Minggu, 27 Mei 2018

Makalah ahan Genetik pada makhluk Hidup


BAB I
PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Satuan terkecil dari makhluk hidup adalah sel. Segala aktivitas sel diatur oleh inti sel (nukleus). Di dalam inti sel terdapat benang-benang kromatin (jika sel sedang tidak membelah). Struktur kromatin seperti jala, tersusun atas benang-benang halus yang dapat menyerap zat warna. Jika sel sedang membelah, benang-benang kromatin ini memendek dan menebal membentuk struktur yang disebut kromosom. Kromosom tersusun atas molekul DNA yang membawa keterangan genetik, oleh karena itu kromosom mempunyai arti penting dalam genetika. Gen yang menentukan sifat suatu makhluk hidup dibawa oleh struktur pembawa gen yang mirip benang dan terdapat di dalam inti sel (nukleus). Nama kromosom diberikan oleh Waldeyer pada tahun 1888, sedangkan  Morgan pada tahun 1933 menemukan fungsi kromosom dalam pemindahan materi-materi genetik.
Sintesis protein terjadi di dalam sel, yaitu di dalam ribosom. Struktur dan aktivitas protein ditentukan oleh urutan asam amino yang menyusunnya. Setiap macam protein mempunyai urutan asam-asam amino yang spesifik. Emil Fisher merupakan orang yang pertama berhasil menyusun molekul protein dengan cara menggandeng-gandengkan 15 molekul glisin dengan molekul leusin sehingga diperoleh suatu polipeptida. Asam amino yang satu dengan asam amino yang lain dihubungkan dengan suatu ikatan yang disebut ikatan peptida.
B.   Rumusan Masalah
1.    Apa saja bahan genetik yang terdapat pada makhluk hidup?
2.    Bagaimana susunan kimiawi dari AND dan ARN?
3.    Bagaimana struktur dari AND dan ARN?
4.    Bagaimana replikasi AND?
5.    Apa yang dimaksud kode genetik?
6.    Bagaimana mekanisme sintesis protein?

C.   Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui bahan genetik yang terdapat pada makhluk hidup?
2.    Untuk mengetahui susunan kimiawi dari AND dan ARN?
3.    Untuk mengetahui struktur dari AND dan ARN?
4.    Untuk mengetahui replikasi AND?
5.    Untuk mengetahui  apa itu kode genetik?
6.    Untuk mengetahui mekanisme sintesis protein?










BAB II
PEMBAHASAN

A.   Ayat Al-quran dan Kajiannya
Artinya : Dia menciptakan kamu dari seorang diri kemudian Dia jadikan daripadanya isterinya dan Dia menurunkan untuk kamu delapan ekor yang berpasangan dari binatang ternak. Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan. Yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu, Tuhan Yang mempunyai kerajaan. Tidak ada Tuhan selain Dia; maka bagaimana kamu dapat dipalingkan?. (QS. Az-Zumar ; 6).
Kajian : Allah menciptakan kamu yaitu makhluk hidup diciptakan dari sesuatu yamg hidup. Dari seseorang diri maksudnya manusia diciptakan dari sebuah sel yang akan membentuk suatu sistem dalam tubuh. Kemudian menciptakan makhluk hidup berpasangan maksudnya disini yaitu manusia tercipta dari sel tunggal kemudian Allah menjadikannya sel diploid yang berpasangan. Sel diploid yang akan berpasangan membentuk kromosom.


B.   ADN (Asam deoksiribonukleat)
Asam deoksiribonukleat atau disingkat ADN merupakan persenyawaan kimia yang paling penting pada makhluk hidup, yang membawa keterangan genetik dari sel khususnya atau dari makhluk dalam keseluruhannya dari satu generasi ke generasi berikutnya. ADN sangat menarik perhatian para Biologiwan modern dalam abad ini, seperti halnya ahli kimia serta fisika tertarik pada atom. Oleh karena ADN sangat erat hubungannya dengan hampir semua aktipitas biologi, maka banyak sekali penyelidikan telah dilakukan, bahkan kini masih harus berjalan untuk mengetahui lebih banyak lagi tentang ADN. ADN menepati tempat utama dalam sitologi (ilmu hal sel), genetika, biologi molekul, mikrobilogi, biologi perkembangan, biokimia dan evolusi.
1.    Sejarah
Molekul ADN pertama-tama diisolir oleh F. Miescher (1869) dari sel spermatozoz dan dari nukleus sel-sel darah merah burung. Akan tetapi ia tidak dapat mengenal sifat kimianya yang pasti dan menanamkannya sebagai nuklein. Dalam tahun 1880 Fischer dapat mengenal adanya zat-zat pirimidin dan purin di dalam asam nukleat (yaitu adenin dan guanin) di dalam asam nukleat itu, sehingga ia mendapatkan hadian Nobel dalam tahun 1910. Levine, seorang ahli biokimia kelahiran Rusia mengenal gula 5 karbon ribose dalam tahun1910 dan kemudian menemukan gula deoksiribose di dalam asam nukleat. Ia juga menyatakan adanya asam pospat dalam asam nukleat. Robert Feulgen (1914) menunjukkan suatu tes warna untuk ADN, yang kemudian dikenal sebagai reaksi Feulgen. Avery, Macleod dan McCrthy (1944) pertama-tama membuktikan bahwa ADN mempunyai hubungan langsung dengan keturunan. Chargaff (1947) membuat studi kimiawi dari ADN. Ia membuktikan bahwa ADN terdiri dari bagian yang sama dari bas apurin dan pirimidin dan bahwa adenin dan timin terdapat dalam proporsi yang sama begitu pula sitosin dan guanin. Wilkins dkk (1950) dengan cara diffraksi sinar-X menemukan, bahwa basa-basa purin dan pirimisin di dalam molekul ADN terletak dengan jarak 3,4 Å (1, angsrtom = 0,001 mikron = 0,000001 mm). Mereka juga mengemukakakan bahwa molekul ADN itu tidak berbentuk sebagai sebuhan garis lurus, melainkan berpilin sebagai spiral an setiap 3,4 Å merupakan satu spiral penuh. Watson dan Crick (1953) menyatakan bahwa molekul ADN itu berbentuk spiral double yang berpilin (double helix) dan memperlihatkan berbagai aktivitas dari molekul ADN. Kornberg (1957) membuktiksn kebenaran model “double helix” dari ADN yang dikemukakan Watson dan Crick dengan cara membuat molekul ADN dalam sistem sel bebas. Dalam tahun 19 67 Kornberg membuat molekul ADN dari 6000 nukleotida.

2.    Terdapatnya
Semua makhluk hidup kecuali beberapa virus memiliki ADN. Di dalam sel bagian terbesar dari ADN terdapat di dalam nukleus terutama dalm kromosom. Molekul ADN juga ditemukan di dalam mitokondria, plastida, dan sentriol. Pada Paramecium, Tetrahymena, Amoebs proteus, amphibia dan paku-pakuan, molekul ADN terdapat dalam dasat sitoplasma.

3.    Pengandungan AND dari nukleus
Banyaknya ADN biasanya diukur dengan pikogram, yaitu suatu mikrounit dari berat. Satu pikogram (1 pg) adalah sama dengan 10-12 gram. Banyaknya ADN konstan dari sel ke sel dan dari spesies ke spesies. Sebagai contoh, banyaknya ADN dari berbagai sel diploid pada ayam ialah 2,5 pg. spermatozoanya terdapat hanya mengandung separuh (kira-kira 1,25 pg) dari banyaknya ADN dalam sel diploid.
Banyaknya ADN dari sebuah sel juga berhubungan erat dengan sifat ploidi atau jumlah kromosom dari sel itu. Sebagai contoh, sel-sel hati yang bersifat tetraploid (4n) mengandung ADN dua kali lipat daripada banyaknya ADN di dalam sel diploid.
Di antara makhluk-makhluk Avertebrata, spons, dan Coelenterata mengandung ADN paling sedikit. Pada umumnya banyaknya ADN bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Banyaknya variasi itu tergantung pula dari banyaknya spesies, misalnya pada Mammalia terdapat lebih sedikit variasi jika dibandingkan dengan pada ikan, Amphibia dan burung.

4.    Morfologi
Molekul ADN dari sel-sel dengan nukleus sejati mempunyai bentuk sebagai benang lurus dan tak bercabang, sedangkan pada sel-sel tanpa nukleus sejati, mitokondria dan plastida molekul ADN berbentuk lingkaran.
Ukuran molekul ADN, berbeda-beda dari satu spesies ke spesies lainnya. Pada mitokondria, molekul ADN mempunyai ukuran 5 u, pada virus lebih panjang, sedang molekul ADN tunggal pada sel bakteri berukuran 1,4 mm.
Dalam sel –sel yang berinti sejati, beberapa orang peneliti menemukan molekul ADN dari berbagai ukuran, yaitu 50-60 u, 500 u, dan 1,6-1,8 mm.
5.    Susunan kimiawi dari ADN
ADN merupakan susunan kimia makromolekular yang komplek, yang terdiri dari 3 macam molekul, yaitu :
a.    Gula pentose, yang dikenal sebagai deoksiribosa
download.jpg
Sumber : http://informasitips.com/struktur-dna-bentuk-komposisi-gambar-dan-penemunya
b.    Asam pospat
c.    Basa nitrogen, yang dapat dibedakan atas dua tipe dasar :
1)    Pirimidin. Basa ini dibedakan lagi atas sitosinin (S) dan timin (T)
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgwOR242pLX47T9asRH25R9vqGXaiz6NXG7qoRSGKsQrC0ep3y9fUdnaideTXA23EcXRGiZTykXfhqsXNM0fAAvoViIOanD8Rebb9Vbk1WKNp7-u6xPUbG_UdH3M13T_yfpJwTJsVbK3UY/s1600/kimia-002.jpg


2)    Purin. Basa ini dibedakan lagi atas adenin (A) dan guanin (G).
https://aryaagh.files.wordpress.com/2011/02/basa-nitrogen.jpg
Sumber : https://aryaagh.wordpress.com/tag/basa-nitrogen/
Pirimidin (sitosinin dan timin) dan purin (adenin dan guanin) membentuk rangkaian kimiawi dengan deoksiribosa. Atom C 1’ dari gula deoksiribosa akan berhubungan dengan atom nitrogen pada posisi 1 dari pirimidin atau pada posisi 9 dari purin. Molekul demikian ini disebut nukleosida atau deoksiribonukleosida dan mereka ini dapat berlaku sebagai prekursor elementer untuk sintesa ADN. Akan tetapi, sebelum suatu nukleosida dapat menjadi bagian dari suatu ADN, ia harus bergabung dengan gugus pospat untuk membentuk suatu nukleotida atau deoksiribonukleotida.
Empat macam deoksiribonukleosida dan deoksiribonukleotida dapat dilihat pada tabel.
Basa Nitrogen
Basa + deoksiribosa = deoksiribonukleotida
Deoksiribonukleotida + asam pospat = deoksiribonukleotida
Singkatan dari nukleotida
1.    Adenin (A)
Deoksiadenosin
Asam deoksiadenilin (Deoksiadenosin monopospat)
Damp
2.    Guanin (G)
Deoksiguanosin
Asam deoksiguanilin (Deoksiguanosin monopospat)
dGMP
3.    Sitosin (S)
Deoksisitidin
Asam deoksisitidilin (Deoksisitidin monopospat)
dSMP
4.    Timin (T)
Timidin
Asam timidilin (Timidin monopospat)
TMP
    
Nukleotida yang memiliki sebuah gugus pospat dinamakan nukleosida monopospat. Suatu contoh adalah adenin deoksiribonukleosida monopospat atau disingkat dAMP.
20160402_094654.jpg
Nukleotida dapat pula mempunyai dua atau tifa gugu pospat (seperti ADP atau ATP) . inilah nukleosida tripospar yang merupakan prekursor langsung untuk sintesa AND. Tripospat dari empat deoksiguanosin tripospat (dGTP), deokksisitidin tripospat (dSTP) dan timidin tripospat (TTP) merupakan persenyawaan yang kaya energi dan terdapat bebas di dalam nukleoplasma serta sitoplasma.
Jelaslah bahwa molekul ADN itu merupakan sebuah polimer panjang dari nukleotida, yang dinamakan polinukleotida. Gugus pospat yang terikat pada 5’ –C dari gula berhubungan dengan 3’ –C dari gula milik nukleotida berikutnya. Begitu seterusnya, sehingga terdapat seri panjang rangkaian 5’ – 3’ sepanjang polimer. Selanjutnya apakah tulang punggung gula-pospat terbentuk, maka letak basa-basa pirimiin an purin ditetapkan dengan pengertian, bahwa jarak sebuah basa dengan basa tetangganya adalah 3,4 Å.
5.    Perbandingan basa nitrogen dalam ADN
Chargaff (1948) menemukan bahwa pengandungan ADN dari nukleus timus anak sapi terdiri dari 4 basa dengan perbandingan: 28% adenin, 24% guanin, 20% sitosin dan 28% timin. Sampel ADN yang didapatkannya dari berbagai macam organisme hidup memperlihatkan pengandungan basa yang berlainan. Namun bagaimanapun juga, hukum ekivalen Chargaff yang dikemukakan dalam tahun 1950 menyatakan, bahwa:
a.    Jumlah purin adalah sama dengan jumlah pirimidin (A+G= T+S)
b.    Banyaknya adenin sama dengan banyaknya timin (A=T), demikian pula banyaknya guanin sama dengan banyaknya sitosin (G=S).
Hukum ini ternyata berlaku universal (untuk berbagai macam organisme) seperti virus, bakteri, tumbuhan dan hewan. Akan tetapi hewan tingkat tinggi pada umumnya mengandung lebih banyak adenin dan timin, sedangkan guanin dan sitosin lebih sedikit. Misalnya perbandingan AT/GS dari ADN manusia= 1,40:1. Sebaliknya ADN yang diisolir dari berbagai macam mikroorganisme (virus, bakteri, tumbuh-tumuhan/hewan rendah) pada umumnya kaya akan guanin dan sitosin dan relatip miskin akan adenin dan timin. Misalnya perbandingan AT/GS dari ADN bakteri mycobacterium tuberculosis adalah 0,60:1. Perbedaan dalam ratio AT/GS dari mikroorganisme makhluk tingkat tinggi itu member petunjuk bahwa ada perbedaan formasi genetik yang dibawa oleh molekul herediter itu. Petunjuk tadi tentu mempunyai arti sangat penting untuk keperluan filogen, evolusi dan taksonomi.
6.    Pertimbangan Watson dan Crick dalam konstruksi model molekul ADN
            Orang yang pertama-tama mengemukakan gagasan tentang struktur tiga dimensional dari ADN adalah W.T. Astbury (1940) berdasarkan hasil studi kristalografi sinar-X dari molekul ADN mengambil kesimpulan bahwa karena ADN itu sangat padat, maka polinukleotida yang menyusunnya berupa timbunan nukleotida pipih yang masing-masing nukleotida itu mempunyai jarak 3,4Å.
            Studi kristalografi sinar-X oleh Astbury itu kemudian dilanjutkan Wilkins, yang berhasil mempersiapkan serabut-serabut ADN, sehingga memungkinkan pembuatan foto melalui diffraksi sinar-X. salah seorang temannya wanita bernama Rosalind Franklin berhasil membuat foto fraksi sinar-X yang sangat bagus dan membenarkan penemuan Astbury serta mengemukakan pendapatnya , bahwa molekul ADN itu mempunyai stuktur seperti spiral.
Berdasarkan foto yang diambil oleh Franklin itu, Watson dan Crick dalam bulan April 1953 segera dapat mengambil kesimpulan, bahwa:
a.    Deretan polinukelotida ADN mempunyai bentuk sebagai spiral teratur.
b.    Spiral itu mempunyai diameter kira-kira 20 Å, dan lebar spiral itu tetap.
c.    Spiral itu membuat satu putaran lengkap setiap 34 Å dank arena jarak internukleotida itu 3,4 Å, maka tiap putaran lengkap terdiri dari nukleotida.
d.    Mengingat bahwa molekul ADN itu sangat padat, maka spiral ADN itu tentu duplex (terdiri dari dua buah spiral), yang mengandung dua deretan polinukleotida.
7.    Model struktur ADN menurut Watson dan Crick
Menurut Watson dan crick molekul ADN itu berbentuk sebagai dua pita spiral yang saling berpilin (“double helix”). Di bagian luar terdapat deretan gula-pospat (yang membentuk tulang punggung dari “double helix”). Di bagian dalam dari “double helix” terdapat basa purin dan pirimidin.
Dua polinukleotida yang berhadapan dihubungkan oleh atom hidrogen, yaitu antara pasangan purin dan pirimidin tertentu . adenine hanya dapat berpasangan dengan timin, yang dihubungkan oleh dua atom H, sedangkan guanine hanya dapat berpasangan dengan sitosisn yang dihubungkan oleh tiga atom H. jadi dua deretan nukleotida itu komplementer satu dengan lainnya, artinya urutan nukleotida dalam satu deret mendikte urutan nukleotida dari deret pasangannya.

Kecuali itu, dua pita spiral itu masing-masing melingkar kea rah yang berlawanan dan menuju ke kanan. Oleh karena satu lingkaran lengkap panjangnya 34 Å, sedangkan jarak antara satu nukleotida dengan yang lain adalah 3,4 Å, maka pada setiap lingkaran penuh terdapat 10 mononukleotida. Sesuai dengan rumus bangun dari masing-masing basa, maka sitosin (S) yang berhadapan dengan guanine (G) dihubungkan oleh 3 atom H, sedang adenin (A) yang berhadapan dengan timin (T) dihubungkan oleh 2 atom H.
8.    Denaturasi dan Renaturasi dari ADN
Dua buah pita polinukleotida yang berbentuk “double helix” dalam molekul ADN itu dihubungkan oleh atom H yang sangat lunak. Jika suatu larutan yang mengandung ADN dipanasknan atau dibubuhi alkali yang kuat, maka hubungan hidrogen itu menjadi labil dan putus. Dua pita spiral dari molekul ADN itu membuka. Proses ini dinamakan denaturasi ADN. Jika larutan tersebut kemudian didinginkan kembali atau dinetralisisr secara perlahan-lahan, maka trebentuklah pasangan-pasangan basa itu kembali. Peristiwa ini dinamakan renaturasi. Kedua proses tersebut telah dilakukan oleh J. Marmur dalam tahun 1963.
Renaturasi ADN mempunyai arti penting dalam biologi molekuler, karena antara lain dapat digunakan untuk membuat molekul-molekul hybrid antara ADN dari spesies yang berlainan, asal ada homologi dalam urutan basa. Dengan demikian, maka kemampuan hibridisasi ADN ini dapat mencerminkan berapa jauh terdapatnya persamaan genetik antara berbagai spesies itu. Bahkan potongan dari sebuah pita tunggal dari molekul ADN dapat dibuat hibrid dengan ARN (asam ribonukleat) yang berasal dari sumber lain. Berhubung dengan itu dpata diperoleh hybrid ADN-ADN atau ADN-ARN. Namun tanpa adanya homologi dalam urutan basa, tidak mungkin hibridisasi dilangsungkan.
9.    Replikasi ADN
Sebagai pembawa keterangan genetik, ADN memilki dua fungsi yang amat penting, ialah:
a.    Fungsi heterokatalitis, yaitu karena ADN langsung dapat mensintesismolekul kimiawi lainnya (seperti mensintesa ARN, protein, dsb.).
b.    Fungsi autokatalitis, yaitu karena ADN dapat mensintesa dirinya sendiri.
Disini akan diuraikan fungsi autokatalitis dari ADN saja. Peristiwa replikasi ADN pertama kali diselidiki Taylor dan kawan-kawan (1957). Mereka menggunakan nitrogen radioaktif N15 dilembagakan dalam timidin (senyawa antara timin dan deoksiribosa). Setelah ujung akar tanaman yang digunakan pada percobaan itu dimasukan ke dalam medium yang mengandung timidin radioaktif, maka kromosom-kromosom dari sel-sel pada ujung akar itu menunjukkan adanya bahan radioaktif. Hasil yang diperoleh dari Taylor dan kawan-kawan itu diperkuat oleh penelitian Meselson dan Stahl (1958) dengan menggunakan N dalam bentuk N15O3 pada bakteri Escherchia coli. Setelah sel bakteri itu membelah, ternyata sel-sel anakannya mengandung bahan radioaktif itu pula.
Model “double helix” dari molekul ADN menurut Watson dan Crick dengan mudah menerangkan fungsi autokatalis dari ADN, yaitu bahwa ADN dapat mensintesa dirinya sendiri. Karena berpasangannya basa memperlihatkan sifat yang khas, maka urutan basa dalam satu deretan dengan sendirinya menentukan urutan basa pada deretan komplementernya. Jadi tiap pita dari “double helix” dapat berlaku sebagai pencetak pada sintesa pita yang lain. Menurut Watson dan Crick, replikasi molekul ADN dimulai dengan putusnya ikatan hidrogen yang kemudian diikuti oleh berputarnya dan memisahnya kedua pita polinukleotida. Pita tunggal yang bebas itu lalu membentuk pita komplementernya yang baru.
Proses ini dipengaruhi oleh enzim ADN-polimerase. Arthur Kornberg (1969), pemenang hadiah nobel meneliti proses sintesa dari ADN dan membuat ADN in vitro (di luar benda hidup) dengan menggunakan enzim Kornberg (ADN-polimerase 1). Kemudian ia berpendapat bahwa enzim Kornberg yang mempengaruhi replikasi ADN. Akan tetapi kemudian terbukti bahwa pendapat itu tidak benar, karena enzim Kornberg bukanlah enzim yang sebenarnya yang berperan pada replikasi ADN. Enzim tersebut hanya merupakan katalisator pada pembentukan internukleutida dari ADN.
Setelah replika ADN selesai terbentuklah dua pasang “double helik”, sedangkan sebelumnya hanya sepasang “double helix” saja.
Berdasarkan pengamatan ADN, yaitu secara :
a.    Semikonserpatip. Dua pita spiral dari “double helix” memisahkan diri. Tiap pita tunggal dari “double helix” parental ini berlaku sebagai pencetak (model) untuk membentuk pita pasangan yang baru.
b.    Konserpatip. “Double helix” parental tetap utuh, tetapi keseluruhannya tetap encetak “double helix” baru.
c.    Dispersip. Kedua buah pita dari “double helix” parental terputus-putus. Segmen-segmen ADN parental dan segmen-segmen ADN yang dibentuk baru saling bersambungan dan menghasilkan dua “double helix” baru.

10.  Eksperimen Meselson-Stahl
Pada waktu Watson dan Crick mengemukakan bahwa molekul ADN itu mempunyai struktur sebagai “double helix” di mana basa-basa komplementer letaknya berpasangan, maka mereka berpendapat bahwa replika molekul ADN berlangsung secara semikonserpatip. Pendapat tersebut di benarkan oleh M.S. Meselson dan F.W. Stahl yang dalam tahun 1958 menerbitkan hasil eksperimen mereka yang dilakukan berkali-kali pada bakteri E.colli. mereka dapat menunjukan bahwa kromosom (kini dikenal mengandung sebuah “double helix” ADN) bakteri tersebut mengadakan replika secara semikonserpatip.
Meselson dan Stahl memelihara sel-sel bakteri E.colli selama beberapa replika generasi dalam media dimana di gunakan isotop berat dari nitrogen (15N) di samping isotop ringan normal (14N). Basa purin dan pirimidin dalam ADN mengandung nitrogen. ADN dari sel-sel yang tumbuh pada medium dengan 14N akan mempunyai kepekatan lebih tinggi dari papa ADN dari sel-sel yang tumbuh pada medium dengan 14N(gambar. III-15). Molekul-molekul yang mempunyai kepekatan berbeda-beda dapat dipisahkan dengan cara sentrifuse derajat kepekatan ekulibrium. Dengan mengikuti adanya perubahan kepekatan ADN dari sel-sel yang tumbuh pada medium 15N kemudian di pindahkan ke medium 14N selama beberapa generasi, Meselson dan Stahl dapat membedakan adanya kemungkinan tiga cara replika ADN.
Meselson dan Stahl mengambl sel-sel yang telah tumbuh pada medium 15N selama beberapa genersi (berarti telah mengandung ADN “berat”), mencucinya dan memindahkannya ke medium yang mengandung 14N. Setelah sel-sel ini dibiarkan tumbuh untuk beberapa waktu ADN di pisahkan dan di angalisis dengan cesium chlorida (CsCI). Semua  ADN yang di isolir dari sel-sel setelah satu generasi dalam medium 14N memiliki kepekatan separoh dari kepekatan ADN “berat” dan ADN “ringan”. Kepekatan pertengahan ini di namakan kepekatan hibrid. Setelah pertumbuhan dua generasi dalam medium 14N, maka separoh dari ADN mempunyai kepekatan hibrid dan separohnya lagi mempunyai kepekatan ringan. Hasil ini persis mengikuti replika semikonserpatp seperti yang di ramal Watson dan Crick. Satu generasi dari “double helix” parental yang mengandung 15N dalam medium 14N akan menghasilkan  dua “double helix”, yang masing-masing memiliki 15N dalam satu pita (pita lama) dan 14N dalam pita pasanannya (pita baru). Molekul demikian memiliki kepekatan hibrid. Jika replika berlangsung secara konserpatip, tidak akan dihasilkan molekul ADN dengan kepekatan hibrid. Begitu juga setelah satu generasi maka separoh dari ADN akan tetap “berat” dan separoh lainnya akan berupa ADN “ringan”. Sedangkan andaikan kata replika berlangsung secara dispersip, Meselson dan Stahl akan melihat adanya perubahan ADN dari “berat” ke “ringan” pada setiap generasi. Meselson dan Stahl dapat membuktikan bahwa hasil eksperimen mereka sama sekali tidak konsisten dengan teori replika secara konserpatp maupun dispersip.
Eksperimen-eksperimen berikutnya membuktikan pula bahwa replika secara semikonserpatp berlaku juga untuk tumbuh-tumbuhan dan hewan tingkat tinggi.
11.  Replika kromosom bakteri
Penelitian tentang replika kromosom bakteri untuk pertama kali di lakukan oleh J. Cairns dalam tahun 1963 dengan menggunakan teknik autoradiografi, yaitu suatu cara untuk mendeteksi dan melokalisir isotop-isotop radioaktip di dalam sel dengan meletakkannya dalam emulsi fotografis yang peka terhadap energi radiasi rendah.
Cairns menumbuhkan sel-sel E.colli dalam medium yang mengandung 3H-timidin untuk beberapa waktu dan berhati-hati sekali mengumpulkan kromosom-kromoson pada filter membran. Filter itu di tempatkan pada gelas preparat yang dilapisi dengan emulsi yang peka terhadap partikel-β dan disimpan dalam keadaan gelap untuk beberapa waktu. Setelah filmnya di cuci dan di cetak nampak, bahwa kromosom-kromosom bakteri E.colli itu berbentuk lingkaran (gambar III-16).
C.   Asam Ribonukleat (ARN)
Di samping ADN, kebanyakan sel-sel berinti tidak sejati (prokaryotik) maupun yang berinti sejat (eukayotik) memiliki asam nukleat lain sangat penting pula, yang dinamakan asam ribonukleat (ARN). Akan tetapi beberapa virus tidak memiliki ADN, melainkan hanya ARN saja, sehingga ARN-lah merupakan molekul genetik keseluruhannya dan membawa segala pertanggungjawaban seperti seperti yang di miliki oleh ADN. Arn demikian di namakan Arn genetik. Di dalam sel-sel dimana ADN merupakan substansi genetik, terdapat lain macam molekul ARN, yang dinamakan ARN non –genetik.
1.    ARN Genetik
Beberapa virus tumbuhan (misalnya virus mosaik tembakau TMV, virus mosaik kuning turnip, virus tumor luka, dsb), virus hewan (misalnya virus influenza, virus kaki dan mulut, virus poliomyelitis, dsb) dan bakteriophag (misalnya MS2, dsb) mempunyai ARN sebagai bahan genetik.
Seperti halnya ADN, ARN, adalah suatu polimer asam nukleutida dari empat ribonukleotida. Tiap ribonukleotida terdiri dari gula pentose (D-ribosa), molekul gugusan pospat dan sebuah basa nitrogen. Berbeda dengan ADN, basa timin dari golomgan pirimidin tidak terdapat dalam ARN, melainkan digantikan oleh basa urasil disingkat U.
Ke empat ribinukleotida itu juga terdapat bebas di dalam nukleoplasama tetapi dalam bentuk tripospat dari ribonukleosida seperti adenosin (ATP), guanin tripospat (GTP), sitinin tripospat (STP), dan uridin tripospat (UTP).
Struktur molekul ARN
Molekul ARN berbentuk pita tunggal atau pita dobel tetapi tidak terpilin sebagai spiral seperyi molekul ADN. ARN bentuk pita tunggal terdapat sebagai bahan genetik pada virus tumbuhan (seperti TMV, virus mosaik tembakau), virus hewan (seperti virus influenza, virus kaki dan mulut, virus rous sarcoma, virus poliomyelitis) dan bakteriophag (MS2).  ARN yang terdiri dari pita dobel tetapi tidak terpilin sebagai spiral terdapat sebagai bahan genetik pada beberapa tanaman (misalnya reovirus). Tiap pita ARN adalah polinukleotida, artinya terdiri dari banyak ribonukleotida. Dalam pita polinukleotida dari ARN, tulang punggung tersusun dari deretan ribosa dan pospat.
ARN genetik dari virus mengadakan replika sendiri, artinya ARN ini menghasilkan sendiri replikanya (hasil replika). Berhubung dengan itu replika itu dinamakan sintesa ARN bergantung- ARN.
2.    ARN Non-genetik                       
Pada mahluk di mana keterangan genetik terdapat dalam ADN maka ARN disebut juga ARN Non-genetik.
Berdasarkan tempat terdapatnya serta fungsinya dapat dibedakan 3 macam ARN, yaitu:
a.    ARN duta atau disingkat ARNr (“messengger ARN”=mRNA). ARNd berbentuk pita tunggal, terdapat di dalam nukleus dan di buat (dicetak) oleh ADN dalam suatu proses yang di namakan traskripsi.
Sebelum ADN mencetak ARNd, “doble helix” molekul ADN terlebih dahulu membuka spiritualnya dengan bantuan enzim ARN polimerase. Proses pencetakan ARNd oleh salah satu pita ADN.
b.    ARN memindah atau disingkat ARNp (transfer RNA=tRNA). Akhir-akhir ini ARNp disebut juga ARN larut atau di singkat ARNI (soluble RNA=sRNA).
            R. Holley pada tahun 1965 untuk pertama kali mempelajari dan memberi keterangan tentang molekul ARNp yang di temukannya pada khamir. Dikatakn bahwa seperti halnya dengan ARNd, molekul ARNp itu di buat di dalam nukleus, sebelum menempatkan diri di dalam sitoplasma. Selanjutnya di nyatakan pula bahwa pada beberapa bagian dari molekul ARNp itu basa-basa memperlihatkan pasangan yang mengikuti model Watson dan Crick, tetapi ada bagian-bagian yang basa-basanya tidak memperlihatkan pasangan. Bagian dimana basa-basa itu tidak berpasangan di katakan mempunyai struktur menukik merupakan suatu bulatan sehingga Holley berpendapat bahwa molekul ARNp mempunyai struktur seperti daun semanggi. Beberapa sifat mengenai molekul ARNp itu ialah.
1)    Semua molekul arnp mengandung urutan terminal yang sama dari basa 5’-SSA-3’ pada akhir 3’ dari deretan polinukleutida. Pada basa A atau adenin itulah molekul ARNp mengikat asam amino.
2)    Semua ARNp mempunyai bagian menukik yang merupakan bulatan yang di sebut lengan T diamana terdapat tujuh basa tak berpasangan termasuk pseudouridin. Lengan ini mempunyai peranan pada pengikatan molekul pada ARNp pada ribosom.
3)    Semua molekul ARNp mempunyai lengan DHU (dihidrouridin) yang mempunyai 8-12 basa tak berpasanagan.
4)    Ada bagian yang mengandung 3 basa, yang pada arnp tertentu berbeda sususanannya dari pada di arnp lainnya. Tiga basa itu dinamakan antikodon, yang nantinya akan berpasangan tiga basa arnd yang di namakan kodon.
5)    Beberapa RNp yang berupa pita panjang dapat mempunyai lengan tambahan pendek.

c.    ARN ribosom atau di singkat ARNr (robosoma RNA=rRNA)
ARNr terutama terdapat di dalam ribosom, meskipun di buat di dalam nukleus. Molekulnya berupa pita tunggal , tak bercabang dan fleksibel. Ada yang bercabang dan fleksibel. Ada bagian dimana basa-basa komplementer membentuk pasangan.
Sel-sel yang mempunyai inti sejati memiliki tiga macam ARNr, yaitu 28S ARNr, 18S ARNr dan 5S ARNr. Sel-sel yang mempunyai inti tidak sejati juga memiliki tiga macam molekul ARNr, yaitu 23S ARNr, 16S ARNr, 5S ARNr. Fungsi molekul ARNr sampai sekarang masih sedikit di ketahui tetapi di duga mempunyai peranan penting pada sintesa protein.
D.   Kode Genetik
Telah diketahui bahwa ADN adalah bahan genetik yang memberi informasi dari sel ke sel dan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Sebuah pita molekul ADN terdiri dari tiga persenyawaan kimia, yaitu asam pospat, gula deoksiribosa dan basa nitrogen. Tulang punggung asam pospat-deokribosa selalu sama untuk berbagai segmen dari ADN. Tetapi basa nitrogennya berbeda-beda. Berhubung dengan itu informasi genetik tergantung dari urutan basa nitrogen yang menyusun segmen molekul ADN.
Serabai, dkk (1964) membuktikan bahwa urutan basa nitrogen dari suatu segmen molekul ADN itu identik dengan urutan linier dari asam-asam amino di dalam molekul protein. Empat basa ADN itu (A,T,S dan G) dapat dianggap sebagai alfabet dalam molekul ADN. Berhubung dengan itu semua informasi genetik harus dinyatakan dengan empat alfabet ADN ini. Jika informasi genetik terdapat sebagai bahasa dalam bentuk ucapan nyata, molekul ADN memerlukan memiliki banyak alfabet, sistem tata bahasa yang kompleks dan ruangan yang cukup. Dengan demikian para Biologiwan Molekuler mengambil kesimpulan bahwa informasi genetik yang terdapat di dalam molekul ADN itu harusberupa bahasa istimewa yang berbentuk kata-kata kode dengan menggunakan empat alfabet ADN itu. Setiap pesan genetik yang dinyatakan dalam bentuk kode umumnya dinamakan kriptogram.
Dapat diketahui bahwa, sampai sekarang dikenal 20 macam asam amino. Yang menjadi masalah dari kode genetikitu ialah bagaimanakah empat basa nitrogen itu dapat diterjemahkan ke 20 macam asam amino yang menjadi bahan dasar untuk protein. Satu kelompok nukleotida yang memperinci suatu asam amino dinamakan kodon. Kemungkinan kode genetik yang paling sederhana ialah kode singlet, di mana sebuah nukleotida memberi kode untuk sebuah asam amino. Mengingat adanya 20 macam asam amino, maka baru 4 macam asam amino saja yang dapat diberi kode. Berarti bahwa 16 macam asam amino belum dapat diberi kode. Kode duplet (yaitu kode yang terdiri dari dua huruf) juga belum cukup, karena baru dapat memperinci 4x4=16 macam asam amino saja, sehingga masih ada 4 macam asam amino yang belum dapat di beri kode. Kode triplet (yaitu suatu kode yang terdiri dari tiga huruf) akan menghasilkan 4x4x4=64 kodon, sehingga dapat memperinci 64 asam amino. Kemungkinan adanya kode singkat, dublet dan triplet untuk molekul ARNd dapat diikuti pada tabel III-5.
Dalam bentuk tabel sebagai berikut:
a.    Tabel kode singlet (4 kata)
A
G
S
U

b.    Tabel kode dublet (16)
AA
AG
AS
AU
GA
GG
GS
GU
SA
SG
SS
SU
UA
UG
US
UU

c.    Tabel kode triplet (64 kata)
AAA
AAG
AAS
AAU
AGA
AGG
AGS
AGU
ASA
ASG
ASS
ASU
AUA
AUG
AUS
AUU
GAA
GAG
GAS
GAU
GGA
GGG
GGS
GGU
GSA
GSG
GSS
GSU
GUA
GUG
GUS
GUU
SAA
SAG
SAS
SAU
SGA
SGG
SGS
SGU
SSA
SSG
SSS
SSU
SUA
SUG
SUS
SUU
UAA
UAG
UAS
UAU
UGA
UGG
UGS
UGU
USA
USG
USS
USU
UUA
UUG
UUS
UUU

Percobaan Crick pada tahun 1961 dengan menggunakan T4 bakteriofag dari E.coli membuktikan, bahwa dengan menerapkan kode dublet, bakteriofag tidak dapat menjalankan fungsinya secara normal. Begitu pula waktu ia menerapkan tambahan sebuah atau dua buah nukleotida pada kode triplet. Berdasarkan eksperimen itu diambilkesimpulan, bahwa kode genetik haruslah dalam bentuk kode triplet.
Penyelidikan beberapa ahli seperti Nirenberg (1961), S. Ochoa, Yanofsky dkk, (1963), H.G, Khorana (1964), Terzaghi dkk, (1966) Dn S. Cory (1970) menghasilkan suatu tabel yang merumuskan kode untuk 20 macam asam amino.
Ada beberapa sifat dari kode triplet:
1.    Kode genetik ini memiliki banyak sinoim, sehingga hampir semua asam amino dinyatakan oleh lebih dari sebuah kodon. Contohnya: tiga asam amino, arginin, serin, dan leusin masing-masing mempunyai enam kodon sinonim. Tetapi untuk banyak kodon sinonim yang menyatakan asam amino yang sama, dua basa permulaan dari triplet adalah tetap, sedangkan basa ke tiga dapat berlainan. Contohnya: semua kodon yang dimulai dengan SS memperinci prolin (SSU, SSS, SSA dan SSG) dan semua kodon yang dimulai dengan AS memperinci treonin (ASU, ASS, ASA ASG). Fleksibilitas dalam nukleotida dari suatu kodon ini dapat menolong membuat sekecil mungkin akibat adanya kesalahan.
2.    Tidak ada tumpang tindih, artinya tiada suatu satu basa tunggal pun yang dapat mengambil bagian dalam pembentukan lebih dari satu kodon, sehingga 64 kodon itu semua berbeda-beda.
3.    Kode genetik dapat mempuyai dua arti, yaitu kodon yang sama dapat memperinci lebih dari satu asam amino. Sebagai contoh : kodon UUU biasanya merupakan kode untuk fenilalanin, tetapi bila ada streptomisin dapat pula merupakan kode untuk isoleusin, leusin atau serin.
4.    Kode genetik tidak mempunyai tanda untuk menarik perhatian, artinya tiada sebuah kodon pun yang dapat diberi tambahan tanda bacaan.
5.    Kodon AUG disebut juga kodon permulaan, karena kodon ini memulai sintesa rantai polipeptida.
6.    Beberapa kodon dinamakan kodon non-sens (tak berarti), karena kodon-kodon ini tidak merupakan kode untuk salah satu asam amino pun, misalnya UAA, UAG dan UGA.
7.    Kode genetik itu ternyata universal, karena kode yang sama berlaku untuk semua macam mahluk hidup.

E.    Proses Sintesis Protein
Sintesis protein terdiri dari dua bagian utama – transkripsi dan translasi. Proses ini melibatkan asam ribonukleat (RNA), asam deoksiribonukleat (DNA) dan satu set enzim. Semua jenis asam ribonukleat, yaitu asam ribonukleat messenger (mRNA), asam ribonukleat ribosom (rRNA) dan transfer asam ribonukleat (tRNA) yang diperlukan untuk sintesis protein. Lihat informasi berikut untuk memahami dua bagian dalam proses sintesis protein.
Untitled
1.    Transkripsi
Transkripsi adalah bagian pertama dalam proses sintesis protein. Ini terjadi dalam inti sel, di mana asam deoksiribonukleat (DNA) bertempat di kromosom. Seperti kita semua tahu, DNA adalah struktur heliks ganda. Dari dua untai paralel, satu bertindak sebagai template untuk menghasilkan mRNA. Sebagai langkah inisiasi transkripsi, RNA polimerase mengikat dirinya ke situs tertentu (daerah promoter) di salah satu untai DNA yang akan bertindak sebagai template.
Setelah keterikatannya dengan untai cetakan DNA, enzim polimerase mensintesis polimer mRNA di bawah arahan template DNA. MRNA untai terus memanjang sampai polimerase mencapai ‘wilayah terminator’ dalam template DNA. Dengan demikian, transkripsi DNA mencakup tiga langkah – inisiasi, elongasi dan terminasi. mRNA Yang baru ditranskripsi dilepaskan oleh enzim polimerase, yang kemudian bermigrasi ke sitoplasma untuk menyelesaikan proses sintesis protein. Mengenal lebih lanjut tentang transkripsi DNA.
2.    Translasi
Bagian utama kedua dari proses ini adalah terjemahan. Bertentangan dengan transkripsi yang terjadi dalam inti, terjemahan berlangsung dalam sitoplasma sel. Bagian ini dimulai segera setelah mRNA ditranskripsi memasuki sitoplasma. Ribosom hadir dalam sitoplasma segera melekat pada mRNA pada situs tertentu, yang disebut kodon start. Asil tRNA amino juga mengikat pada untai mRNA. Fase ini disebut inisiasi.
Ketika ribosom bergerak sepanjang untai mRNA, amino asil tRNA membawa asam amino satu per satu. Tahap ini tertentu disebut elongasi. Pada tahap terminasi, ribosom membaca kodon terakhir dari untai mRNA. Dengan ini, berakhir bagian terjemahan dan rantai polipeptida dilepaskan. Tepatnya bicara, dalam terjemahan, ribosom dan tRNA menempel pada mRNA, yang membaca informasi ini kode dalam rantai tersebut. Dengan demikian sintesis protein dari urutan asam amino tertentu terjadi.
Secara keseluruhan, proses sintesis protein melibatkan transkripsi DNA untuk mRNA, yang kemudian diterjemahkan menjadi protein. Dengan demikian, kita telah melihat proses sintesis protein memerlukan koordinasi yang tepat dari RNA, DNA, enzim dan ribosom. Dan prosedur bijaksana langkah sintesis protein juga dikenal sebagai dogma sentral dalam biologi molekuler.





Tidak ada komentar:

PENGENALAN ALAT MIKROBIOLOGI DAN STERILISASI

BAB I PENGENALAN ALAT MIKROBIOLOGI DAN STERILISASI A.       KOMPETENSI Mahasiswa dapat mengenal berbagai macam alat-alat di labor...