BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Evolusi merupakan bangunan ilmu
terbesar, dan perkembangannya sangat luas. Meliputi pokok bahasan yang beragam
dan terdapat bagian-bagian yang agak ditakutkan. Para ahli biologi evolusi
sekarang meneliti evolusi dari berbagai disiplin ilmu, seperti genetika
molekuler, morfologi dan embriologi. Mereka juga bekerja dengan peralatan yang
beragam seperti dengan larutan kimia di dalam tabung reaksi, tingkah laku hewan
di hutan rimba, fosil yang dikoleksi dari daerah-daerah purbakala dan batu-batu
karang atau gunung-gunung batu.
Evolusi adalah perubahan secara
bertahap dalam waktu yang lama akibat seleksi alam pada variasi gen dalam suatu
individu spesies yang menghasilkan perkembangan spesies baru. Segala makhluk
hidup yang sekarang ditemukan adalah hasil perkembangan berangsur-angsur pada
masa silam. Di dunia ini banyak sekali ragam hewan dan tumbuh-tumbuhan yang
diperkirakan ada dua juta spesies.
Sudah banyak spesies di muka bumi ini yang punah dan hilang
entah kemana. Karna pengaruh lingkungan yang tidak sesuai dengan habitatnya
spesies yang tidak bisa menyusuaikan dengan lingkungan nya akan punah dan di
gantikan dengan spesies baru yang sesuai dengan lingkungan saat ini. Sangat di sayangkan sekali kalo spesies yang
dulunya ada harus hilang karna pengaruh lingkungan yang tidak sesuai.
Setelah bermunculan pendapat dari para
ahli biologi. Para ahli biologi menyatakan bahwa makhluk hidup senantiasa
mengalami perubahan secara berangsur-angsur dalam waktu yang sangat lama.
Perubahan-perubahan itu mengakibatkan munculnya sifat-sifat baru, sifat-sifat
yang dimiliki oleh nenek moyangnya. Tetapi kemudian pada generasi selanjutnya,
penyimpangan-penyimpangan itu semakin banyak sehingga timbullah spesies baru.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang di maksud dengan spesies dan
spesiasi?
2. Bagaimana proses spesiasi?
3. Bagaimana petunjuk adanya evolusi?
C.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
spesies dan
spesiasi?
2. Untuk mengetahui proses Spesiasi?
3. Untuk mengetahui bagaimana adanya evolusi.
BAB II
PEMBAHASAN
Ayat
Al-qur’an
![]() |
Artinya: Allah mencipta langit dan bumi, dan bila Dia
berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya mengatakan
kepadanya: “Jadilah” Lalu jadilah ia. (Q.S. Al-baqarah Ayat 117)
- Pengertian
Spesies dan Spesiasi
Spesies
dalam bahasa latin berarti “jenis” atau “penampakan”. Spesies merupakan unit
dasar untuk memahami biodiversitas. Spesies adalah suatu kelompok organisme yang hidup bersama
di alam bebas, dapat mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan
anak yang fertil dan bervitalitas sama dengan induknya.
Munculnya
keanekaragaman konsep spesies ini dilatarbelakangi oleh dua alasan mendasar.
Alasan pertama adanya perbedaan pemahaman tentang spesiasi yang merupakan
proses munculnya suatu spesies baru. Karena spesiasi bukan hanya menarik
perhatian para ahli evolusi, tetapi juga telah memikat perhatian dari berbagai
disiplin bidang biologi lainnya seperti morfologi, genetika, ekologi,
fisiologi, paleontologi, biologi reproduksi, dan biologi tingkah laku. Alasan
kedua adalah karena spesies merupakan hasil dari proses evolusi yang terus
berjalan. Artinya bahwa konsep spesies yang dibuat berdasarkan proses spesiasi
yang masih sebagian berjalan akan berbeda dengan konsep spesies yang dibuat
ketika spesies itu benar-benar sudah sampai pada akhirnya
Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan
proses perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual,
perlahan tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang
terjadi pada populasi jenis tertentu. Kecepatan spesiasi maupun kepunahan sebagian
tergantung pada ukuran kisaran geografis dari suatu daerah. Daerah yang luas
cenderung meningkatkan kecepatan spesiasi dan menurunkan kecepatan kepunahan.
Jenis yang terdapat di daerah yang luas akan mengalami spesiasi lebih cepat,
sedangkan menurunnya luas area akan meningkatkan kepunahan suatu jenis, jadi
menurunkan jumlah jenis yang akan mengalami spesiasi. (Campbell:
2003) Spesiasi
atau terbentuknya spesies baru dapat diakibatkan oleh adanya isolasi geografi,
isolasi reproduksi, dan perubahan genetika (Campbell, 2003). Adapun proses
spesiasi ini dapat berlangsung secara cepat atau lama hingga berjuta-juta
tahun.
Spesiasi adalah pembentukan spesies baru dan berbeda dari spesies
sebelumnya dalam kerangka evolusi. Spesiasi dapat berlangsung cepat, dapat pula
berlangsung lama hingga puluhan juta tahun. Setiap populasi terdiri atas
kumpulan individu sejenis (satu spesies) dan menempati suatu lokasi yang sama.
Karena suatu sebab, populasi dapat terpisah dan masing-masing mengembangkan
adaptasinya sesuai dengan lingkungan baru. Dalam jangka waktu yang lama,
populasi yang saling terpisah itu masing-masing berkembang menjadi spesies baru
sehingga tidak dapat lagi mengadakan perkawinan yang menghasilkan keturunan
fertil. Terbentuknya spesies baru (spesiasi) dapat diakibatkan oleh adanya
isolasi geografi, isolasi reproduksi, dan perubahan genetika.
- Proses
Spesiasi
1. Isolasi Geografi
Mayoritas para ahli biologi berpandangan bahwa faktor awal dalam proses
spesiasi adalah pemisahan geografis, karena selama populasi dari spesies yang
sama masih dalam hubungan langsung maupun tidak langsung gene flow masih
dapat terjadi, meskipun berbagai populasi di dalam sistem dapat menyimpang di
dalam beberapa sifat sehingga menyebabkan variasi intraspesies.
2. Isolasi habitat
Dua
populasi simpatrik yang menghuni habitat yang berbeda , dalam kenyataan akan
kawin dengan populasi yang sama, dibanding dengan populasi yang berbeda.
Sebagai
contoh dapat dikemukakan di sini Bufo
fowleri dan Bufo americanus.
Keduanya dapat kawin dan menghasilkan keturunan yang fertil. Namun
kecenderungannya, Bufo fowleri akan kawin dengan Bufo
fowleri dan Bufo americanus akan
kawin dengan Bufo americanus. Pilihan
ini ada hubungannya dengan plihan tempat tinggalnya. Bufo fowleri memilih tempat tinggal dan kawin di air yang tenang,
sedangkan Bufo americanus memilih
tempat yang bewujud kubangan-kubangan air hujan.
3. Isolasi Tingkah laku (Behavioral)
Tingkah laku berperan sangat penting dalam hal courtship (percumbuan)
dan perkawinan (mating). Tingkah laku juga berperan pada perkawinan acak
antar spesies yang berbeda sehingga perkawinan mendapat hambatan oleh
terjadinya inkompatibilitas beberapa perilaku sebagai dasar bagi suksesnya
perkawinan tersebut. Contohnya pada hewan jantan spesies tertentu memiliki pola
perilaku yang spesifik dalam menarik, mendekati dan mengawini pasangannya.
Kegagalan perkawinan terjadi karena pasangan merasa asing dengan pola perilaku
yang ditunjukkan oleh pasangannya sehingga terjadi penolakan. Selain sekuen
perilaku yang spesifik seperti yang ditunjukkan oleh burung bower di mana hewan
jantan harus mempersiapkan pelaminan yang penuh dengan aksesoris tertentu agar
burung betina mau dikawini. Isolasi perilaku sangat tergantung pada produksi
dan penerimaan stimulus oleh pasangan dari dua jenis kelamin yang berbeda.
Jenis stimulus yang dominan untuk mensukseskan perkawinan, stimulus tersebut
diantaranya adalah:
a) Stimulus
visual : Bentuk,
warna, dan karakter morfologi lain dapat mempengaruhi stimulus visual. Beberapa
hewan seperti kelompok ikan, burung, dan insekta menunjukkan bahwa stimulus
visual dominan mempengaruhi ketertarikan pasangan seksualnya. Contohnya pada
bebek liar Amerika Serikat yang simpatrik mempunyai courtship
display yang baik dan disertai dengan warna yang mencolok pada bebek
jantan. Fungsinya adalah untuk memperkecil kesempatan bebek betina memilih
pasangan yang salah (Waluyo, 2005).
b) Stimulus
adaptif : Bunyi
nyanyian atau suara lain yang spesifik berfungsi sebagai alat komunikasi antar
jenis kelamin yang mengarah pada proses terjadinya perkawinan intra maupun
interspesies. Suara-suara yang dikeluarkan oleh insekta, reptilia, burung, dan
mamalia banyak yang spesifik untuk tiap spesies.
c) Stimulus
kimia/feromon: Molekul ini spesifik pada individu betina yang dapat merangsang
individu jantan dan atau sebaliknya sebagai molekul spesifik yang dihasilkan
oleh individu betina untuk menolak individu jantan. Misalnya pada Drosophila
melanogaster feromon mempunyai pengaruh pada tingkah laku perkawinan,
di mana dengan adanya feromon yang dilepaskan oleh individu betina membuat
individu jantan melakuakn aktivitas sebagai wujud responnya terhadap adanya
feromon tersebut.
4. Isolasi Mekanik (mechanical)
Isolasi reproduksi yang didasarkan apa yang
disebut isolasi mekanis dapat tejadi bila jenis jantan mempunyai ukuran tubuh
yang terlalu besar bagi jenis betinanya. Dapat pula terjadi karena alat kelamin
jantan mempunyai ukuran dan atau ukuran bentuk yang tidak cocok dengan lubang
alat keamin betina. Beikut adalah contoh gambar alat kelamin jantan binatang
berkaki seibu dari genus Brachoria. Ada enam bentuk yang berlainan.

Gambar 1 : gambar
alat kelamin jantan binatang berkaki seibu dari genus Brachoria
Keserasian
bentuk dan ukuran antara alat kelamin jantan dan betina ini diumpamakan sebagai
keserasian antara kunci dan gembok (lock-and-Key).
5. Isolasi Gametis (gametic)
Isolasi gamet menghalangi terjadinya fertilisasi akibat susunan kimiawi
dan molekul yang berbeda antara dua sel gamet, seperti spermatozoa yang
mengalami kerusakan di daerah traktus genital organ betina karena adanya reaksi
antigenik, menjadi immobilitas, dan mengalami kematian sebelum mencapai atau
bertemu sel telur. Contohnya pada persilangan Drosophila virilis dan D.
americana, sperma segera berhenti bergerak pada saat sampai pada alat
kelamin betina, atau bila tidak rusak maka sperma akan mengalami kematian.
gambaran lain juga yang terjadi pada ikan, di mana telur ikan yang dikeluarkan
dari air tidak akan dibuahi oleh sperma dari spesies lain karena selaput sel
telurnya mengandung protein tertentu yang hanya dapat mengikat molekul sel
sperma dari spesies yang sama.
6. Isolasi Setelah
Perkawinan (Post-mating isolation/Postzigotic barrier)
Hal ini terjadi jika sel sperma dari satu spesies membuahi ovum dari
spesies yang lain, maka barier postzigot akan mencegah zigot hibrida itu untuk
berkembang menjadi organisme dewasa yang bertahan hidup dan fertil. Mekanisme
ini dapat terjadi melalui:
a) Kematian zigot (zygotic mortality)
Sel telur yang telah dibuahi oleh sperma spesies lain (zigot hibrid)
seringkali tidak mengalami perkembangan regular pada setiap stadianya, sehingga
zigot tersebut mengalami abnormalitas dan tidak mencapai tahapan maturitas yang
baik atau mengalami kematian pada stadia awal perkembangannya. Di antara banyak
spesies katak yang termasuk dalam genus Rana, beberapa
diantaranya hidup pada daerah dan habitat yang sama, dan kadang-kadang mereka
bisa berhibridisasi. Akan tetapi keturunan yang dihasilkan umumnya tidak
menyelesaikan perkembangannya dan akan mengalami kematian.
b) Perusakan hibrid (hybrid
breakdown)
Pada beberapa kasus ketika spesies berbeda melakuakn kawin silang,
keturunan hibrid generasi pertama dapat bertahan hidup dan fertil, tetapi
ketika hibrid tersebut kawin satu sama lain atau dengan spesies induknya,
keturunan generasi berikutnya akan menjadi lemah dan mandul. Sebagai contoh,
spesies kapas yang berbeda dapat menghasilkan keturunan hibrid yang fertil,
tetapi kerusakan terjadi pada generasi berikutnya ketika keturunan hibrid itu
mati pada saat berbentuk biji atau tumbuh menjadi tumbuhan yang cacat dan
lemah.
c. ) Sterilitas hibrid
Hibridisasi pada beberapa spesies dapat menghasilkan keturunan yang sehat
dan hidup normal akan tetapi hibrid tersebut mengalami sterilitas. Terjadinya
sterilitas ini disebabkan oleh inkompatibilitas genetik yang nyata sehingga
tidak dapat menurunkan keturunannya. Contoh hibrid yang steril antara lain:
mule (hibrid antara keledai dan kuda), cama (hibrid antara onta dan ilama),
tiglon (hibrid anatara macan dan singa), zebroid (hibrid antara zebra dan
kuda).
- Petunjuk
Adanya Evolusi
a. Petunjuk Dari
Anatomi Kompaative

![]() |
|||
|
b. Embriologi Komparativa Sebagai Petunjuk
Kalau di tinjau pekembangan embrio pada hewan multiselule
maka akan dijumpai kenyataan bahwa perkembangan dari bentuk zigot mulai dari
bentuk-bentuk pekembangan yang sama, seperti bentuk blastula, gastrula, namun
selanjutnya bekembang berbeda satu dengan yang lain, sehingga bentuk dewasanya
menjadi sangat berbeda. Bayangkan
perbedaan ikan, salamander, kura-kura, ayam,kelinci, dan manusia. Sungguh
sangat berbeda, namun semua dimulai dari blastula dan glastula. Mengenai
pekembngan embrio ini Von Bear, menyatkan bahwa :
1.
Sifat-sifat umum muncul paling awal untuk kemudian
diikuti sifat-sifat khusus
2.
Perkembangan dimulai dari yang umum sekali, kurang umum
dan akhirnya kesifat-sifat
khusus
3.
Binatang yang
satu memisah dengan progresif dari
bintang yang lain
4.
Dalam perkembangnnya bintang-bintang multiseluler bentuk
embrionya sama, tetapi bentuk dewasanya berbeda.
Gambar
berikut ini menunjukkan apa yang ditanya oleh Van Baer tersebut, meskipun
gambar tidak dimulai dari bentuk blastula dan glastula.
|

Hubungan perkembangan embrio dengan evolusi dinyatakan
oleh ernst Haeckel, bahwa ontogeni adalah philogeni yang dipersingkat. Ia
menyebutnya sebagai teori rekapitulasi
atau teori biogenetik. Sebagai contoh dikemukakan cor mamalia, yang bemula dari
bentuk cor yang mempunyai bentuk serupa dengan yang dijumpai pada ikan, untuk
selanjutnya perkembangan menyeupai
pekembangan yang di jumpai pada amphibi, Reptil dan akhirnya berbentuk
sebagai bentuk yang merupakan ciri mamalia. Perkembangan yang bertahap dan
dapat dianalogikan dengan pekembangan mulai dari Pisces, Reptilia, dan akhirnya
Mamalia, dijumpai pada perkembangan ren dari embrio dan dewasa.
c. Petunjuk dari Alat Tubuh yang Tersisa (Vestigial)
Pada
morfologi beberapa hewan vertebrata dan manusia dapat ditemukan adanya struktur
vestigial, yaitu suatu bentuk anatomi yang berkembang dan berfungsi sempurna
dan akan tereduksi. Alat-alat tubuh yang tersisa ini dianggap sebagai suatu
perjalanan dari evolusi makhluk hidup tersebut. Struktur vestigial antara lain:
1.
umbai cacing, tulang ekor, buah dada pada pria;
2.
sisa-sisa kaki pada ular;
3. sisa sayap pada
burung yang tidak berfungsi untuk terbang seperti burung pinguin, kasuari, dan burung onta
d. Petunjuk Evolusi Dari Segi Palaentologi
Palaentologi
merupakan ilmu yang mempelajari tentang fosil. Fosil adalah sisa-sisa makhluk
hidup yang telah membatu. Sisa-sisa tersebut dapat berupa tulang, cangkang,
gigi, jejak kaki, maupun bagian-bagian yang lain. Contoh-contoh fosil yang
pernah ditemukan dapat Anda lihat pada Gambar di bawah ini.
![]() |
![]() |
||||
|
Fosil-fosil di atas dipelajari oleh para ilmuwan untuk
dikaitkan dengan sejarah evolusi makhluk hidup. Jadi, fosil adalah bukti
terjadinya evolusi makhluk
hidup.
Beberapa tokoh yang mempelajari tentang fosil adalah
sebagai berikut:
1.
Leonardo da Vinci (1452-1519)
Da Vinci adalah seorang pelukis terkenal berkebangsaan
Italia. Ia berpendapat bahwa fosil merupakan bukti dari adanya makhluk hidup
dan kehidupan di masa lampau.
2.
George Cuvier
(1769-1832)
Cuvier adalah seorang ahli anatomi dari Perancis, yang
mempunyai gagasan bahwa makhluk hidup diciptakan khusus pada setiap zaman dan
pada setiap zaman tersebut diakhiri dengan makhluk hidup yang berbeda dengan
makhluk hidup pada lapisan bumi sebelumnya.
3.
Charles Darwin
Darwin berpendapat bahwa makhluk hidup yang terdapat pada
lapisan bumi yang tua akan mengadakan perubahan bentuk yang disesuaikan dengan
lapisan bumi yang lebih muda sehingga pada lapisan bumi lebih muda ditemukan
fosil yang berbeda dengan lapisan bumi yang lebih tua.
Dari beberapa pendapat tokoh-tokoh evolusioner tersebut
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pada masa lampau terdapat makhluk hidup
yang berbeda dengan makhluk hidup sekarang. Hal ini disebabkan karena adanya
perbedaan di permukaan bumi secara bertahap yang menyebabkan adanya perubahan pula pada makhluk hidup
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Penemuan berbagai macam fosil biasanya berupa
bagian-bagian tubuh tertentu saja dan jarang ditemukan dalam keadaan yang utuh.
Hal itu disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
a)
Bagian tubuh yang menyusun organisme lunak sehingga mudah
hancur dan jarang menjadi fosil.
b)
Terjadinya lipatan batuan bumi atau patahan bumi.
c)
Adanya pengaruh air, angin, dan bakteri.
Fosil yang ditemukan lebih lengkap dari fosil yang lain
adalah fosil kuda. Fosil ini ditemukan oleh Marsh dan Osborn . Hasil penemuan tersebut
kemudian dibuat urutan evolusi secara lengkap yang dapat Anda lihat pada Gambar
berikut:
|

Pinsip-prinsip
perubahan kuda secara evolusi adalah sebagai berikut:
- Tubuh kuda bertambah besar, dari
sebesar kucing sampai sebesa yang sekarang
- Kepala bagian depan sampai mata
menjadi semakin panjang, dan besar
- Leher bertambah panjang dan
semakin luas gerakannya
- Geraham depan (Pra-molar) dan
geraham (molar) berbah dari bentuk makan daun dan rumput menjadi bentuk
yang sesuai untuk makan rumput saja
- Ekstermintas bertambah panjang,
yang memberi kemungkinan dapat digunakan untuk berlari lebih cepat, namun
sementara itu kemampuan berputarnya menjadi terbatas. Tulang-tulang kaki
depan bersetu dan mampu menahan berat lebih baik dibanding bila dalam
keadaan terpisah. Lagi pula memungkinkan membentuk tulang engsel
- Jari-jari
samping mereduksi hingga tinggal jari ketiga yang tumbuh dengan baik, yang
memungkinkan kuda dapat berlari lebih cepat dibanding bila kelihatan
jarinya ikut berperan dalam lari
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan
makalah yang telah kami bahas dapat disimpulkan bahwa Spesies adalah suatu kelompok organisme
yang hidup bersama di alam bebas, dapat
mengadakan perkawinan secara bebas, dan dapat menghasilkan anak yang fertil dan
bervitalitas sama dengan induknya. Spesiasi merupakan proses pembentukan spesies baru dan berbeda dari
spesies sebelumnya melalui proses perkembangbiakan secara natural dalam
kerangka evolusi. Spesiasi sangat terkait dengan evolusi, keduanya merupakan proses
perubahan yang berangsur-angsur, sedikit demi sedikit, secara gradual, perlahan
tetapi pasti terjadi. Spesiasi lebih ditekankan pada perubahan yang terjadi
pada populasi jenis tertentu.. Proses
Spesiasi meliputi: Isolasi geografi, isolasi habitat, isolati tingkah laku, isolasi
mekanis, isolasi gametis dan isolasi setelah perkawinan. Petunjuk adanya evolusi:
Petunjuk dari anatomi kompaative, embriologi komparativa sebagai petunjuk, petunjuk
dari alat tubuh yang tersisa (Vestigial), petunjuk evolusi dari segi palaentologi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Pembentukan
SpeciesBaru. http://biologigonz.blogspot.com/ (diakses pada
tanggal 27 oktober 2016).
Campbel.
2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Nurrohmanhadi. 2012. Defenisi
Konsep Spesies dan Spesiasi.
http://nurrohmanhadi.wordpress.com/ (diakses
pada tanggal 27 oktober 2016).
Nurrohmanhadi. 2012. Mekanisme Spesiasi. http://nurrohmanhadi.wordpress.com/ (diakses pada tanggal 27
oktober 2016).
Nurrohmanhadi. 2012. Model Spesia. http://nurrohmanhadi.wordpress.com/ (diakses pada
tanggal 27 oktober 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar