpanjangan hifa-hifa
eksternal pada jamur mikoriza, sekresi dari senyawasenyawapolysakarida, asam
organik dan lendir yang di produksi juga oleh hifahifaeksternal, akan mampu
mengikat butir-butir primer agregat mikro tanahmenjadi butir sekunder agregat
makro. Agen organik ini sangat penting dalmmenstabilkan agregat mikro dan
melalui kekuatan perekat dan pengikatan olehasam-asam dan hifa tadi akan membentuk
agregat makro yang mantap.
Prinsip kerja dari mikoriza ini
adalah menginfeksi sistem perakaran tanaman inang, memproduksi jalinan hifa
secara intensif sehingga tanaman yangmengandung mikoriza tersebut akan mampu
meningkatkan kapasitas dalampenyerapan unsur hara. Tanaman bermikoriza dapat
menyerap P, dalam jumlahbeberapa kali lebih besar dibanding tanaman tanpa
mikoriza, khususnya padatanah yang miskin P. Disamping itu tanaman yang
terinfeksi mikoriza ternyatadaya tahan tanaman dan laju fotosintesis lebih
tinggi dibanding tanaman tanpamikoriza, meskipun konsentrasi P pada daun rendah
(kekurangan). Dengan adanya hifa (benang-benang yang bergerak luas
penyebarannya), maka tanamanmenjadi lebih tahan kekeringan.Hifa cendawan ini
memiliki kemampuanistimewa, disaat akar tanaman sudah kesulitan menyerap air,
hifa jamur masihmampu meyerap air dari pori-pori tanah.
BAB III
KESIMPULAN
Bakteri bintil akar (Rhizobium sp.) bersimbiosis
dengan tanaman dan pada umumnya pada tanaman Leguminose bentuk simbiosis antara
keduanya yaitu bakteri menyediakan unsur N bagi tanaman dan tanaman menyediakan
karbohidrat sebagai nutriennya. Mikoriza merupakan jamur yang berfungsi sebagai penambat unsur P. Mikoriza tumbuh pada akar tanaman,
Mikoriza bersimbiosis dengan tanaman dan simbiosis tersebut merupakan simbiosis
mutualisme,dimana mikoriza menyediakan unsur P (fosfor) bagi tanaman dan
tanaman menyediakan tempat hidup dan nutrisi yang di butuhkan mikoriza
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro
D., 2005. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan Press. Jakarta.
Handayanto, E. dan Hairiah.K., 2007. Biologi Tanah. Yogyakarta : Pustaka
Adipura.
Mosse, B. 1981. Vesicular-arbuscular
mycorrhizal research for tropical Agriculture. Res. Bull.82p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar